Selasa, November 06, 2007

Berubah profesi


Pak S. selama bertahun-tahun bekerja sebagai salah satu Staf di salah satu Rumah Sakit di Cirebon. Keramah-tamahannya membuat ia mempunyai banyak teman di tempat bekerja antara lain dengan karyawan di bagian Fisioterapi. Dalam waktu senggangnya ia belajar sedikit demi sedikit tentang Fisoterapi.

Saya mengenalnya ketika orang tua saya mempekerjakan seorang tukang cat di rumah orang tua saya. Pak S. yang ramah ini enak diajak ngobrol dan akhirnya saya juga sering minta bantuannya untuk mencat rumah kami, memperbaiki atap dll.

Saat kisah ini saya tulis Pak S. berumur 50 tahun, sembilan tahun lebih muda dari saya. Sudah sekitar 1 tahun kami tidak saling bertemu. Ketika suatu saat saya membutuhkan bantuannya untuk mencat pagar rumah kami, saya menghubunginya melalui handphonenya. Ternyata ia berada di Majalengka, 45 menit naik mobil ke arah Bandung dari Cirebon.

“Sedang apa Pak di Majalengka?” saya bertanya kepada Pak. S.
“Dok, saya sedang mengobati orang disini.”
“Ngobati orang?”
“Iya, Dok. Sudah beberapa hari saya disini. Banyak yang minta bantuan saya untuk disembuhkan penyakitnya. Ada apa Dok sampai menghubungi saya. Apa yang dapat saya bantu untuk Dokter?”

Saya tidak enak untuk minta bantuannya mencat pagar rumah kami. Kok Pak S sudah berubah profesinya.

“Sebenarnya saya ingin minta bantuannya untuk memperbaiki rumah kami, tetapi tidak buru-buru kok. Nanti saja kalau Bapak sudah berada di Cirebon. Saya hubungi lagi. Terima kasih Pak.”

Saya bertanya dalam hati, dari mana Pak S. mendapat ilmu sampai ia dapat menyembuhkan orang. Ilmu apa yang dipakainya untuk menyembuhkan pasien dan penyakit apa saja yang ia dapat sembuhkan? Pertanyaan-pertanyaan itu tidak dapat terjawab sampai akhirnya pada bulan Oktober 2007 saya bertemu dengan Pak. S.

Awal Oktober 2007 suatu hari sekitar pukul 08.00 saya mengharapkan agar saya dapat bertemu lagi dengan Pak S. Sore hari ketika saya buka praktek dokter umum, saya mendengar suara bel pintu ruang tunggu. Ketika saya membukakan pintu saya melihat Pak S. berdiri dihadapan saya.

“Ini Pak S?” saya bertanya tidak percaya.
“Iya Dok, saya S. Masih ingat kan dengan saya?”
“Iya saya masih ingat. Tadi pagi saya mengharapkan saya dapat bertemu. Eh..sore hari ini kita dapat bertemu. Kok bisa begitu ya.” jawab saya.

Pak S menjawab “Tadi pagi istri saya menyuruh saya agar datang ke rumah dokter Basuki karena sudah 2 kali dokter menelepon. Kok belum juga datang ke rumah dokter. Mungkin dokter memerlukan bantuan. Jadi saya sore ini menyempatkan datang ke rumah dokter.”

“Wah hebat ya. Rupanya kontak batin kita bisa nyambung. He..he..” saya menjawab ucapan Pak S.

“Apa yang dapat saya bantu Dok?”
“Sebenarnya saya ingin minta bantuan untuk mencat pagar rumah kami yang sudah mulai berkarat? Bisakah Bapak mengerjakannya?”

“Bisa dok. Kapan mulainya?”
“Mulai besok pagi saja”, saya menjawabnya.

“Pak. S, ngomong-ngomong bagaimana ceritanya sampai Bapak alih profesi sebagai penyembuh?” saya bertanya.

“Begini dok, beberapa bulan yang lalu saya dimintai pertolongan oleh tetangga saya. Saya mencoba mengurut tubuh pasien itu. Ternyata sembuh. Setelah itu banyak orang yang memanggil saya untuk menyembuhkannya. Ketika Dokter menghubungi handphone saya, ketika itu saya berada di Majalengka selama 1 minggu. Ada banyak orang yang minta bantuan saya untuk disembuhkan penyakitnya.”

“Emang penyakit apa saya yang disembuhkan?” saya bertanya ingin tahu lebih lanjut kehebatan ilmu Pak S. ini.
“Banyak penyakit yang saya coba sembuhkan, mulai dari sakit kepala hebat, perdarahan lewat jalan lahir, sudah tidur, stres dll. Ketika saya memijat bagian tubuh pasien, saya merasakan ada suatu organ tubuh yang berkerja tidak normal. Lalu saya urut bagian-bagian tertentu. Berkat bantuan Yang Maha Kuasa, penyakit pasien sembuh.”

Saya takjub dengan kemampuan Pak S. ini.
Saya bertanya lagi “Kalau mengobati pasien, berapa kali Bapak memijatnya?”

“Ada yang satu kali pijat sudah sembuh. Kalau masih belum tuntas penyakitnya. Saya lakukan pijatan yang kedua. Umumnya penyakit pasien sembuh.”

“Pasien itu dimana saja. Pak”
“Ada yang di dalam kota Cirebon dan ada pula yang panggil saya karena paseinnya berada di luar kota seperti Jakarta, Bandung dll. Ada yang datang menjemput saya dengan mobil dan ada yang ingin agar saya datang ke rumahnya. Saya naik bus untuk mendatangi kota dimana pasien tinggal.”

Saya masih penasaran dan bertanya lebih lanjut.
“Pak, kalau penyakitnya karena dikirim orang, bisa tidak diobati oleh Bapak?”
“Saya pernah beberapa kali mengobati pasien yang demikian dan sembuh. Sebenarnya saya tidak bisa menyembuhkan tetapi Tuhan yang menyembuhkan mereka,” jawab Pak S. merendah.

Untuk yang terakhir kalinya saya bertanya “Kalau banyak yang disembuhkan, maka penghasilan Bapak banyak berubah menjadi lebih baik. Maaf pertanyaan saya ini Pak, setelah menyembuhkan pasien berapa yang Bapak terima?”
“Macam-macam dok. Ada yang mengucapkan terima kasih saja dan ada pula yang memberi uang mulai dari yang sedikit sampai yang cukup besar terutama kalau saya mendatangi pasien yang berada diluar Cirebon. Praktis penghasilan saya lebih baik dari pada sebelum saya menyembuhkan pasien-pasien saya. Walau demikian saya masih mau membantu dokter memperbaiki rumah dokter.”

Saya bersyukur akan perbaikan penghasilan Pak S.
Suatu pagi ketika Pak S. mau melanjutkan mencat pagar rumah kami, berkata “Dok, kemarin sore sepulangnya saya dari rumah dokter, ketika tiba di rumah saya, sudah ada tamu yang mau menjemut saya untuk minta diobati salah satu keluarganya. Saya minta waktu untyuk mandi dahulu.”

Keluarga pasien yang sudah menunggu selama 1 jam rupanya sudah tidak sabar dan ingin segera membawa Pak S. ke rumah pasien. Akhirnya Pak S. bersedia dijemput keluarga pasien tanpa mandi dulu. Hebat. Antara keperluan pribadi dan pelayanan bagi masyarakat, Pak S. mendahulukan pelayanan bagi masyarakat.

Itulah kisah Pak S. yang telah berubah profesi menjadi tenaga penyembuh.

Ada maunya


5 Nov 2007: pagi sekitar pk. 05.30 saya bermaksud akan membuang sampah yang sudah dimasukkan ke dalam 3 kantong plastik ke gerobak sampah di dekat rumah kami.

Ketika saya akan menutup pintu halmanan rumah ada seorang pria yang menyapa saya “ Selamat pagi Dok. Mau olah raga pagi?”
“Met pagi. O.. saya akan membuang sampah nih.”

Pria itu yang saya tidak kenal namanya, mungkin salah seorang tetangga saya, menawarkan bantuannya untuk membantu membawa kantung plastik yang berisi sampah itu. Seumur hidup saya belum pernah dibantu untuk membuang sampah dalam kantung plastik yang sering saya lakukan. Tumben nih ada prang yang baik hati membantu saya. Saya curiga, jangan-jangan ia orang ytang tidak waras pikirannya. Wah…kok saya paranoid begini. Saya biarkan pria itu membawa salah satu kantung plastik.

Tiba di gerobak sampah, kami memasukkan 3 kantung plastik ke dalam gerobak sampah.
“Terima kasih, Pak” kata saya kepadanya.

Pria itu tidak beranjak dari tempat ia berdiri.
Ketika saya akan melangkah menuju rumah kami, pria itu berkata “ Dok, kalau obat untuk batuk dan Flu yang bagus apa ya?”
Nah ketahuan deh maksudnya kalau ia mau membantu saya. Rupanya ada maunya. Ternyata kebaikkannya itu ada maksudnya yaitu ingin bertanya tentang obat anti batuk dan anti Flu.

Saya menjawabnya dengan menyebutkan beberapa obat anti batuk dan Flu yang dijual bebas, tanpa resep dokter. Pria itu mengucapkan terima kasih atas jawaban saya.

Sambil melangkah menuju rumah kami, saya tertawa geli. Pagi tu saya mendapat satu lagi pengalaman hidup. Win-win solution.

Jumat, Oktober 12, 2007

Jarum Kakek di Tubuh Cuifen


Ketika membaca artikel yang ditulis oleh Aries Kelana dan Elmy Diah Larasati
(Kesehatan, Gatra Nomor 46 , 30 September 2007), saya terkejut. Kok ada ya orang yang berbuat seperti itu, mau membunuh secara perlahan-lahan seorang bocah wanita.

---

Perjalanan hidup Luo Cuifen sungguh mengenaskan. Ibu beranak satu ini menderita depresi berat sejak masih kanak-kanak. Ia selalu cemas dan ketakutan bila sendirian berada di dalam kamar. Kecemasan yang berkecamuk di benaknya itu membuatnya sulit tidur.

Selain itu, Luo Cuifen juga kesulitan menggerakkan badan. Perutnya terasa nyeri manakala ia mengangkat beban berat. Gangguan inilah yang mengakibatkan dia tak bisa melakukan pekerjaan keras.

Wanita asal Desa Songming, Yunnan, Cina, berusia 31 tahun itu pun kerap mengalami sakit perut tanpa sebab. Meski ia sudah berkali-kali berobat ke dokter dan mematuhi diet makanan, keluhannya tak kunjung reda. Semakin hari, penyakitnya justru bertambah parah.

Penderitaan Luo Cuifen mencapai puncaknya dua pekan silam. Ia tak lagi sanggup menahan rasa sakit, lantaran setiap kali kencing dan buang hajat selalu bercampur darah. Begitu menutut laporan situs BBC.com. Akhirnya Cuifen dilarikan ke Rumah Sakit Richland International, Kunming, Yunnan.

Dokter yang memeriksa Luo Cuifen terperanjat. Sebab hasil foto sinar-X menunjukkan, ada 26 batang jarum jahit dengan panjang masing-masing 3,5 sentimeter menyebar di tubuh Cuifen. Ada jarum yang tertanam di paru-paru dan liver. Banyak pula jarum yang bersarang di kandung kemih, usus, dan ginjal.

Bahkan ada jarum yang sudah patah menjadi tiga bagian berada di otaknya. Seandainya jarum itu menusuk otak Luo Cuifen, tentu saja akan membahayakan jiwanya. Pembuluh darahnya bisa bocor dan timbul perdarahan otak. Namun efek radangnya lebih kecil apabila sudah stabil dan dapat dilokalisasi jaringan otak.

Juru bicara Rumah Sakit Richland International, Qu Rui, mensinyalir jarum-jarum itulah yang membuat Luo Cuifen tak bisa bergerak leluasa. "Ini sebuah keajaiban karena Luo Cuifen bisa bertahan hidup sampai sekarang," kata Qu Rui.

Tim dokter Rumah Sakit Richland International kini berusaha mengeluarkan puluhan jarum yang bersarang di organ vital Luo Cuifen. Untuk keperluan ini, 23 dokter dikerahkan. Mereka adalah dokter ahli berbagai bidang penyakit. Antara lain dokter hali saraf, tulang, jantung, kandungan, dan penyakit dalam.

Untuk mengoperasi Luo Cuifen, didatangkan dokter ahli Amerika Serikat dan Kanada. Pada operasi tahap pertama, dokter akan mencabut enam jarum. "Operasi itu bakal berlangsung lama dan melalui prosedur yang rumit," kata Dokter Xu Mei, Kepala Rumah Sakit Richland International.

Bedah pertama diperkirakan memakan biaya 170.000 yuan atau sekitar Rp 204,8 juta. Untuk operasi ini, Cuifen digratiskan. Tapi, untuk operasi berikutnya, ia harus membayar penuh. Biaya yang lumayan gede memaksa Cuifen mencari donatur yang bisa meringankan ongkos operasi selanjutnya.

Puluhan jarum yang bersarang di tubuh Cuifen itu diduga akibat kelakuan bejat kakeknya. Si kakek tak menyukai kelahiran Cuifen lantaran menghendaki cucu laki-laki. Alasannya, anak-laki-laki dapat membantunya bekerja di ladang. Dan hanya laki-lakilah yang mendapat jaminan sosial dari Pemerintah Cina.

Pemerintah Republik Rakyat Cina memang menerapkan kebijaksanaan satu anak, yang lebih memfokuskan pada anak laki-laki. Jika seorang perempuan Cina melahirkan bayi perempuan, ia diperbolehkan punya anak lagi agar mendapat anak laki-laki.

Si kakek itu kecewa atas kelahiran cucu perempuan. Ia berusaha menghabisi Cuifen. Kakek itu menusukkan puluhan jarum ke tubuh Cuifen yang masih bayi. Tujuannya, agar cucunya meninggal secara perlahan-lahan. Orang pun tak akan mengira ia dibunuh. Sayang, kasus ini terungkap setelah si kakek itu tewas.

Luo Cuifen sendiri mengaku tak terkejut mendengar keterangan dokter. Sewaktu kecil, ibunya pernah bercerita bahwa ketika masih bayi, ia sering menangis tanpa sebab. Pada awalnya hanya disangka rewel biasa, hingga suatu hari ditemukan jarum jahit di luka pada pinggang belakangnya.

Ketika Cuifen berumur tiga tahun, tiba-tiba muncul jarum di sekitar tulang rusuknya. Kasus adanya benda asing di usus sebenarnya sudah jamak. Banyak kasus gigi palsu tertelan atau jarum pentul tertelan pada wanita berkerudung. Tapi jumlahnya tak sebanyak yang dialami Cuifen. Dokter biasanya memutuskan untuk mengeluarkan jarum itu.

Lalu, bagaimana ia bisa bertahan hidup? Menurut Profesor Daldiyono, ahli penyakit pencernaan pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI), organ tubuh terutama usus punya mekanisme tersendiri untuk berkontraksi mengeluarkan benda asing yang masuk. Apabila bendanya tumpul, ia akan keluar sendiri. Tapi, apabila tajam, akan menimbulkan luka sehingga menyebabkan infeksi pada usus.

Tusukan tersebut melukai usus. "Itulah mengapa ketika buang air besar terjadi perdarahan," kata Profesor Daldiyono. Namun akan terjadi kontraksi lagi untuk mengeluarkannya, baik melalui kotoran maupun keluar ke rongga perut.

Menurut Dokter Ari Fachrial Syam, Gastroenterolog FK-UI, mengeluarkan jarum yang masih berada di saluran cerna atas akan lebih mudah bila memakai peralatan endoskopi. "Dengan alat penjepit, kepala jarum diambil dan dikeluarkan melalui endoskopi," katanya.

Jarum yang berada di usus biasanya keluar dengan sendiri melalui kotoran setelah lebih dari 24 jam. Akibatnya, usus mengalami luka karena gesekan jarum dengan dinding saluran pencernaan.

Senin, Oktober 08, 2007

Kejujuran manusia


Kisah ini terjadi beberapa tahun yang lalu.
Saya pulang naik becak (karena mobil sedang di service di bengkel) setelah belanja keperluan perbaikan pintu rumah kami. Di sebuah Toko saya membeli 2 kaleng cat dan 1 kwas (seharga Rp. 20.000, -) yang terbungkus dalam kantong plastik (kresek) hitam.

Ketika tiba di rumah saya turun dari becak, tanpa saya sadari kantong plastik tadi tertinggal di becak. Untuk keperluan lain saya keluar rumah setelah menyimpan barang belanjaan yang lain.

Ketika saya pulang 1 jam kemudian pembantu kami melaporkan bahwa tadi ada tukang becak yang ingin menyerahkan kantong plastik berwarna hitam (belanjaan saya yang tertinggal di becak tadi). Pembantu saya menolak menerimanya (sesuai dengan pesan kami: jangan menerima sesuatu dari orang yang tidak dikenal sebelumnya) dan mengatakan agar ia datang kembali sore hari ketika saya ada di rumah.

Sore hari tukang becak tadi tidak datang dan saya menganggap belanjaan saya sudah hilang akibat kelalaian saya sendiri. 2 hari kemudian saya di dekat rumah saya bertemu dengan seorang tukang becak yang menyerahkan sebuah kantong plastik berwarna hitam sambil berkata, “Pak, ini barang Bapak yang tertinggal di becak saya.”

Rupanya ia masih mengenali saya. Saya menerima barang saya yang telah saya anggap hilang sambil berkata, ”Terima kasih, Pak. Bapak telah menyimpan barang saya dengan baik.”

Saya sangat menghargai kejujuran tukang becak tadi yang dalam keadaan serba kekurangan toh ia masih mau bersikap jujur.

Minggu, Oktober 07, 2007

Mengapa Dokter Hewan?


Suatu sore, 3 bulan sebelum Ujian akhir SMA pada tahun 1965, saya berbincang-bincang dengan ayah.

Ayah bertanya kepada saya “Sebentar lagi kamu Ujian SMA dan setelah lulus ujian kamu akan melanjutkan ke Falultas apa?”
Saya kaget juga ditanya begitu. Ujian saja belum mulai dan apakah saya lulus atau tidak, juga belum tahu.

Setelah berpikir sejenak lalu saya menjawab, ”Kalau saya lulus nanti, saya ingin menjadi menjadi Dokter Hewan, sekolahnya di IPB, Bogor”

Mendengar jawaban saya, wajah ayah sedikit tegang dan berkometar “Apa bagusnya jadi Dokter Hewan?”

Saya menjawab dengan pasti “Dokter Hewan lebih pandai dari pada Dokter Manusia. Saya ingin melanjutkan sekolah yang dapat membuat saya menjadi orang yang paling pandai.” Jawaban saya ini rupanya membuat ayah kecewa.

Ayah bertanya dengan wajah tegang “Apa buktinya kalau Dokter Hewan lebih pandai dari Dokter Manusia?”

Saya berargumentasi “Yah, kalau saya jadi Dokter Hewan, saya dapat mengobati Sapi yang sakit. Sapi tidak bisa bicara, tetapi saya dapat menyembuhkan penyakitnya. Kalau manusia, ketika ditanya oleh Dokter, apanya yang sakit, sudah berapa lama sudah minum obat apa. Ia akan menjawab: badan saya demam, sudah 3 hari dan saya sudah minum obat Aspirin tablet. Nah penyakitnya kan sudah dikasih tahu oleh pasiennya. Jadi Dokter akan mudah mengobati pasiennya. Kalau Sapi sakit kan tidak bisa kasih tahu sakit apa. Jadi Dokter Hewan lebih pandai dari pada Dokter Manusia, kata saya.

Ayah terpojok mendengar jawaban saya, tetapi ayah saya tetap ngotot agar saya menjadi Dokter Manusia.

Saya bertanya “Mengapa ayah ingin agar saya menjadi Dokter Manusia sih”

Ayah menjawab dengan nada lebih lembut “Ayah ingin agar ada anak ayah yang menjadi Dokter Manusia, sebab diantara keluarga besar kita belum ada yang menjadi Dokter.”

Saya bertanya lagi seperti anak yang bego “Apa rasanya sih kalau saya menjadi Dokter Manusia?’

“Kita akan bangga dan kalau ada keluarga yang sakit, kamu dapat mengobatinya tanpa harus membayar lagi. Kamu dapat menolong orang lain.”

Saya terdiam beberapa saat.
Ayah bertanya kepada saya “Mengapa kamu diam. Kamu mau kan?”

Saya menjawab dengan suara kecil “Mau sih mau, tapi...”

Ayah terus mendesak “Tapi apa? Kok ada tapinya”

Saya berterus terang ”Ada 2 masalah yang harus saya hadapi”

“2 masalah apa, coba sebutkan saja.”

Saya berkata “Masalah yang kesatu adalah masalah uang. Kalau saya sebagai anak sulung dari 7 bersaudara, banyak menghabiskan uang ayah untuk sekolah Dokter, lalu apakah 6 adik-adik saya masih dapat sekolah atau tidak, sebab Sekolah Dokter membutuhkan biaya yang besar.”

Ayah segera berkata “Masalah uang biar ayah yang tanggung dan tugas kamu adalah sekolah sampai lulus jadi Dokter. Masalah yang kedua apa?”

Saya menjawab dengan nada yang lebih kecil lagi “Selanjutnya apakah saya mampu menjadi Dokter, sebab sekolahnya sulit.”

Dengan mantap ayah menenangkan perasaan saya dengan berkata “Asal kamu rajin belajar pasti kamu dapat lulus Sekolah Dokter.”

Ayah menyebutkan 8 nama Dokter Umum yang praktek di kota Cirebon. Saat itu memang hanya ada 8 orang Dokter yang praktek di kota kami. Saat ini Oktober 2007, sudah ada sekitar 180 orang Dokter dan Dokter Spesialis, belum termasuk Dokter Gigi.

“Kalau mereka dapat menjadi Dokter, maka kamu juga bisa menjadi Dokter.”

Saya membatin ‘Aduh. Ayah kok ngotot banget sih, minta agar saya menjadi Dokter.” Apakah saya mampu? Saat itu saya tidak tahu, apakah saya mampu atau tidak memenuhi permintaan ayah. Rasanya saya mempunyai beban berat di pundak saya.

Tahun demi tahun saya sekolah Dokter dan akhirnya saya dilantik menjadi Dokter sesuai keinginan ayah. 6 adik-adik saya tidak seorangpun yang tidak sekolah. Tuhan Maha Pengasih. Ayah minta ada 1 anak yang menjadi Dokter, tetapi Tuhan memberikan ayah 2 orang Dokter masuk ke dalam keluarga besar kami. Mengapa? Karena saya menikah degan teman sekuliah dan tahun berikutnya ia lulus menjadi Dokter juga dan setelah menikah dalam keluarga kami ada 2 orang Dokter. Keinginan Ayah sudah terkabul.

Ayah sangat puas dan nampak bahagia dapat menyekolahkan saya menjadi Dokter Manusia dan bukan Dokter Hewan seperti keinginan saya.

Ketika bulan Desember 2005 kami menghadiri wisuda anak kami yang sulung mendjadi Dokter di UNSW, Sydney, berarti ada 3 Dokter dalam keluarga kami. Ayah tentu merasa senang sekali. Minta satu dapat tiga. Puji Tuhan.

Ayahku tidak mengetahui bahwa dalam keluarga kami sudah ada 3 Dokter, bukan hanya 1 Dokter. Ayah telah dipanggil oleh Tuhan pada 4 Mei 1992. Saya yakin disana ayah tersenyum, keinginanya mempunyai anak yang Dokter sudah terkabul.-

Rabu, Oktober 03, 2007

Mie Goreng atau Mie Rebus?


Kisah ini terjadi sebelum Ayah saya dipanggil Tuhan pada tanggal 4 bulan Mei tahun 1992.

Ayah saya menderita Hypertensi. Saat itu saya dan isteri sedang berada di rumah ayah. Malam itu sekitar pukul 20.00 ayah meminta agar Ibu meyuruh Pembantu untuk membeli Mie Goreng di penjual Mie Goreng yang bisa mangkal di dekat rumah Ayah. Rupanya saat itu Ayah ingin sekali makan Mie Goreng. Entah kenapa Ayah ingin makan Mie Goreng, padahal Ayah sudah malam malam pukul 18.00.

Pembantu Ibu kembali dengan tangan kosong, katanya penjual Mie Goreng malam itu tidak berjualan. Akhirnya Ibu membuat Mie Goreng di dapur yang sudah tidak ada kegiatan memasak pada malam itu. Dengan bahan seadanya Ibu membuat seporsi Mie Goreng pesanan Ayah. Di sebuah panci masih ada tersisa kuah Ayam untuk disantap besok pagi. Ibu menambahkan sedikit kuah Ayam ke dalam wajan Mie Goreng.

Ibu membawakan semangkuk Mie Rebus, karena Mie Goreng sudah berkuah kaldu Ayam.

Ibu berkata “ Pah ini, Mie Gorengnya. Makanlah mumpung masih hangat.”

Wajah Ayah yang semula berseri berharap akan menikmati Mie Goreng segera berubah menjadi tegang.

Ayah bertanya kepada Ibu “Ini Mie Goreng atau Mie Rebus sih. Pesanan Ayah kan MIe Goreng.”

Saya, isteri dan adik-adik saya yang hadir dalam Ruang keluarga merasa khawatir akan terjadi pertengkaran antara Ibu dan Ayah.

Ibu menjawab “Mie Gorengnya diberi sedikit kuah Ayam agar mudah ditelan. Mie Kuah juga enak.”

Ayah menjawab “Papah kan pesannya Mie Goreng. Kenapa diberi Mie Rebus?”

Ibu menjawab lagi “Pah, Mie Goreng kalau sudah masuk ke dalam perut dan minum segelas air maka jadilah Mie Kuah dalam perut.”

Ayah berkilah “Saya ingin Mie Goreng yang dapat dinikmati di ujung lidah. Saya tidak peduli setelah masuk kedalam perut, Mie itu akan tetap jadi Mie Goreng atau Mie Rebus. Saya hanya ingin menikmatiMie Goreng di ujung lidah, bukan dalam perut.” Tampak Ayah merasa kesal.

Ayah menolak makan Mie Rebus yang sudah dibuat Ibu dengan susah payah.

Ibu tampak kecewa dan sedih karena sudah membuat Ayah yang sedang sakit menjadi marah.

Ibu berkata kepada kami, anak-anak Ibu. “Kamu makanlah Mie Rebus ini, sayang kalau tidak dimakan. Besok Ibu akan membuat Mie Goreng beneran untuk Ayah kalian”.

Kami berbagi dan mencicipi Mie Rebus karya Ibu secara diam-diam di Ruang Makan. Agar Ibu tidak menjadi marah mendapat perlakuan dari Ayah, kami semua memuji kecakapan Ibu membuat Mie Rebus yang memang rasanya enak kalau disantap ketika Mie Rebus itu masih hangat.

Keesokan paginya adik wanita saya pergi ke pasar tradisionil untuk membeli bahan-bahan untuk membuat Mie Goreng pesanan ayah kami. Ia membantu Ibu di dapur untuk membuat Mie Goreng dan bukan Mie Rebus lagi. Kali ini mereka membuat dalam jumlah yang lebih banyak karena akan disantap oleh seluruh penghuni rumah kami.

Pagi itu kami seluruh keluarga besar kami makan pagi berupa Mie Goreng hasil karya Ibu kami. Mie Goreng dan Mie Rebus buatan Ibu sama-sama enaknya, tetapi Ayah lebih suka Mie Goreng yang katanya nikmat ketika digoyang di ujung lidah.

Saya tidak sampai hati bertanya kepada Ayah, apakah semalam Ayah bermimpi makan Mie Goreng atau Mie Rebus.

Saat ini tiga belas tahun Ayah sudah meninggalkan kami, tetapi kenangan manis dan kenangan pahit tetap melekat dalam pikiran kami. Meskipun saat ini saya sudah menjadi Dokter tetapi di mata Ayah dan Ibu, saya dan adik-adik saya tetap dipanggil dengan sebuatan anak ( anak-anak ). Emang benar sih. Namanya juga anak.-

Minggu, September 30, 2007

Sebuah harapan


Hari Jum’at pagi pukul 10.00 dua hari yang lalu, sebelum melaju ke Gedung Panti Wreda Kasih, mobil Gereja yang membawa saya mampir di Apotik P, langgangan Panti. Saya minta kepada supir untuk menyerahkan selembar resep untuk saya sendiri. Resep itu terdiri dari 2 macam obat batuk dan 1 macam kapsul suplemen. Obat yang diresepkan itu akan saya ambil setelah pelayanan kesehatan di Panti selesai, 2 jam kemudian.

Saya memberikan pelayanan bagi Opa dan Oma di Panti sejak beberapa tahun yang lalu. Pelayanan ini bersifat nonprofit. Dalam masa pensiun, saya ingin memanfaatkan waktu saya yang masih tersedia untuk melayani 12 orang Opa dan Oma yang tinggal di Panti. Usia mereka antara 60 – 88 tahun. Pendengaran dan penglihatan yang sudah banyak berkurang mengharuskan saya mesti sabar dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi mereka. Bicara harus keras dan berulang-ulang agar ucapan saya dapat didengar dengan baik oleh mereka.

Ketika kami tiba di Apotik P, saya menyerahkan sejumlah uang untuk menebus obat yang saya resepkan. Tidak berapa lama kemudian supir masuk kedalam mobil dan menyerahkan sebungkus obat dan catatan harga obat. Mobil melaju ke rumah saya. Dalam perjalanan saya melihat bahwa masih ada 1 macam obat yaitu kapsul suplemen yang tidak ada dalam kantong plastik. Wah…pasti ada kesalahan nih, pikir saya.

Saya minta agar supir kembali ke Apotik P. Saya tanyakan kepada petugas Apotik dan bertanya mengapa hanya 2 macam obat yang saya terima? Padahal seharusnya 3 macam. Petugas Apotik mengatakan 1 macam yang diresepkan tidak tersedia dan sudah menelepon Apotik lain tetapi katanya tidak ada. Saya berpikir dan berharap bahwa kapsul suplemen yang banyak dijual di toko obat dan tentu juga ada tersedia oleh Apotik P. Saya minta agar suplemen dapat diganti dengan merk lain yang sejenis. Petugas Apotik masuk kedalam untuk mencarinya.

Saya tidak sabar menunggu, hari sudah siang, saya ingin cepat kembali ke rumah untuk istirahat. 5 menit kemudian saya putuskan untuk masuk ke dalam mobil dan minta agar supir mengantar saya pulang ke rumah. Saya tidak berharap bahwa saya akan dapat menerima kapsul suplemen tsb di Apotik tadi. Saya akan mencarinya di Toko obat atau Apotik lain.

Setelah santap siang, ketika saya membalas beberapa email yang masuk ke Inbox saya, saya mendengar ada ketukan di pintu pagar halaman rumah kami. Beberapa menit kemudian pembantu kami, membawa sekantung plastik yang bersisi 10 kapsul suplemen yang saya serepkan beberapa jam sebelumnya di Apotik langganan Panti.

Surprise!! Saya sudah melupakannya kapsul itu. Saya tidak mengharapkan lagi mendapat suplemen tsb, tetapi akhirnya saya mendapatkannya.

Saya berpikir:

“Lebih baik tidak mengharapkan tetapi akhirnya mendapatkannya, dari pada mengharapkan sesuatu tetapi akhirnya saya tidak mendapatkannya.”
Seharusnya yang benar adalah:

“Berharaplah akan mendapatkan sesuatu, maka kita akan mendapatkannya.”

Ketuklah pintu, maka pintu akan dibukakan.
Kalau pintu tidak diketuk, mana mungkin pintu akan terbuka bukan?

Siang itu saya mendapat satu pencerahan lagi.

Seharusnya saya lebih sabar dan terus mengharap agar suplemen itu dapat saya terima. Ternyata petugas Apotik berusaha agar pesanan saya dapat dipenuhi dengan melakukan kontak dengan Apotik-apotik lain dan mengirimkannya kepada saya melalui seorang kurir Apotik. Saya salut kepada Petugas dan pemilik Apotik tsb.

Dari kisah diatas, saya mendapat suatu pembuktian bahwa bila kita memohon dengan sungguh-sungguh maka permintaan kita akan terpenuhi. Tuhan akan memberikan sesuatu kepada umatnya pada saatnya.



Selasa, September 25, 2007

Electronic Medical Record


Dalam tayangan “Empat mata”, Tukul A., di siaran TV, saya melihat peranan sebuah Laptop diatas meja yang sangat mendukung jalannya acara tsb. Tanpa Laptop itu rasanya Tukul tidak bisa bicara apalagi membuat para pemirsa tertawa terpingkal-pingkal. Kemudian saya berpikir, kalau Tukul saja sudah menggunakan sebuah laptop, masa sih para Dokter kalah dengan Tukul?

Berangkat dari itu, saya sajikan pengalaman saya dengan sebuah Laptop, Pentium III.

Ilustrasi kasus:

Seorang pria umur 40 tahun datang berobat kepada Dokter langganannya.
Pasien berkata “ Dokter wah Ashma saya kambuh lagi. Saya ingin berobat dan minta resep obat yang cocok yang tempo hari Dokter berikan kepada saya.”
Sang Dokter kebingungan karena sang asisten yang biasa mencari kartu Pasien tidak hadir karena rumahnya kebanjiran. Pasien lupa membawa katu Bantu ( Kartu kecil ) yang dapat dipakai untuk melihat Nomer File pasien. Dokter harus mencari kartu Pasien di Rak yang demikian banyaknya. Banyak waktu dan tenaga yang terbuang hanya untuk mencari Kartu Pasien. Dokter tidak ingat lagi apa nama obat Ashma yang telah diberikan dan cocok bagi sang pasien ( Aminofilin, Bricasma, Efedrin atau kombinasi obat ashma ). Dokter menyesal mengapa ia tidak memelihara Catatan Rekam Medis pasien-paseinnya dengan baik.

---

Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran, mengatur praktik Dokter dan Dokter Gigi di negara kita.

Dokter dan Dokter Gigi yang ingin melakukan praktek Kedokteran dan Kedokteran Gigi, wajib mempunyai:
1. Surat Registrasi ( pasal 29, ayat 1 ).
2. Surat Ijin Praktek Dokter /Dokter Gigi ( pasal 36 )
3. Memasang Papan Nama Praktik kedokteran ( pasal 41 )
4. Membuat Rekam Medis ( ps 46 ayat 1 ), Rekam Medis dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan kesehatan ( ps 46, ayat 2 ) dan setiap Catatan Rekam Medis harus dibubuhi Nama, Waktu & Tanda tangan Petugas yang memberikan pelayanan atau tindakan ( ps 46 ayat 3 )

Ketentuan Pidana:
1. Dokter dan Dokter Gigi tanpa memliki Surat Tanda Registrasi dipidana dengan pidana paling lama 3 tahun atau denda paling banyak Rp. 100.000.000,- ( ps 75 ayat 1 ).
2. Tanpa memiliki Surat Ijin Praktek dipidana dengan penjara paling alam 3 tahun atau denda paling banyak Rp.100.000.000,- ( ps. 76 ).
3. Tidak memasang papan nama, tidak membuat Rekam Medis dipidana kurungan paling lama 1 tahun atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,- ( ps 79 ).

Dalam Penjelasan UU No. 29 Tahun 2004:

Pada Pasal 46, ayat 3:

Yang dimaksud dengan ‘petugas” adalah dokter atau dokter gigi atau tenaga kesehatan lain yang memberikanpelkayanan langsung kepada pasien. Apabila dalam pencatatatan rekam medis menggunakan teknologi informasi elektronik, kewajiban membubuhi tanda tangan dapat diganti dengan menggunakan nomor indentitas pribadi ( personal identification number ).

Kalau para Dokter praktek ingin aman dalam menjalankan Praktik Kedokteran maka UU ini harus diperhatikan dengan baik.

Selama ini masih banyak Dokter dan Dokter Gigi memakai Kartu Pasien di tempat praktek untuk membuat Rekam Medis ( Medrec / Medical Record ) yang diwajibkan dalam pasal 46 ayat 1. Mencari dan menyimpan kembali Kartu Pasien, umumnya dibantu oleh seorang asisten.

Keuntungan Kartu Pasien:
Dokter / Dokter Gigi dapat menuliskan riwayat, diagnosa penyakit dan perkembangan penyakit pada Kartu Pasien yang sudah disediakan oleh asisten ( tidak perlu mengambil sendiri Kartu Pasien ini ).

Kerugian Kartu Pasien:
1.Bila asisten cuti atau sakit, maka pencarian Kartu Pasien dilakukan oleh Dokter / Dokter Gigi sendiri.
2. Mencari dan menyimpan kembali Kartu pasien dalam urutan yang benar akan banyak memakan banyak waktu.
3. Pemberian Kartu Bantu ( Kartu kecil ) kepada pasien sering kali kurang bermanfaat, karena sering kali Kartu Bantu ini tidak dibawa ketika hendak berobat atau hilang. Akibatnya pencarian kartu Pasien makin sulit dan lama.
4. Penyimpanan Arsip Kartu Pasien membutuhkan lemari penyimpanan khusus dan ruangan yang cukup memadai.

Untuk memudahkan membuat Catatan Rekam Medis bagi setiap Dokter atau Dokter Gigi dalam menjalankan praktik kedokterannya ada cara lain yang lebih praktis yaitu membuat Catatan Rekam Medis Elektronik dengan bantuan sebuah hardware: Komputer atau Laptop. Sebagai perangkat lunak ( software ) saya menggunakan SIDP ( Sitem Informasi Dokter Praktek ) v.1.3, Operating system Windows XP, dengan harga sangat terjangkau ( by Albert Pratama Proyogo,
http://www.kunang,com )

Masih ada perangkat lunak sejenis yang lain, tetapi dengan harga yang lebih tinggi. Anda dapat memilih salah satu. SIDP v. 1.3 sangat membantu saya dalam memelihara Catatan Medis pasien saya. Bila saya mendapatkan kesulitan, maka sang programer akan membantu dari jarak jauh ( SMS atau email ) atau kalau sangat diperlukan dapat langsung bicara lewat handphone / telepon. Dengan demikian masalah saya dengan cepat teratasi. Sampai saat ini saya pernah berkonsultasi sebanyak 2 kali via SMS dan Handphone. Jawaban konsultasi yang saya dapatkan sangat menolong kesulitan saya.

Dengan cara elektronik ini Dokter / Dokter Gigi tidak tergantung oleh asisten, tetapi dapat dilakukan sendiri. Yang paling lama adalah memasukkan data pasien ( data entry ). Untuk mengatasi hal ini maka dapat dibuat suatu Buku Bantu yang berfungsi mencatat Nomer Identitas Pasien, Penyakit pasien, Hasil pemeriksaan penunjang ( Laboratorium, Foto Rontgen, USG dll ) dan terapi yang diberikan. Data entry ini dapat dilakukan oleh Dokter / Dokter gigi setelah pasien pulang atau keesokan harinya disaat dokter tidak sibuk.

Rekam Medis Elektronik ini sangat membantu untuk:
1. Membuat Data pasien baru.
2. Mencari Data pasien lama.
3. Menambah Data pada pasien lama.
4. Mengedit Data Pasien lama.
5. Mencari data pasien dalam hal: obat yang cocok atau obat yang tidak cocok bagi pasien.
6. Membuat Laporan ( pada layar monitor / print out dengan Printer ) jumlah kunjungan Harian / Bulanan dan Laporan Medis masing-masing pasien selama berobat ( beberapa kali kunjungan ) kepada Dokter / Dokter Gigi.
7. Pencarian data pasien yang cepat dan dapat dilakukan sendiri oleh Dokter / Dokter Gigi.

Biaya pembuatan Catatan Rekam Medis Eletronik bervariasi dari yang murah sampai yang mahal ( tergantung dari kelengkapan Catatan Elektronik yang digunakan ). Saya menggunakan yang sederhana dan biaya yang sangat terjangkau ( SIDP v. 1.3 ).

Kesimpulan:

1. Mau tidak mau para tenaga kesehatan harus melek Komputer.

2. Membuat Catatan Rekam Medis Elektronik tidak sesulit yang dibayangkan orang, karena Dokter / Dokter Gigi hanya melakukan tugas Operator komputer ( hardware ). Pembuatan perangkat lunak ( software ) dilakukan oleh seorang Programer komputer.

3. Komputer /Laptop yang dipakai tidak perlu yang canggih, cukup Pentium III, operating system Windows 98 atau Windows XP dan sebuah Printer ( kalau ingin membuat Print out data pasien ). Komputer dan Printer bekas-pun jadilah.

4. Tanpa Catatan Rekam Medis elektronik, maka makin lama makin banyak arsip/berkas Kartu Pasien yang menumpuk. Bila asisten Dokter sedang cuti atau sakit maka Dokter akan sulit mencari sendiri Kartu Pasien dengan misalnya Pasien: Ali Baba dengan nomer: 007/2007. Dengan Catatan Rekam Medis Ekektronik, Dokter dapat mencari File pasien Ali Baba dalam bilangan detik saja ( banyak menghemat waktu dan tenaga ) sambil duduk dibelakang meja prakteknya menghadapi layar Komputer atau Laptop sambil minum Teh manis atau secangkir Kopi.

Demikianlah sedikit corat-coret dari saya. Semoga dapat membantu para Teman sejawat. Amin.

Minggu, September 23, 2007

Harga waktu ayah


Kemarin saya mendapat pencerahan dari buku “Setengah Isi Setengah Kosong”, kisah-kisah Inpsiratif sarat hikmah untuk Bisnis dan Karier, Palindungan Marpaung, MQS Publishing, cetakan X tahun 2007.

Dari 63 Topik bahasan dalam buku itu, ada 1 topik yang sangat menarik bagi saya. Saya tuliskan intisarinya sbb:

---

Andre, seorang anak yang setiap sore selalu menanti kepulangan ayahnya dari kantor untuk sekadar mengajaknya bermain. Suatu sore, sepulang kerja sang ayah ditanya oleh Andre, “Ayah ayah kerja di kantor dibayar berapa sih sebulan?,
Sambil mengernyitkan dahi si ayah menjawab, “ Ya sekitar Rp. 2.500.000,-“

“Kalau sehari berapa, ya” sela Andre.

Ayah mulai bingung, “Seratus ribu rupiah, ada apa sih? Kok nanya gaji segala.”

Andre tetap bertanya lagi, “Kalau setengah hari berarti Rp. 50.000,-, dong?”

“Iya, memangnya kenapa?” sahut ayah mulai jengkel.

Si anak dengan mantap mengajukan permohonan, “Gini Yah! Tolong tambahin dong tabungan Andre, Rp. 5.000,- saja. Soalnya, Andre sudah punya tabungan sebesar Rp. 45.000,- Rencananya, Andre mau membeli ayah setengah hari saja, agar kita bisa pergi memancing ikan bersama.”

---

Nah…. para ayah sudahkah anda meluangkan waktunya untuk anak anda.

Selasa, September 18, 2007

Malaysia ( 2 )

Saya menerima reply email berikutrnya dari Prof Dr Mat Jizat .

Sebagai saluran pertolongan bagi para netter, yang berminat dan memenuhi persyaratannya silahkan menghubungi alamat dibawah ini:

=====================================

reply-to matjizat@instedt.edu.my
to basuki.pramana@gmail.com
date Sep 18, 2007 8:59 AM
subject re: Tawaran bekerja di Malaysia

Terima Kasih atas sudinya Dr memasukkan maklumat di terowong kerja dalam Blog Dr. Untuk makluman gaji pemohon yang berjaya akan dibayar antara $2,000 -$4,000 (Malaysia) sebulan. Jika ingin mengetahui lebih lanjut tentang Kolej, pemohon boleh layar di www.instedt.edu.my

Sekian. Terima Kasih
PM Dr Mat Jizat
matjizat@instedt.edu.my

====================================

Semoga ada yang berhasil bekerja di Malaysia.

Dr. Basuki Pramana

Jumat, September 14, 2007

Pasien Amrik


Kalau saya teringat kejadian ini, saya tersenyum sendiri.

Kisahnya demikian:

Pertengahan tahun 2006, saya menerima telepon dari petugas Front office salah satu Hotel berbintang di kota saya. Saya pernah beberapa kali diminta kedatangan saya untuk memeriksa beberapa tamu hotel yang mendapat gangguan kesehatan selama mereka bermalam di Hotel S.

Pagi sekitar pukul 09.00 saya diminta untuk datang ke Hotel tsb karena ada seorang tamu pria dari Amrik yang sakit. Mendengar calon pasien saya ini berasal dari Amrik, maka saya dalam mobil menuju lokasi Hotel tsb berpikir saya mau bicara apa dalam bahasa Inggris, apakah “Hello, good morning” ( Halo, selamat pagi ), “My name is Basuki ( Nama saya Basuki )”, “Where do you come from, Sir ( Dari mana anda berasal, Tuan )”, “ What do you complaint? ( Apa keluhan anda ?)” etc.

Setiba di Lobby Hotel S, saya disambut oleh salah seorang petugas Hotel. Pak Budi ini mengatakan bahwa ada tamu Hotel yang sakit. Ia sedang duduk menunggu kedatangan Dokter sambil duduk di sebuah sofa.

Saya melihat seporang bule berumur sekitar 45 tahun, lebih muda umurnya dari umur saya sedang membaca koran yang tersedia di Hotel tsb.

Tanpa banyak membuang waktu saya ingin kontak dengannya.
“Good morning, Sir”
“My name is Basuki”

Pasien saya itu berkata “Nah, Dokter sudah datang. Silahkan duduk, dok.”
Lo katanya orang Amrik. Saya pikir ia akan bicara Inggris Amrik. Kok ia bicara Indonesia dengan fasih.

Apapun pertanyaan saya dalam bahasa Inggris, ia selalu menjawab dalam bahasa Indonesia, sepertinya ia tidak ingin bicara bahasa Inggris. Ya sudah, lebih baik begitu agar saya juga tidak belepotan bicara Inggris dengannya.

Tuan White ini mengatakan bahwa sejak semalam ia diare sudah 4 kali, akibat banyak makan makanan yang agak pedas santapan di Hotel. Penyakit Enteritis ( radang usus ) yang dideritanya tidak parah. Setelah dilakukan pemeriksan fisik seperlunya, saya memberikan sehelai resep untuk dibeli di Apotik terdekat melalui petugas Hotel.
Doctor fee saya terima di kasir Hotel yang akan ditagihkan kepada rekening Mr. White.

Dalam pembicaraan yang akrab ia mengatakan bahwa ia berasal dari Illionis, USA. Ia bekerja di salah satu perusahaan Amrik yang mempunyai cabang di Jakarta, Indonesia. Keluarganya berdomisili di Jakarta. Saat itu ia sedang melakukan perjalanan ke Semarang dan bermalam di kota Cirebon. Ketika saya datang untuk memeriksanya, ia sedang menunggu jemputan mobil seorang rekannya.

Senang saya dapat bertemu dan bicara dengan orang Amrik, tetapi kesal karena tidak bisa mempraktekkan bahasa Inggris dengan native speaker dari USA tadi.

Dalam perjalanan pulang ke tempat praktek, saya tersenyum sendiri. He..he.. cape-cape berpikir mau bicara apa dalam bahasa Inggris, ternyata pasien saya fasih bicara Indonesia.

Hari itu pengalaman saya bertambah satu lagi. Bye.

Lowongan pekerjaan Perawat di Malaysia


Hari ini saya mendapat email dari Prof Madya Dr Hj Mat Jizat Abdol, Malysia yang berisi beliau ingin mendapatkan tenaga kerja Indonesia seperti dalam emailnya sbb:

-----------
Assalamualaikum. wmbrt.

Dr Basuki, sebagai mengenalkan diri, saya ketika ini menjawat jawatan CEO di sebuah Kolej Swasta. Berkelayakan PhD pernah bertugas selama 24 sebagai Prof di University Techology Malaysia dari maklumat yang Dr Basuki paparkan di Blog .Entah macam mana saya teringin menghubungi Dr.dan mendapatkan pertolongan untuk mendapatkan warga indonesia yang Dr betul-betul kenal untuk bekerja di Malaysia sebagai Tutor / Pensyarah Kejururawatan di Malaysia. Pemohon perlu paling minima mempunyai kelulusan Perawat S1 atau S2 sudah ada pengalaman sebagai staff nurse tidak kurang 5 tahun dan ada bachelor atau master in Nursing. Jika ada yang ingin bekerja di Malaysia sila hubungi saya di email.
matjizat@instedt.edu.my.

Sekian dari saya Prof Madya Dr Hj Mat Jizat Abdol.

---

Bila ada yang berminat silahkan menghubungi email address diatas.

Senin, Agustus 27, 2007

Punya sahabat panjang umur


Memiliki jaringan sahabat kemungkinan memperpanjang jangka hidup seseorang, lapor Journal of Epidemiology and Community Health. Penelitian terhadap hampir 1.500 orang Australia yang berumur 70 tahun atau lebih mengkaji bagaimana hubungan baik mempengaruhi umur panjang selama kurun waktu 10 tahun lebih.

Orang-orang dengan jaringan sahabat yang kuat memiliki angka kematian 22 % lebih rendah darei pada orang-orang dengan sedikit sahabat. Persahabatan yang aktip juga memiliki pengaruh Positip di kalangan usia lanjut yang berkaitan dengan “depresi, rasa percaya diri, harga diri, kesanggupan mengatasi masalah dan semangat juang atau perasaan mandiri,” kata laporan tersebut.
---
Jadi mempunyai sahabat ada baiknya , bukan?

Rabu, Agustus 15, 2007

Shok terapi


Suatu siang kami berpapasan dengan Agus, temanku di selasar Rumah sakit.
“Gus, kamu masuk di bagian apa sekarang?” aku bertanya kepada Agus teman seangkatan, ketika kami sekolah Dokter di salah satu Universitas di Bandung. Ketika kami mengikuti tingkat akhir, pendidikan Koasistensi, kami belajar lebih banyak di lingkungan Rumah Sakit pendidikan kami dari pada di dalam Ruangan Kuliah di Kampus.
“Aku di bagian Pediatri ( I. Kesehatan Anak ). Malam ini kau kena jaga malam, Bud” Agus menjawab pertanyaanku.
“Sama, aku jaga malam juga di bagian Bedah” sahutku kepada Agus.

“Budi, siang ini ada Cito operasi di O.K. ( Operasi Kamar ) “ kata Lina rekanku di bagian Bedah.
“Emang giliran siapa yang mendampingi Dokter Singgih?”
“Menurut jadwal, kamu, Budi. Kamu bersiap-siaplah dan masuk O.K. sebelum Dokter Singgih cuci tangan. Kalau kamu terlambat, pasti kena marah” sahut Lina.
“Baiklah aku cuci tangan dulu, Lin” aku menjawab.
Setelah mengikuti asistensi di O.K. aku menulis laporan kegiatan Bedah siang itu. Yono seorang lekaki, 35 tahun, mengalami Perforasi Appendicitis ( Radang Usus Buntu yang pecah ). Dibanding operasi Appendectomi biasa ( operasi pengangkatan Usus Buntu ), operasi tadi lebih lama karena Dokter Bedah harus membersihkan rongga perut dari segala kotoran yang keluar dari Usus Buntu yang pecah tadi.
Malam itu aku jaga malam bersama Dokter Maksum. Enak kalau jaga bersamanya. Para Dokter muda dibimbing dengan baik dalam Ilmu Bedah dan juga tindakan praktis di ruang Poliklinik Bedah Rumah Sakit pendidikan kami.

-----

“Beri jalan, ada pasien.” begitu teriak petugas penerima pasien.
Seorang pemuda Amir, berusia sekitar 30 tahun mengalami kecelakaan lalu-lintas. Aku melihat Betisnya yang mengalami ekskoriasi ( luka lecet ). Bagian tubuh lainnya bersih, tak ada cedera, patah tulang dll. Semula di ruang depan Polikinik, ia dapat berbicara ketika ditanya identitas dirinya dan bahkan ingin menuntut seorang Bapak Toto, pengendara sepeda motor yang menabraknya. Toto mengatakan bahwa si Amir yang tidak hati-hati mengendari sepeda motornya sehingga terjadi tabrakan kedua sepeda motor. Pak Toto tidak mengalami luka dan pasien Amir hanya mengalami sedikit Eksoriasi di Betisnya.

“Siapa namanya?” aku bertanya kepada pasien Amir.
Dia diam saja dan kedua matanya tertutup rapat.
Aku memeriksa tekanan darah, denyut nadi, bunyi jantung dan pernafasan semuanya normal. Tidak ada luka lain atau tanda-tanda patah tulang.
Aku berpikir ia berpura-pura sakit berat dan kalau ia dirawat di R.S. maka ia dapat menuntut uang yang banyak dari Pak Toto yang dianggap penyebab dari lukanya.
Aku melaporkan hasil pemeriksaan pasien kepada Dokter Maksum dan mengatakan keadaan pasien yang ogah-ogahan menjawab semua pertanyaan.
Dokter Maksum berkata “Baik, kita lakukan Shok terapi ke satu saja.”
Aku bingung EST ( Electro Shock Therapy ) hanya dilakukan di bagian Psikiatry ( I. Kesehatan Jiwa ) untuk menenangkan pasien yang mengalami Schizophrenia ( gila ). Apakah di bagian Bedah ini biasa dilakukan EST juga?
Dokter Maksum meminta sebuah Pinset berkapas, dan ia mencelupkannya ke dalam larutan Yodium beralkohol, yang perih bila ditempelkan pada luka. Tanpa bilang apa-apa, Dokter Maksum mengoleskan kapas itu diatas luka lecet sang pasien.
“Aw…..perih…perih sekali” teriak sang pasien yang pura-pura pingsan itu. Ia duduk di atas bed pemeriksaan.
“Budi, pasienmu sudah bangun tuh” kata Dokter Maksum.
O… itu kah yang dinamakan Shok terapi ala Bagian Bedah?
Akhir minggu kami jaga bersama lagi dengan Dokter Maksum. Sore ini datang seorang pasien lelaki, Abang Becak, umur sekitar 40 tahun. Menurut laporan dari Perawat yang bertugas, pasien terjatuh dari Becak yang dikemudikannya. Menurut pengendara sepeda motor, seorang pemuda 30 tahunan, ketika akan mendahului Becak itu, tiba-tiba dari arah yang berlawanan meluncur sebuah Minibus yang mengambil jalan agak ketengah. Untuk menghindari tubrukan, ia mengarahkan setir sepeda motornya ke kiri dan mengenai kaki si Abang Becak. Abang Becak turun dari Becaknya dan masih dapat berdiri, setelah ia melihat ada seorang sepeda motor yang menyenggol kakinya , ia tiba-tiba terduduk dan minta diantarkan ke Rumah Sakit terdekat yaitu tempat kami bertugas. Ia minta ganti rugi atas kejadian itu. Tidak ada luka atau patah tulang.
Aku bertanya kepada sang pasien yang sudah berada diatas bed pemeriksaan “Pak, dimana yang sakit?”
Abang Becak diam saja.
“Pak, namanya siapa dan dimana rumahnya?” aku bertanya lagi.
Masih diam, matanya tertutup. Wah ini kasus simulasi ( pura-pura ) lagi. Aku melapor kepada Dokter Maksum tentang status kesehatan pasien yang baru masuk ini.
Dokter Maksum berkata “Baik, kita lakukan Shok therapi ke 2.”
Aku bingung, emang ada berapa macam Shok terapi di bagian Bedah ini? Di textbook aku tidak pernah membaca istilah ini.
Dokter Maksum berkata kepada salah seorang Perawat yang bertugas “ Suster, siapkan kamar operasi saat ini juga. Kita harus membedah pasien ini!” dengan mengedipkan mata kanannya.

Mendengar kata Operasi, Abang Becak tadi tiba-tiba bangun dan hendak lari dari ruang Poliklinik Bedah. Para Perawat lainnya menenangkan sang pasien agar tenang dan duduk di kursi.
“Itulah Bud, shok therapi ke 2 bagi pasien yang main simulasi” Dokter Maksum sambil tersenyum dan keluar dari Ruangan Poli.
Aku dan para perawat tertawa setelah Dokter keluar dari ruangan. Minggu itu aku mencatat ada 2 tipe Shok terapi yang manjur, bila menghadapi pasien yang main simulasi.

Selasa, Agustus 14, 2007

Enak bagi pasien dan enak bagi dokter.

Sebagai dokter rasanya senang atau enak bila mempunyai pasien-pasien yang mempunyai HAM ( hubungan antar manusia ) yang baik. Pasien menganggap dokter sebagai pemberi jasa pelayanan kesehatan dan juga menganggap dokter sebagai manusia biasa dan bukan malaikat.

Judul diatas ada benarnya bila:

Selalu menyapa dokter bila bertemu di tempat-tempat umum ( kalau menyapa juga di tempat yang tidak yang terhormat, maka hal ini merepotkan, dapat membuat malu dokter di depan orang banyak dengan tidak sadar mereka menyapa, ”Oh Dokter ..” Wah orang lain tahu kalau kami ini dokter. Dokter kok ada di tempat begituan. Makanya sebaiknya jangan mengunjungi tempat yang tidak terhormat ).

Pasien membawa oleh-oleh ( pisang, gula merah, kepiting dsb ) bila berobat, meskipun mereka tetap juga memberilkan jasa pelayanan kesehatan. Hal ini kadang-kadang dapat terjadi. Wah… rejeki nomplok nih.
Mengirimkan Kartu Ucapan hari Natal atau Hari Ulang Tahun ( bila mereka tahu HUT Dokter nya ).

Mengundang Dokter bila mereka mempunyai hajatan ( pernikahan, khitanan dll ).

Memberikan discount bila kami belanja di toko mereka / pasien atau ketika kami melakukan service mobil di bengkel mobil pasien. ( ada juga yang “nakal” dengan memungut biaya yang lebih besar dari pelanggang lain, mungkin dengan asumsi: biarinlah, kan ia seorang dokter yang banyak duitnya. A m i n . ). Pasien seharusnya mempunyai sikap bahwa bila mereka sakit, mereka butuh dokter dan bila mereka sedang senang maka dokter juga tidak terlupakan. Tapi yah… jaman sekarang hanya berapa persen sih pasien yang demikian. Mereka kalau sakit, dokter dicari-cari, tidak perduli jam berapapun. Kalau mereka sehat atau senang, ya buat apa mikirin dokter. Emang gue pikirin…..

Masih banyak lagi yang belum sempat saya rangkumkan, tetapi dari contoh-contoh kasus saya dapat menilai masyarakat dengan sebutan pasien.


Jumat, Agustus 03, 2007

Manfaat curhat


Apakah curhat ada manfaatnya? Mungkin ada yang menjawab tidak ada dan ada pula yang menjawab ada manfaatnya. Bagi saya selaku dokter praktek umum ada manfaatnya seperti apa yang telah saya alami di dalam kisah ini.

Sejak bertahun-tahun bila ada gangguan listrik dirumah keluarga kami, Pak Budiman ( bukan nama sebenarnya ) selalu kami minta untuk mengatasinya ( ganti kabel, pasang generator set dll ). Pak B. ini akhirnya menjadi pasien saya. Semula keluhannya flu, pegel linu sampai susah tidur dan darah tinggi.

Tekanan darah Pak B 140/80 mmHg. Dengan resep obat tablet Antihipertensi generik yang saya berikan, tekanan darahnya dapat terkontrol. Setengah tahun kemudian Pak B datang berobat, dengan alasan ingin tahu berapa tekanan darahnhya. Saat itu saya mendapatkan tekanan darahnya makin tinggi 180/90 mmHg. Wah gawat nih pikir saya. Ternyata Pak B tidak minum obat anti hipertensi yang saya berikan itu secara teratur dan berkelanjutan. Bila keluhan sakit kepala atau susah tidurnya hilang, obat itu tidak diminum lagi. Padahal Hipertensi adalah penyakit yang bisu, yang tidak memberikan keluhan apa-apa. Tidak semua keluhan pusing atau susah tidur atau sering marah-marah merupakan gejala dari Hipertensi. Pusing juga dapat disebabkan oleh penyebab lain misalnya saat tanggung bulan bagi kebanyakan orang pada saat ini. Jadi mesti dicari apa penyebab pusing itu. Tanpa mengobati penyebabnya maka Hipertensi sulit diatasi, meskipun diberikan macam-macam obat .

Dari anamnesa ( tanya jawab riwayat penyakit ) penyebab Hipertensi Pak B ini adalah Stres menahun. Ya menahun, karena selama berbulan-bulan Pak B dirongrong oleh putra ( anak sulung dari 6 bersaudara ). Setiap bulan putranya itu yang minta uang untuk biaya rumah tangganya. Bila tidak diberi uang maka putranya akan melakukan perbuatan yang merusak termasuk memecahkan kaca-kaca di rumah ortunya. Demi kasih kepada putranya, Pak B tidak melakukan perbuatan untuk menghajar putranya. Dunia saat ini sudah terbalik. Mestinya bila anak sudah bekerja, dinikahkan dan sudah membentuk keluarga baru di rumah yang baru, maka anak ini dapat memberikan materi /uang bagi ortunya. Dengan demikian beban rumah tangga ortu menjadi lebih ringan. Bukan sebaliknya pihak ortu masih menanggung beban keluarga anaknya dan beban semakin berat.

Pak B bingung, marah, jengkel dan penyesalan yang timbul selalu dipendam dalam batinnya. Mau curhat, kepada siapa? Isterinya? Percuma karena tidak dapat membantu katanya. Kepada tetangganya? Malu, sebab rahasia keluarga akan bocor keluar dan akan heboh sekampung. Akhirnya pilihan jatuh kepada dokternya alias saya sendiri. Saya dianggap oleh Pak B adalah orang yang cocok untuk diajak bicara masalah keadaan keluarganya yang menjadi penyebab Darah tingginya.

Suatu sore tahun 2002 saat jam praktek Pak B datang ke tempat saya. Kebetulan saat itu tidak ada pasien yang berobat.
Saya bertanya "Ada keluhan apa Pak B?"
Pak B menjawab " Dok, saya merasakan tubuh saya tidak karuan. Pusing sudah 2 hari, susah tidur, mimpi buruk dll "
Ini tanda orang mengalami Stres berat. Saya sudah hafal keadaan fisik Pak B, tidak ada kelainan organis, selain Darah Tinggi dan Stres berat.
Saya menjawab "Baiklah, saya periksa dulu tekanan darahnya, ya" Hasilnya mengejutkan, 200/90 mmHg, suatu tensi darah yang harus diturunkan kalau tidak ingin pembuluh darah otaknya pecah.

Ketika saya memberitahulan berapa tekanan darahnya, Pak B berkata lemah “ Saya sudah menduganya.”

Saya persilahkan pak B duduk berhadapan di Ruang praktek saya.
Pak B mengeluarkan semua uneg-unegnya. Saya menjadi pendengar yang baik dan pada timing yang tepat saya mengajukan pertanyaan atau membenarkan pendapatnya. Saya lebih banyak mengdengar dari pada berbicara. Waktu berlalu dengan cepat dan 30 menit tidak terasa sudah. Saat itu Pak B merasakan beban mentalnya sudah menjadi ringan. Ringan karena sudah dikosongkan dari batinnya dan sudah ada orang yang mau menjadi pendengar yang baik. Wajahnya lebih berseri.

Pada saatnya Pak B mohon pamit dari hadapan saya.
Saya berkata Pak B “Saya belum memberikan resep obat untuk Bapak.”
“Terima kasih, Dok. Rasanya saya sudah tidak membutuhkan resep obat lagi. Hati saya sudah jauh membaik, ada rasa plong di hati saya. Saya sudah sembuh.”
Saya melanjutkan “Ya sudah, saya berikan Vitamin saja ya.”
Pak B tersenyum dan berkata “ Saya kesini bukan ingin minta resep obat, Dok, tetapi ingin ada orang yang mau mendengarkan uneg-uneg saya, agar saya menjadi lebih tabah menghadapi hidup ini.”

Gleg... saya terhenyak mendengarkan curhat Pak B. Saya merasa menjadi orang yang paling bodoh sedunia. Pasienku datang ingin mengeluarkan semua beban mentalnya dan bukan minta diberi obat yang baginya saat itu, semua obat tidak ada gunanya. Obat apapun tidak dapat meringankan beban mentalnya, hanya membuat bodoh tubuhnya seolah-olah sembuh, padahal tidak. Masalahnya masih segunung, kalau tidak segera di keluarkan. Ia hanya butuh ada orang yang mau menjadi pendengar yang baik dan orang yang dapat dipercaya untuk posisi tsb.

Di dalam hidup selanjutnya Pak B, sempat 2 kali tidak sadar ( syncope ) selama 30 menit pada waktu yang berbeda. Saya sempat datang menengok Pak B. ketika dipanggil oleh keluarganya. Setelah sadar pak B tidak mengalami kelainan syaraf sedikitpun, tidak mengalami defisit nerologis. Serangan syncope yang terakhir atau yang ketiga terjadi 4 tahun yang lalu pada suatu tengah malam, Pak B mengalami syncope lagi dan segera di bawa ke sebuah RS swasta terdekat. Pagi hari pukul 07.00 saya mendapat berita per telepon dari keluarganya yang mengabarkan bahwa Pak B sudah dipanggil Tuhan pada pukul 04.00 dini hari. Saya segera mendatangi rumahnya untuk memastikan kebenaran berita duka tsb. Benar, Pak B sudah dipanggil Tuhan. Ah... mengapa hidupnya cepat berlalu, ketika usianya mencapai 62 tahun? Selamat jalan Pak B, beristirahatlah dengan tenang.

Selasa, Juli 31, 2007

Uneg-uneg


Tidak disangka oleh saya bahwa Ruang Konkes ( Konsultasi Kesehatan ) di web : http://crb.elga.net.id yang saya asuh sejak awal tahun 2000, cukup banyak peminatnya.

Semula Ruang Konkes ini hanya untuk User di ISP Ciebon Elganet, tetapi akhirnya saya dan Webmaster sepakat untuk membuka Konkes ini bagi Netter dari mana saja.

Ada beberapa masalah yang sama rasakan selama sekian tahun mengasuh Konkes ini, sbb:

Mengajukan pertanyaan yang sebenarnya bukan masalah yang penanya rasakan, tetapi hanya sebagai pengetahuan umum saja.

Mengajukan banyak macam pertanyaan yang tidak berkaitan, mirip pertanyaan ketika mengikuti Ujian akhir Dokter. Penanya seolah-olah ingin tahu apakah saya dapat menjawabnya atau tidak. Jadi sudah OOT ( out of topic ).

Banyak pertanyaan yang diajukan, padahal saya sudah menjawabnya berulang-ulang di web ini. Bila saja penaya mau memperhatikan kalimat anjuran agar searching dulu sebelum mengajukan pertanyaan maka sebenarnya jawabannya sudah tersedia sehingga tidak perlu bertanya lagi.

Mengajukan pertanyaan dengan kalimat seenaknya. Tidak menggunakan bahasa Indonesia yang baik, benar dan santun. Bagaimana saya bersemangat menjawabnya kalau sipenaya mengganggap dirinya sebagai Gue dan saya dianggap Elu. Sipenanya menganggap saya sebagai temannya atau dibawah derajatnya. Sungguh tidak menghargai orang yang diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang diajukannya, apalagi mau mengucapkan terima kasih yang saya tidak membacanya.

Sebenarnya Ruang Konkes yang bersifat Nonprofit alias gratis ini sangat berguna bagi para Netter yang memerlukannya. Bagi saya sebenarnya tidak gratis karena biaya pulsa telepon tetap menjadi tangungan saya ketika saya uploading jawaban-jawaban ke Server Cirebon Elganet.

Digabung menjadi satu, maka saya merencanakan untuk menutup Ruang Konkes ini pada akhir tahun 2006. Pengumuman itu disambut dengan banyak email masuk ke mailbox saya yang meminta agar Ruang ini tetap eksis. Akhirnya saya membatalkan rencana saya itu dan Ruang Konkes ini sampai sekarang masih hidup. Entah sampai kapan.

Rahasia jabatan


Dokter, Pengacara, Pendeta, Pastur di dalam jabatannya memegang teguh rahasia jabatan yang berkaitan dengan pasien atau kliennya.

Bertahun-tahun saya selaku dokter praktek selalu terusik dengan masalah topik ini. Biasanya berhubungan dengan kwitansi sebagai tanda penerimaan uang, doctor fee. Pasien yang diganti biaya pengobatan oleh kantornya selalu meminta dituliskan Diagnosa ( penentuan penyakitnya ) pada Kwitansi tsb.

Pada mulanya saya menolak menuliskannya kana ini menyangkut Rahasia Jabatan. Keesokan harinya pasien wanita yang bekerja di salah satu Bank datang kembali dan ia minta agar saya dapat menuliskan Diagnosa penyakitnya agar ia mendapat penggantian biaya berobat dari kantornya. Dengan persetujuan pasien akhirnya saya menuliskan Diagnosa penyakit di atas kwitansi.

Saya menjelaskan bahwa membocorkan Diagnosa pasien kepada pihak ketiga ( suami, isteri, bendahara dll ) tidak boleh dilakukan kecuali atas persetujuan pasien.

Kalau seandainya pasien menderita sakit G.O. ( Gonorrhoe, kencing nanah ) setiap berobat setiap bulan, tentulah Bendahara atau atasan di kantornya mengetahui penyakit karyawannya sendiri. Hal ini akan membuka aib sang karyawan kepada orang-orang lain.

Muncul pertanyaan selanjutnya: bila Diagnosa penyakit ditulis dalam istilah Latin ( yang berlaku umum di dunia medis yang dapat dibaca oleh semua dokter di seluruh dunia ), apakah sang Bendahara kantor pasien dapat memahaminya? Entahlah. Itu urusan mereka.

Akseptor KB


Kepercayaan kepada seorang Dokter bagi pasien ada benarnya. Bila Dokternya sedang ke luar kota atau alasan lain sehingga sang Dokter tidak praktek, maka pasien tsb tidak mau berobat kepada Teman Sejawat lainnya.

Saya dan isteri sama-sama dokter umum. Ketika isteri sedang keluar kota untuk beberapa hari, saya menggantikan praktek sorenya. Saya memasang pengumuman bahwa praktek digantikan oleh saya dengan mencantumkan nomer SIP ( Surat Ijin Praktek ) saya agar para calon pasien yg mau berobat dapat mengetahuinya.

Datanglah seorang akseptor Suntik KB yang ingin mendapatkan suntika ulangan yang biasa dilakukan setiap 3 bulan sekali. Ketika sudah dipersilahkan duduk, ibu akseptor KB ini bertanya " Mana Ibu Dokternya"
Saya menjawab bahwa istri saya sedang ke luar kota dan digantikan oleh saya seperti pengumuman di pintu masuk Ruang Praktek. Ia tidak bersedia disuntik oleh saya, meskipun soal suntik menyuntik di bokong sudah biasa bagi saya, tetapi rupanya sang akseptor malu bila bokongnya disuntik oleh dokter laki-laki. Ibu ini lebih baik pulang dan menunggu kedatangan isteri saya. Saya katakan bila anda malu suntik di bokong, suntikan dapat dilakukan pada lengan atas. Sang akseptor menggelengkan kepalanya. Ya udah mau apa lagi. Saya katakan jangan campur dulu dengan suami sebelum disuntik ulang.

Pasien seperti ini sedikitnya ada 3 orang.
Fakta ini mendukung pernyataan bahwa sugesti yang telah terbentuk yaitu kepercayaan kepada seorang Dokter tidak mudah digantikan oleh Dokter lain. Bagaimana kalau sang Dokter sudah tidak praktek lagi? Saya tidak bisa menjawabnya.

Rabu, Februari 21, 2007

Pica

Kliping kesehatan:

PARA dokter Prancis terhenyak saat menemukan 350 koin senilai 650 dolar AS, serta beberapa kalung dan jaram di perut seorang pasien Rumah Sakit Umum Cholet, Prancis. Pasien ini tentu saja bukan korban santet atau teluh, tetapi merupakan orang yang mengalami gangguan jiwa.

Pasien berusia 62 tahun ini dibawa ke ruang gawat darurat RS Cholet, bagian barat Prancis pada 2002 lalu. Dia memiliki catatan sebagai pengidap gangguan jiwa berat dan dilaporkan mengalami sakit perut sehingga tidak dapat makan.

Keluarganya telah mengingatkan para dokter bahwa pasien tersebut terkadang menelan koin. Mendapat laporan itu, dokter memeriksanya dan berhasil mengeluarkan beberapa koin dari dalam perut pasien. Karena masih penasaran, para dokter memutuskan untuk menggunakan sinar-X untuk mengetahui berapa banyak koin yang ada di dalam perut pasien tersebut.

Mereka sangat terkejut saat melihat gumpalan di dalam perut pasien yang beratnya mencapai 12 pon (24 kg). Gumpalan itu - demikian beratnya sehingga untuk mengeluarkannya harus di lakukan operasi. Lima hari setelah kedatangannya di rumah sakit, pasien tersebut dioperasi. Para dokter membuka perutnya dan mengeluarkan seluruh gumpalan tersebut. Tetapi pasien tersebut meninggal dunia 12 hari kemudian karena komplikasi penyakit.

Salah seorang dokter yang merawatnya, Dr. Bruno Francois "mengatakan, pasien itu telah menelan uang koin Prancis dan kemudian uang koin Euro, selama lebih dari satu dekade. Dilar porkan pula, selama masa itu keluarganya telah mencoba menjauhkan dia dari koin dan perhiasan. "Jika ia diundang atau datang ke sebuah rumah, dia gemar mencuri koin dan memakannya," ujar Dr. Francois.

Cerita tentang pasien aneh ini, ditulis secara lengkap di Journal ofMedicine New England. Na-mun natna sang pasien disamarkan. Citra detail dari foto sinar-X ditampilkan secara khusus di jurnal kedokteran terse-but dan disebutkan kondisi seper-ti itu merupakan "misteri medis" yang menantang untuk dipecahkan.

Dr. Lindsay Baden, salah se-orang editor Jurnal itu mengatakan, sudah ada 666 pembaca, sebagian besar dokter, yang menghubungi redaksinya untuk mencoba memecahkan misteri tersebut.

Dalam istilah Kedokteran, kondisi pasien seperti itu dinamakan pica, yaitu dorongan untuk memakan sesuatu yang secara normal tidak dikonsumsi sebagai makanan. Istilah penyakit itu diambil dari bahasa Latin untuk sejenis burung Gagak yang memakan segala jenis benda.

Pica dalam bentuknya dapat saja berupa dorongan untuk memakan kotoran, debu, kapur tulis, rambut, sabun, sikat gigi, korek api yang telah terbakar dan berbagai benda lainnya.

Dr. Francois juga pernah merawat pasien yang gemar memakan Garpu. Kebanyakan objek yang dimakan oleh penderita pica biasanya relatif kecil agar bisa melewati tenggorokan. Dalam beberapa kasus, ada juga yang tersangkut, sehingga mem-butuhkan pertolongan dokter. Kondisi seperti itu dapat juga ditemukan pada anak-anak atau wanita hamil, namun kebanyakan ditemukan pada orang yang menderita penyakit jiwa. ( Za-ky / "PR", Sumber AP )

Jumat, Februari 16, 2007

Minyak angin cap Kapak

Saya mempunyai pasien yang unik. Kejadian ini terjadi sebelum masa Krismon ( krisis moneter, tahun 1998 ). Pak A. ini karyawan salah satu perusahaan swasta. Bila sakit, perusahaannya ini selalu mengganti biaya berobat sampai sejumlah rupiah tertentu. Ia merasa bersyukur karena bila ia sakit maka perusahaannya yang akan mengganti biaya berobat.

Pada waktu menuliskan resep untuknya Pak A ini selalu mengatakan “Dok, tolong ditambahkan sebotol minyak gosok cap Kapak”.
Saya jawab” Minyak gosok kan obat bebas Pak, jadi tidak usah diresepkan lagi.”
Pak A tetap ngotot minta agar resepnya mengandung minyak cap Kampak.
Bila lain waktu Pak A ini datang berobat, maka saya selalu berkata minyak cap Kapak ya Pak, padahal nama pasien ini saya sudah lupa.

Mendengar guyonan ini ia tertawa dan menjawab dengan “ Ah dokter “. Rupanya ia merasa cocok dengan minyak gosok tadi dan merasa senang ditraktir perusahaannya. Mungkin Anda pernah mengalami hal yang sama dengan pasien Anda dan dengan minyak gosok cap yang lain atau minta dituliskan obat tertentu, yang mungkin tidak ada kaitannya sama sekali dengan penyakit yang dideritanya saat itu. Sekarang saya tidak mau didikte oleh pasien.

Oh… cap Kapak.

Pasien aneh

5 September 2000.

Seminggu yang lalu saya dikunjungi pasien, seorang Bapak K., 52 tahun yang mengeluh: pusing sejak beberapa hari yang lalu, semalam menggigil, susah tidur ( insomnia ), penglihatan kedua mata kabur dan rasa tidak enak sekitar hidung.

Setelah melakukan pemeriksaan saya mendapatkan: tekanan darah:normal, THT : normal, kedua mata: Cataract senilis ( pasien berkaca mata minus ) dan observasi Cephalgia ( pusing ) yang dapat disebabkan banyak hal seperti: Flu berat, Stress, Radang Sinus ( Sinusitis ), sedang tanggung bulan dsb.

Untuk menegakkan Diagnosa, saya menganjurkan untuk dilakukan pemeriksaan Laboratorium Klinik terhadap Darah dan Urinenya.
Saya membuatkan surat permohonan pemeriksan Laboratorium ke salah satu Laboratorium Klinik terdekat.

Sebagai obat sementara yang dapat meringankan penderitaan Bapak K, saya membuat resep 1 macam obat yang mengandung anti pusing, penenang dan vitamin. Saya menganjurkan agar hasil pemeriksan Laboratorium segera diserahkan kepada saya.

4 hari kemudian datanglah Bapak K. ke tempat praktek saya. Ternyata sepulangnya dari tempat praktek saya 4 hari yang lalu, ia tidak memeriksakan darah dan urinenya ke lab.klinik, tetapi ia pergi mengunjungi Dokter lain, teman sejawat Ahli THT, dengan alasan bahwa pusingnya tidak tertahankan ( padahal saya sudah memberikan resep untuk mengatasi pusingnya yang tidak ia belikan, mana ada perubahan rasa pusingnya kalau obatnya belum diminum ). Oleh Ahli THT, Bapak K. ini diberi resep 4 macam. Meskipun sudah diminum obat-obat tersebut, tetapi rasa pusing dan tidak enak sekitar hidungnya tidak juga mereda.

Rupanya bapak K. ini tidak mempercayai saya sebagai Dokter dan telah meminta second opinion dari Dokter lain yang merupakan hak seorang pasien.

Ketika ia juga belum sembuh dari penderitaannya, ia menuruti anjuran saya untuk melakukan pemeriksaan Laboratporium ( kenapa ia tidak melakukannya sejak awal ). Semua hasil pemeriksaan Darah dan Urine bapak K. ini ternyata dalam batas-batas normal. Saya menganjurkan agar resep yang telah saya berikan kepadanya agar dibelikan dan segera diminum sehari 3 kali 1 kaplet.

Bapak K. ini bertanya, “Dok, mengapa rasa pusing saya belum sembuh?”
Saya menjawab, “ Saya tidak mengerti jalan pikiran anda. Anda telah berobat kepada saya tetapi tidak melaksanakan anjuran saya untuk melakukan pemeriksan Laboratorium dan resep obat tidak dibeli, bahkan pergi ke Dokter lain yang hasilnya juga tidak ada. Hasil pemeriksan laboratorium Anda ternyata dalam batas normal. Nah… begini saja minumlah obat yang sudah saya resepkan untuk Anda. Bagaimana Anda akan sembuh bila obatnya saja belum dibelikan dan diminum?”

Ia berkata lagi, “ Habis bagaimana dok?”
Saya menjawab,” Tidak bagaimana bagaimana. Segera belikan resep obat yang saya berikan. Semoga lekas sembuh”, saya akhiri konsultasi dengan Bapak K ini.

Setelah pasien itu meninggalkan ruang periksa saya, saya merenung: kasihan Bapak K. ini, kalau setelah minum obat resep saya rasa pusingnya tidak juga sembuh, sebaiknya dirujuk ke teman sejawat Psikhiater.

Kalau jasmani tidak apa-apa, maka penyebabnya mungkin berada di bidang rohani. Sampai kisah ini dibuat, Bapak K. belum kembali lagi. Sembuhkah pusingnya? Semoga.


Selasa, Februari 06, 2007

Cara pengobatan aneh

Kisah ini terjadi sekitar tahun 1985.

Salah seorang Staf Puskesmas saya, mempunyai adik laki-laki (si A), saat itu berumur 15 tahun yang sudah 4 hari pulang dari Rumah Sakit. A menderita Radang Usus Buntu (Appendicitis) yang sudah dioperasi. 5 hari kemudian, A diperbolehkan pulang. Meskipun benang jahitannya sudah diangkat tetapi luka bekas operasinya sedikit terbuka dan dari dalam mengeluarkan cairan (getah bonteng). Selama 4 hari dirumah, cairan ini tidak mongering dan luka tidak menutup. Antibiotika yang ia minum adalah Amoxyxcilin 3 kali 500 mg per hari. Kapsul ini sudah habis diminum tetapi ia merasa belum sembuh.

Suatu hari saya berkunjung ke rumah mereka untuk menjenguk A yang masih sakit. Mereka minta agar saya dapat membantu kesembuhan A ini. Saya berpikir mungkin Antibiotika yang diminumnya harus diganti dengan jenis Antibiotika yang lain yang tentu lebih mahal harganya. Saya tidak tega membebani mereka dengan pengeluaran uang lagi. Untuk biaya Rumah Sakit dan obat-obatan mereka sudah mengeluarkan biaya yang besar.

Setelah melihat kamar dimana A berbaring, secara spontan saya merasa A tidak cocok berbaring disitu, lebih baik bed dipindah ke sisi yang lain dari kamar tidurnya. Saya hanya memberikan resep Multivitamin saja. 3 hari kemudian saya mendapat laporan bahwa si A ini lukanya sudah kering, lukanya sudah menutup dan ia sudah dapat berjalan. Saya bersyukur bahwa si A ini segera sembuh berkat resep ajaib tadi.

Kalau ditanya apa sebabnya saya menganjurkan merobah letak bed nya?
Saya juga tidak tahu. Dari pada tidak berbuat apa-apa, saya mencoba teori bahwa seseorang dapat sakit bila ia berbaring di suatu posisi dimana dibawah tanah itu di kedalaman tertentu ada aliran air/sungai dibawah tanah. Nah sungai inilah yang memberikan getaran elektromagnetik yang merugikan sehingga orang yang berbaring di atasnya akan mengalami gangguan pada tubuhnya (lekas lelah, badan lemas dsb). Secara kebetulan si A ini mungkin berbaring disitu dan setelah dirobah letaknya (tidak ada aliran air dibawahnya) ia sembuh dengan cepat tanpa diberikan obat lagi (piahong, antibiotika dsb).

Pastur Logman di Purworejo, Jawa Tengah yang mempunyai kemampuan menyembuhkan penyakit, membuat kumparan dari kawat tembaga yang berfungsi untuk menetralisir gelombang elektromagnetik yang merugikan kesehatan manusia. Karena kami tidak mempunyai kumparan tembaga ini maka cara yang paling gampang adalah menghindari aliran sungai ini dengan memindahkan tempat bed. Itu juga kalau benar di bawah sana ada aliran air. Saya juga tidak yakin benar, tetapi si A ini lekas sembuh nyaris tanpa biaya lagi. Si A merasa gembira ia sudah sembuh dari penderitaanya. Believe it or not. :)


Selasa, Januari 30, 2007

Melatonin

Setibanya di kota Sydney pada tanggal 23 Desember 2000 dengan pesawat Garuda, saya mengalami jet lag. Perbedaan waktu antara Jakarta ( GMT + 7 ) dan Sydney ( GMT +4 ) atau 3 jam sebenarnya tidak begitu besar pengaruhnya terhadap tubuh saya. Meskipun demikian jam biologis yang ada di dalam tubuh saya perlu menyesuaikan diri terhadap waktu Sydney. Jet lag ini teratasi setelah 1-2 hari saya berada di Sydney.

Ketika saya mengunjungi kota Sydney pada tanggal 8 Desember 2005 dengan pesawat Qantas, jet lag ini hampir tidak terasa. Khasiat Melatonin kaplet yang saya minum pada malam hari setibanya di Sydney sangat membantu jam biologis saya. Kebiasaan bangun pagi pada pukul 05.00 WIB ternyata juga terjadi ketika saya di Sydney. Padahal saat itu masih pukul 02.00 dini hari ( WIB ) di Jakarta.

Melatonin ( N-acetyl-5methoxytryptamine ) merupakan hormon yang dihasilkan oleh Kelenjar Pineal yang terletak di otak manusia. Kelenjar Pineal memproduksi Melatonin pada malam hari sehingga Melatonin sangat dianjurkan dikonsumsi pada malam hari. Asam amino Tryptophan dirubah menjadi Serotonin oleh enzym Tryptophan hydroxylase dan 5-HTP decarboxylase. Serotonin akan dirunah menjadi Melatonin, oleh enzym Serotonin N transferase dan Hydroxy indole O-methyl transferase.

Melatonin sudah banyak diproduksi oleh beberapa negara ( USA, Australia dll ) dan sudah dipasarkan di Indonesia dalam bentuk kaplet atau kapsul 1, 2, 3 mg yang tergolong sebagai Food suplement. Melatonin dapat dibeli tanpa resep dokter.

Melatonin akan makin menurun dengan bertambah umur manusia, paling tajam terjadi penurunan pada umur 50 tahun keatas. Menjelang umur 60 tahun, kelenjar Pineal hanya akan menghasilkan setengah dari jumlah Melatonin yang dihasilkan ketika umur 20 tahun.

Sebenarnya hormon Melatonin ini banyak manfaatnya.

Melantonin antara lain berkhasiat:
Mengatasi Jet lag dan susah tidur ( insomnia )
Merupakan anti oksidan dan pemelihara kesehatan jantung
Anti Kanker
Anti gangguan endokrin
Menunda proses penuaan
Memelihara potensi seksual

Jet lag dan gangguan tidur:
Jet lag terjadi akibat perjalanan jarak jauh yang melewati batas waktu dan terjadi pada waktu yang singkat. Hal ini akan mengganggu ritme sirkadian tubuh. Ritme sirkadian membutuhkan waktu 1 hari untuk beradaptasi untuk melintasi setiap zona waktu. Dengan perkataan lain perbedaan waktu 5 jam akan membutuhkan rata-rata 5 hari penyesuaian. The Oxford Textbpook of Medicine menganjurkan penggunaan Diazepam ( obat penenang ) 10 mg untuk mengatasi gejala jet lag. Penyelidikan lebih lanjut terhadap awak pesawat penerbangan luar negeri, menunjukkan bahwa penggunaan Melatonin 5 mg selama 5 hari sejak kedatangan disuatu tenpat akan mempercepat gangguan jet lag, mood dan tidur.
Penggunaan 1 mg Melatonin mempunyai efek yang bagus terhadap gangguan tidur yang menahun. Penggunaan Melatonin tidak memberikan efek hangover ( perasaan tidak nyaman / melayang ) pada saat bangun pagi hari. Hang over sering terjadi pada penggunaan tablet Luminal pada malam hari sebelumnya.
Melatonin tidak hanya mempengaruhi ritme tidur tetapi juga mempengaruhi jenis dan kwalitas tidur yang kita alami. Tidur yang cukup ( 7- 8 jam ) akan membuat tubuh menjadi fit kembali ibarat aki mobil yang telah distrom semalaman, menjadi lebih segar.

Sebagai anti oksidan dan pemelihara kesehatan jantung:
Melatonin merupakan anti oksidan yang kuat. Radikal bebas adalah suatu eletron yang tidak berpasangan. Bila sebuah elektron ditambahkan O2 akan membentuk O2 radikal anion superoksid. O2 akan mengalami reduksi olen enzym Superoxyde dismutase menjadi H2O2 yang bersifat toksis bila terdapat dalam konsentrasi yang tinggi. H2O2 akan direduksi menjadi gugus OH. Radikal OH ( .OH ) akan merusak sel-sel tubuh. Melatonin efektip untuk menetralisir gugus OH ini.
Bila dibandingkan dengan anti oksidan yang lain seperti Vit. E, Vit. C, Selenium dan Gluthatione, maka daya anti oksidan Melatonin lebih kuat.
Banyak peneliti percaya bahwa plak yang menghambat aliran darah mulai tumbuh dalam arteri sebagai akibat dari luka di pusat arteri bagian dalam.
Penyebab luka ini adsalah disebabkan oleh oksidasi LDL ( kolesterol jahat ), oleh radikal-radikal bebas atau molekul-molekul Oksigen yang tidak stabil.
Melatonin adalah pemangsa radikal bebas sehingga dapat mencegah terjadinya luka awal dengan melahap radikal-radikal bebas sebelum mereka dapat menyerang LDL.
Mereka yang minum Vit E akan terserang penyakit Jantung sebanyak 40 % saja bila dibanding dengan mereka yang tidak mengkonsumsinya.
Melatonin juga merendahkan Kolesterol sehingga mencegah pembentukan endapan-endapan plak yang dapat menyumbat arteri dan aliran darah. Melatonin dapat menormalkan tekanan darah dan menghalangi kerja radikal-radikal bebas yang keduanya dapat merusak arteri dan melukai Jantung. Melatonin akan membantu menjaga agar Jantung tetap kuat dan efisien sepanjang hidup kita.

Sebagai anti Kanker:
Melatonin akan memperlambat proses penuaan sistim kekebalan yang dipercaya merupakan faktor anti kanker yang sangat ampuh. Melatonin akan meningkatkan keagresifan dan keefektipan sel-sel T atau pelawan-pelawan kanker alami tubuh manusia. Sel-sel inilah yang mencari dan menghancurkan sel-sel abnormal dan ganas sebelum dapat berkembang biak. Pada saat manusia menua maka sel-sel T akan kehilangan sebagian kekuatannya. Mempertinggi kinerja sel-sel T sangatlah penting yang dimiliki Melatonin dalam perlindungan manusia dari kanker. Kesimpulan dari penelitian oleh National Institutes of Health ( NIH ) pada tahun 1978, mengatakan bahwa wanita-wanita muda lebih kecil resikonya terkena Kanker Payudara dari pada wanita-wanita yang lebih tua umurnya, karena kadar Melatonin mereka lebih tinggi.


Anti gangguan endokrin:
Melatonin juga dapat membuat seks sebagai pengalaman yang menyenangkan pada usia berapapun. Melatonin mempertinggi efek Endorphin, suatu penenang alami yang dihasilkan oleh tubuh kita dan yang dapat meredakan rasa sakit dan stres. Pelepasan Endophin menghasilkan sensasi akan kesenangan dan kesehatan. Melatonin juga mengendalikan produksi 2 hormon pada Ibu-ibu baru melahirkan yang memicu produksi ASI yakni hormon Prolactin dan Oxytosin.


Melatonin untuk menunda proses penuaan:
Pada umur 20 tahun kadar Melatonin dalam darah manusia berada pada puncaknya sekitar 125 pikogram. Setelah itu kadarnya makin menurun secara pelan-pelan dan pada umur 40 tahun terjadi penurunan kadar Melatonin yang drastis dan pada umur 80 tahun kadar Melatonin tinggal setengahnya bila dibanding pada umur 20 tahun. Untuk mengatasi hal ini maka sejumlah Melatonin diburtuhkan untuk mengembalikan kadar Melatoin seperti pada waktu muda. Dengan memulihkan Melatonin pada kadarnya di waktu muda, maka akan terjadi pemulihan lonceng penuaan manusia dan membantu memelihara tubuh dalam kondisi muda.

Berapa banyak Melatonin yang dibutuhkan?
Untuk memelihara kadar Melatonin pada puncaknya dimasa muda, dianjurkan dosis-dosis berikut:

Umur / Dosis Melatonin:


40 – 44 tahun / 0,5 – 1,0 mg pada jam tidur

45 – 54 tahun / 1,0 – 2,0 mg pada jam tidur

55 – 74 tahun / 2,0 – 2,5 mg pada jam tidur

74 ke atas / 3,5 – 5 mg pada jam tidur




Dari daftar diatas dapat dilihat bahwa Melatonin diminum pada jam tidur dan dosis ditingkatkan seiring dengan umur. Bagi sebagian orang, Melatonin menyebabkan rasa mengantuk sehingga yang terbaik adalah meminumnya setengah jam sebelum tidur.

Melatonin dan potensi seksual:
Melatonin juga menghambat enzym 5-alfa-reductase yang menguraikan hormon Testosteron menjadi bentuk yang lebih ampuh yang dapat merangsang pertumbuhan sel-sel Prostat. Penghambat enzym ini dimiliki oleh obat Proscar sebagai obat untuk mengatasi Hypertrophy Prostat.
Melatonin menghambat proses arteriosclerosis yang menyebakan terjadinya penurunan aliran darah ke Penis sehingga menimbulkan Impotensi atau Disfungsi ereksi pada pria.
Melatonin pada wanita meninggikan dorongan seks mereka dan memperbaiki kehidupan seks mereka. Melatonin membuat wanita merasa lebih sehat secara umum.
Oleh karena khasiat-khasiatnya yang menunda proses poenuaan, Melatonin juga dapat membantu mencegah masalah-masalah fisik yang berkenaan dengan proses penuaan yang sering kali mengganggu hubungan seksual yang memuaskan. Singkat kata, Melatonin adalah hormon yang meninggikan daya seks yang membantu mendukung minat yang sehat terhadap seks seumur hidup.

( Dari berbagai sumber, Dr. Basuki Pramana )

Minggu, Januari 28, 2007

Pasien meninggal

Tgl 27 Des 2005 jam 21.30:
saya memenuhi panggilan sebuah keluarga di Jl. P., Cirebon.
Ibu S. ( pernah berobat di tempat praktek saya ) minta bantuan saya untuk memeriksa adik laki-laki, Tn. P, 54 tahun yang tidak mau makan sejak tadi pagi dan sedikit batuk..

Tn P. ini idiot, keadaan umum: sadar, cachexis ( kurus ), sukar diajak bicara ( kontak inadekwat ), tensi darah: 120/80, kaki sedikit bengkak ( ankle edema ), Jantung / Paru/ Abdomen: dalam batas normal, Kulit: turgor kurang baik ( dehydrasi?).

Setelah saya menulis resep Vitamin, Obat batuk , Antibiotika Amoxycilin 500 mg, saya meninggalkan rumah mereka.

2 hari kemudian, saya di telepon oleh Ibu S tadi yang mau minta tolong lagi untuk memeriksa pasien lain yang masih keluarganya di Jl. S., Cirebon. Saya menyanggupi untuk mendatangi rumah pasien pada jam 21.30 setelah pulang praktek.

Saya bertanya kepada Ibu S. “Ibu, bagaimana perkembangan pasien Tn P.?”
Ibu S menjawab “Adik saya,P. sudah selamat, Dok.”
Saya mengomentari “Iya syukurlah kalau sudah membaik dan mau makan.”Ibu S menjawab lagi “Dok, si P. itu sudah kami makamkan di pekuburan Pronggol Cirebon.”
Saya tersentak “O ya? Kok bisa begitu Bu. Bagaimana ceritanya?”

Ibu S menjawab lagi “Setelah Pak Dokter pulang, suami saya membelikan resep dokter di salah satu apotik 24 jam. Sepulangnya dari apotik, kami bermaksud akan memberikan obat tsb kepada adik saya, P itu. Kami membangunkan P. dari tempat tidurnya, tetapi tidak ada reaksi apa-apa. Ternyata adik kami P sudah dipanggil Tuhan. Besoknya kami makamkan di pekuburan Pronggol. Obat dari Dokter Basuki belum sempat diminumnya.”

Saya berkata “Ibu, saya turut berduka cita. Jadi obat belum sempat di minum ya.”

Ibu S “ Belum diminum, Dok.”

Di dalam hati saya berkata, untung belum diminum, bagaimana kalau setelah diminum obatnya dan ia meninggal dunia? Mungkin ceritanya jadi panjang dan keluarganya akan menuntut saya. Obat apa yang telah diresepkan, dsb ?

Dari pembicaraan kami nampaknya Ibu S. tidak menyalahkan saya atas meninggalnya P, karena keadaan P sejak kecil sudah banyak menderita dan ia ikhlas bila Tuhan memanggilnya saat itu.

Kedatangan dokter hanya suatu kebetulan saja. Siapapun, dan kapanpun bila Tuhan memanggilnya maka tidak ada kuasa lain yang dapat mencegahnya. Sikap Ibu S. yang tidak menyalahkan saya, terbukti dari permohonannya kepada saya 2 hari kemudian minta tolong lagi untuk memeriksa salah satu familinya yang lain. Kalau ia tidak puas dengan pelayanan saya, maka pastilah ia tidak akan mau minta pertolongan saya lagi.

Pernah saya mendapat komentar dari seorang pasien ketika saya tidak buka praktek karena sakit. “Kok dokter bisa sakit sih?”
Saya jawab “Jangankan sakit pak, dokter pun bisa meninggal dunia kok. “

Ia menjawab “Iya benar ya dok. Dokter kan manusia juga ya.”

Sejak itu saya lebih bersikap rendah hati dan tidak menyombongkan diri meskipun menjadi dokter bahkan sudah pensiun, karena masih ada kuasa yang jauh lebih besar dari Sang Pencipta.

Serangan Jantung

Awal Agustus 2005:
Saya mendapat e-mail dari putra kami A. P. bahwa ia akan di wisuda pada tgl 15 Des 2005. Sejak 1998 ia melanjutkan study Kedokteran Umum di UNSW, University of New South Wales, Sydney, NSW, Australia. Kami gembira dan sudah sejak lama kami berdoa agar studynya dapat selesai pada waktunya. Penantian yang lama ini akhirnya terjawab. Kami bersyukur kepada Tuhan.

Saya dan isteri mempersiapkan Pasport dan Visa kunjungan yang kedua kalinya ke Australia. Sejak Kedubes Australia mendapat ancaman bom pada tahun 2004, tidak mudah memasuki Gedung Kedubes Australia di Jakarta. Untuk permohonan Visa saya lakukan melalui e-mail. Kami diberi Multiple Visa Turist selama 3 bulan 11 Okt 2005 – 11 Jan 2006.

Kami mendapatkan tiket promosi pesawat Qantas Jkt – Syd – Jkt yang lebih murah US$100 dari pada biasanya, US$515/orang. Kami akan pergi dan kembali tanggal 7 – 21 Des 2005. Bila kami tidak berangkat tgl. 7 Des 2005 tiket akan hangus. Bulan Desember adalah bulan high season karena ada liburan Natal dan tahun Baru, sehingga perlu pesan tiket pesawat jauh-jauh hari.


Sabtu 3 Des 2005:
Bangun tidur pk, 04.00 pagi setelah b.a.k. saya merasa nyeri pada dada kiri. Saya taruh 1 tablet Cedocard ( pelebar pembuluh darah Koroner ) di bawah lidah ( sublingual ). Sampai pk. 05.00 nyeri tidak juga mereda. Saya kena serangan Jantung! Isteriku menelepon Dr. S. Sp.JP, FIHA, Ahli Jantung. Beliau menginstruksikan agar kami segera ke UGD ( Unit Gawat Darurat ) R.S.U. GJ. 05.15 saya diatas brankar masuk UGD dan segera dibuat rekaman jantung, EKG ( Elektro Kardio Grafi ). Ada penyempitan pembuluh darah Koroner sebelah kanan bawah!

Saya segera didorong masuk ke ICU ( Intensive Care Unit ), lengan kiri ditusuk beberapa kali untuk mengambil sample darah untuk bermacam-macam pemeriksaan. Lengan kananku ditusuk untuk memasang cairan infus & obat-obatan. Ke 2 lubang hidungku disumbat 2 slang kecil untuk memberikan gas Oksigen.

Pk. 08.35 infus Strepokinase 1,5 juta Unit dalam Glukose 5 % masuk kedalam tubuhku. Obat ini mesti diinfuskan dalam waktu, golden periode 6 jam setelah serangan tiba. Jadi maksimal pk. 10.00 saya sudah harus mendapat infus obat ini. Bila tidak, maka keadaan makin memburuk, bokongku disuntik 2,5 mg Pethidin ( Morfin sintetik ) untuk meredakan nyeri dada saya.

Ah…..menjadi pasien sungguh sangat tidak nyaman, kalau bisa janganlah sakit. Setelah 1 jam nyeri banyak berkurang, meskipun belum 100 %. Saya bersyukur. Saya masih diberi kesempatan hidup lebih lama oleh Tuhan.

Pk. 13.00 saya mendapat suntikan Pethidin ulangan.
Sore hari sekitar pk. 15.30 saya merasa sudah tidak sakit kembali. Saya merasa sehat. Terima kasih kepada Tuhan yang telah menyembuhkanku melalui tangan Dr. S.

Sore hari pk. 17.00 saat makan malam tiba saya mendapat jatah makan berupa bubur, ayam, tempe dan tahu ( semuanya tawar, tanpa garam ). Enak tidak enak, makan malam ini harus saya telan juga, dari pada kelaparan yang sejak dini hari perut belum diisi makanan.

Dukungan PT Askes Indonesia dalam pemberian obat-obatan sangat membantu kami. Kartu Askesku oleh isteriku segera diperbaharui. 1 botol kecil yang berisi bubuk obat Thrombolytic yaitu Streptokinase 1,5 juta Unit seharga Rp. 3 juta pun ditanggung Askes. Sejak menjadi PNS saya menggunakan Askes hanya untuk meminta penggantian Lensa kacamata saya. Saat itu saya sangat membutuhkan bantuan untuk menunjang obat yang mahal harganya untuk meringankan penderitaanku.

Seminggu sebelum 2 Des 2005 saya melakukan pemeriksaan Darah, USG Perut dan Foto Thorax ( jantung dan paru-paru ). Hasil cek up kesehatan tsb dalam batas normal. Saya merasa tidak ada masalah dengan kesehatan, selain masalah kelebihan berat badan. Memang sakit bisa datang tanpa diundang.
Mengapa beberapa hari sebelum saya terbang menuju Sydney saya mendapat seranganJantung


Senin 5 Des 2005:
Pukul 14.15 saya dipindahkan ke ruangan perawatan biasa, Sebagai Pensiunan PNS ( Pegawai Negeri Sipil ) Gol. IV a, saya mendapat jatah ruangan Kelas I. Oleh karena tempat tidak tersedia, maka saya meminta Kamar Super VIP ( sekali-kali saya ingin merasakan nyamannya kamar ini ). Saya masuk kamar No. 2. Disini saya merasakan sebagai orang normal kembali. Dapat bernafas tanpa slang Oksigen, jalan, mandi hangat, keramas, mendengar dan melihat siaran TV tentang Resufle Kabinet R.I. yang diumumkan Presiden SBY. Banyak tamu dan teman yang berkunjung dan mendoakan agar saya lekas sembuh.
Ada yang berkomentar “Kok dokter bisa sakit.”
Saya jawab ”Meskipun dokter, bisa saja sakit dan banyak pula yang meninggal dunia. Jangankan Dokter, Presiden dan semua manusia akan meninggal dunia pada waktunya.” Mereka mengiyakan perkataanku. Saya merasa lebih nyaman menempati ruang perawatan ini, yang termahal tarifnya di R.S. ini, tetapi kenyamananku ini segera berakhir.

Selasa 6 Des 2005:
Pukul 10.00 isteriku mendapat SMS dari adik iparku di Jakarta, bahwa tiket hangus bila tidak dipakai berangkat ke Sydney tgl 7 Des 2005.
Kami sebenarnya ingin diundur tgn 12. Des 2005, agar saya bisa recovery minimal 1 minggu lagi, tetapi set pesawat tidak tersedia. Jadi mau tak mau kami harus terbang ke Sydney tgl 7 Des 2005. Kami minta ijin Dr. S, untuk boleh meninggalkan RSUD GJ tgl 6 Des 2005, hari itu juga. Pulang paksa.

Saya membatin “Mengapa beberapa hari sebelum saya terbang menuju Sydney saya mendapat serangan Jantung dan mengapa sehari sebelum menuju Sydney kesehatan saya sudah membaik?” Tuhan mempunyai rencana lain terhadap hidup saya. Saya sangat bersyukur Tuhan masih memberi hidupo kepada saya.

Rabu 7 Des 2005:
Pukul 06.10 pagi WIB saya dan isteri dengan adikku berangkat ke Jakarta naik kereta api Cirebon Expres. Kami beristirahat di rumah adikku, menunggu waktu berangkat ke Sukarno-Hatta airport.

Pukul 16.30 kami mendapat telepon dari Pak A. dari Qantas bahwa keberangkatan pesawat Qantas yang akan membawa kami terbang ke Sydney diundurkan waktu keberangkatannya dari pukul 20.45 menjadi pukul 22.20 karena ada sedikit kerusakan pesawat dibagian bagasinya.
Pesawat yang akan kami tumpangi ini berasal dari pesawat yang datang dari Sydney. Jadi pesawatnya itu-itu juga. Ganti Pilot, Co Pilot, awak kabin, isi bahan bakar ( avtur ), diperiksa oleh petugas tehnisi pesawat dan terbang lagi menuju Sydney. Saya mengirim SMS kepada puitra kami, A.P. yang akan menjemput kami di Sydney airport tentang hal ini agar menjemput kami tepat waktu.

Pukul 22.10 para penumpang QA 42 mulai memasuki pesawat Boeing 727, Jumlah penumpang 167 orang. Kami melihat masih ada beberapa seat yang kosong. Posisi seat 2-3-2. Disamping kiri dan kanan masing-masing 2 seat dan di tengah 3 seat. Kami mendapat seat nomer 43 D dan 43 E. Seat 43 F disampingku sampai pesawat take off, terlihat masih kosong. Oh... Tuhan Maha Baik kepada saya. Berarti 2 seat dapat kupakai rebahan. Setelah Dinner saya berbaring dengan kepala dipangkuan isteriku. Saya dapat beristirahat dengan nyaman di atas pesawat.
Siang hari sebelum ke airport kami memesan Vegetarian meal sebagai makan malamku ke Qantas melalui Travel Biro Perjalanan tempat kami membeli Tiket pesawat. Dibandingkan dengan Garuda, makanan yang tersedia bagi para penumpang lebih baik dan enak serta pelayanan awak kabin lebih ramah.

Pukul 22.45 setelah lepas landas para awak pesawat menghidangkan makan malam kami, vegetarian meal.
Sarapan pagi berupa kue mangkok yang cukup besar dan air teh / kopi dihidangkan 1 jam sebelum kami landing di Sydney airport.
Selama perjalanan Jakarta – Sydney pesawat terbang dengan mulus, tidak ada gangguan cuaca dll. Pesawat berada di ketinggian 37.000 feet dan suhu diluar pesawat -37 derajat Celcius. ( air membeku pada suhu -4 derajat Celcius ).
Perbedaan waktu antara WIB dan Sydney adalah 4 jam. Waktu Sydney: WIB + 4 jam, cukup membuat jam biologis yang ada di badan kami masih belum menyesuaikan, padahal perjalanan ini adalah yang ke 2 bagi kami. Yang pertama kali yaitu pada akhir Januari 2000 saya terbang ke Sydney untuk yang pertama kalinya. Akhir tahun / awal tahun merupakan musim panas ( summer ) di Sydney sehingga cuaca mirip dengan udara dan cuaca Jakarta / Cirebon.


Kamis, 8 Des 2005:
Pukul 09.00 ( Sydney time )
Kami dijemput putra kami Ari, pesawat Qantas QF42 landing pukul 09.00 ( on time ). Turun dari pesawat kami menuju ke Bagian Imigrasi. Pasport isteriku segera distempel dan dikembalikan. Pasportku diserahkan kepada petugas lain. Saya bertanya “Any problem with my passport, Sir?”
Ia menjawab “Your pasport. Follow me.”
Ia menyerahkan kepada temannya, seorang wanita. Ia segera men-scanning pasport saya. Saya melihat sebuah wajah yang ada di pasportku di layar monitor.
Mungkin wajahku seperti wajah terorist. Saya berdoa “Ya, Tuhan jangan ada masalah dengan pasportku.” Kalau ya, maka sangat mungkin saya akan dideportasikan dengan pesawat berikutnya kembali ke Jakarta. Ia memeriksa sebentar, kemudian ia dengan wajah yang simpatik membubuhkan stempel tanda kedatanganku ke Sydney.
“Oh Tuhan terima kasih.” Ia berkata “Please, that way”, sambil menunjuk ke arah mana saya meninggalkan bagian Imigrasi untuk selanjutnya mengambil 2 koper pakaian kami di 3 ban berjalan.

Masalah berikutnya kami alami lagi.
Semua koper penumpang dari pesawat QA42 diturunkan dan diletakkkan di 3 ban berjalan berputar. Para penumpang segera mengambil koper-kopernya. Kami menunggu koper kami di ban berjalan ke 1. Sekitar 15 menit kami menunggu dengan sia-sia. Koper-koper kami tidak ada di ban berjalan ini demikian juga di ban berjalan ke 2. Saat itu tersisa 3 penumpang yang tampak menunggu kopernya. Penumpang lainnya sudah menuju pintu keluar. Akhirnya ke 2 koper kami nampak berputar di ban berjalan ke 3. “Terima kasih Tuhan.” Kalau tidak mau dipusingkan dengan waktu menunggu koper dan stres kehilangan koper, sebaiknya semua bawaan di masukkan ke dalam koper kecil / handbag yang boleh dibawa masuk ke dalam kabin pesawat. Kalau traveling selama 2 minggu dan membawa titipan-titipan putra/i kami, rasanya tidak mungkin hanya membawa 2 buah handbag saja.

Dengan sebuah troley, semua barang bawaan kami kami dorong menuju filter terakhir yaitu bagian pemerikaan dengan sinar X. Para petugas dengan simpatik membantu setiap penumpang untuk menaikkan ke ban berjalan yang menuju ke pesawat sinar X untuk memeriksa adakah barang yang mencurigakan ( senjata api, senjata tajam, bom dll ).

Diatas pesawat kami diberi 2 lembar kertas karton yaitu Declaration card, formulir yang harus diisi setiap penumpang. Apakah kami membawa alkohol dll barang yang tidak diijinkan masuk ke Au, dimana alamat kami tinggal selama kami berada di Australia, berapa lama kami akan tinggal dan harus di tanda tangani.

Karena kami tidak membawa barang yang terlarang maka kami isi semua pertanyaan dengan “NO”. Jadi kami keluar airport tanpa melewati pemeriksaan koper lagi. Kami melihat orang-orang bule yang membawa sovenir ukiran kayu dll (mungkin dari Bali ) yang di declare sangat repot karena semua koper bawaannya dibuka dan diperiksa teliti oleh para petugas airport yang memang sudah tugas mereka.

Selain kartu Declaration, kami juga diberi sebuah kertas formulir keberangakatan dan kedatangan kembali kami ke Indonesia oleh petugas Check in di Bandara Sukarno-Hatta. Helai bagian keberangkatan kami di sobek / diambil oleh petugas Bandara sebelum kami memasuki perut pesawat. Helai kedatangan harus kami simpan sampai kami kembali memasuki kembali negara Indonesia. Tanpa helai ini ( misal hilang ) maka kami akan mengalami kesulitan keluar dari Bandara Sukarno – Hatta Jakarta.

Pemeriksaan sebelum check in di Bandara Sukarno – Hatta sekarang makin ketat. Semua koper diminta dibuka dan di sacnning dengan alat metal detector untuk mencari bom dll. Bila semua o.k. maka koper harus ditutup dan dikunci lagi agar jangan sampai kehilangan isi koper diambil oleh tangan-tangan jahil.

Lewat semua pemeriksaan, kami merasa lega. Akhirnya kami jadi juga memasuki negara Kangguru ini.

Udara di luar airport panas menyengat seperti udara Jakarta, karena saat itu Summer time. Selama perjalanan menuju Flat putra kami, kami melihat perbedaan yang sangat mencolok dengan keadaan di negara kita. Jalan hotmix mulus, bersih, lalu lintas teratur, jarang sekali klakson mobil dibunyikan, pejalan kaki ( pedestrians ) sangat dihormati dengan memberi kesempatan bila mereka akan menyebrang jalan di area Zebra cross.

Setelah makan siang rasa kantuk menyerang kami akibat kurang tidur semalaman diatas pesawat.

Pukul 17.15: putri kami N.P.pulang dari tempat kerja di kampusnya. Akhirnya kami sekeluarga dapat berkumpul bersama-sama. Sudah 2 tahun kami tidak bertemu dengan putra/i kami. Kami dapat melepas rindu.

Pukul 18.30 sore hari tetapi kami masih dapat melihat sinar matahari bersinar terang. Sinar matahari tidak terlihat lagi sekitar pukul 19.30. Kami pergi menuju Mall terdekat membeli sayuran, buah-buahan dan sedikit daging untuk sarapan pagi. Selesai Dinner kami melihat siaran TV. Pukul 11.00 p.m. kami tidur.

Jet lag akibat jeda waktu 4 jam juga menghinggapi kami.
Saya terbangun pada pukul 06.00 a.m. waktu Sydney ( pukul 02.00 dini hari WIB ). Setelah b.a.k. saya sulit tidur lagi. Saya mengirim SMS kepada adikku di Jakarta tentang keadaan kami di Sydney. Beruntung saat ini handphoneku yang ber SIM Card kartu Halo dari operator Telkomsel sudah bekerja sama dengan operator Vodaphone di Australia sehingga saya dapat saling berkirim SMS dengan semua keluarga di Indonesia.


Jum’at, 9 Des 2005:
Pukul 10.00, teman kami Mr. H. se Fekultas Kedokteran di Bandung mengunjungi kami. Sekarang menjadi seorang Bussinesman yang bolak-balik ke Bandung setiap 3 bulan sekali. Oleh karena kami pk, 11.00 akan ke tempat praktek Dr. L., Dokter Umum ( asal dari Sukabumi, Jabar ), setelah ngobrol dan nostalgia, ia turut mengantarkan kami ke Dr. L. yang sudah dikenalnya.
Dengan surat Rujukan dari Dokter Umum, kami baru bisa berkonsultasi dengan Dokter Spesialis. Di Indonesia, pasien-pasien bisa nyelonong langsung ke Dokter Spesialist. Beliau memberikan Surat Rujukan kepada Dr. Wilfred Saw, MB BS FRACP Cardiologist, Ahli Jantung. Kami taksir ia orang Hongkong. Umurnya masih muda mungkin sekitar 35 tahunan. Dengan simpatik beliau memberikan pelayanan berdasarkan Surat Rujukan tadi.

Beliau bertanya riwayat penyakit dsb. Dengan bantuan putra kami, kami dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan santai, apalagi ketika mengetahui bahwa kami adalah keluarga Dokter ( ayah, ibu dan putra ).

Hasil pemeriksaan: ECG: normal, Echo Cardiogram: ada sedikit penebalan pada Septal / dinding pembatas Jantung.
Beliau memberikan Surat Pengantar untuk tgl 10 Des 2005 di satu Lab. Klinik.
Beliau memberi resep untuk sementara tablet Metoprolol 25 mg, penurun tekanan darah 1 tablet sehari dan 10 tablet Flavix, pencegah penebalan dinding pembuluh darah dan 10 tablet Lipitor, penurun Lemak darah ( gratis ).
Wah….. senang sekali saya bahwa penyakitku tidak begitu parah dan diberi gratisan obat yang harganya mahal bila dikurs dengan uang IDR kita. Semua biaya konsultasi dan pemeriksaan kami harus mengeluarkan $AU 350 an. Beliau menyarankan agar BBku diturunkan dan diet makanan.
Lebih baik makan vegetariant diet kalau mau terhindar dari Heart attact lagi.
Wah…. Dokter juga rupanya turut menentukan umur manusia ( berdasar Statistik Kedokteran ). Beliau juga meminta agar saya datang kembali pada tanggal 13 Desember 2005 dengan membawa hasil pemeriksaan darah.

Pukul 19.00:
Kami berempat pergi ke Cooge beach. Di pantai ini masih banyak orang yang berenang ditepi pantai, angin berhembus dingin. Kami sempat mengambil beberapa Foto.

Pukul 20.00 langit mulai gelap dan perut terasa lapar.
Kami Dinner di suatu Resto Thai. 4 macam masakan yang kami pesan rasanya cukup enak tetapi sedikit pedas. Baru pertama kali saya mencicipi masakan Thai. Pengunjung Resto ini cukup banyak, Rata-rata Resto di daerah ini penuh dengan pengunjung. Ada Resto Thai, India, Itali dll. Sydney adalah kota multirasial, sehingga tidak heran ada banyak macam Resto.

Dalam perjalanan pulang ke Flat kami berhenti di Dep. Store Cooles untuk membeli barang keperluan sehari-hari dan 2 kotak a 1 liter susu Kedelai yang low fat. Ada sumber yang mengatakan bahwa Soy bean milk dapat meninggikan HDL ( High Density Lipid ), asam lemak baik, utk mencegah penebalan dinding pembuluh darah.

Setelah pukul 21.00 saya tidak makan apa-apa lagi karena besok pagi pukul 09.30 saya dalam keadaan puasa akan diambil darah utk macam-macam pemeriksaan a.l. Gula darah puasa, profile lipid puasa.


Sabtu , 10 Des 2005.
Pukul 09.00:
Kami menuju ke Laboratorium di daerah Bondi Junction NSW, sekitar 4 km dari Flat putra kami.

Pukul 09.30 saya dalam keadaan puasa / belum sarapan pagi diambil darah dari lengan kiri. Jarum wing needle yang biasa dipakai utk memasang infus bayi ditusukkan ke Vena lengan kiri. Darahku secara otomatis tersedot dan ditampung di 3 tabung gelas khusus. Hasilnya akan dikirimkan langsung kepada Cardiologist Dr. Wilfred Saw yang kemudian bill nya datang via post sebesar AUD 77.55 beberapa hari kemudian.
Selesai urusan ambil darah saya sarapan pagi berupa Roti Gandum dan sebotol Soya bean milk / susu kacang kedelai yang kami bawa dari rumah.

Kami mampir di Book store disebrang jalan. Di toko buku DYMOCK ini saya membeli sebuah buku “Alternative Cures “, The most effective NATURAL HOME REMEDIES for 160 Health Problems karangan Bill Gottlieb seharga $AUD 35. Kalau dikurs dengan IDR, maka harga buku itu lumayan mahal harganya ( 1 $AU = Rp. 7.500,- )

Pukul 11.15:
Temanku Mr. H dan isterinya S.R. mengunjungi kami di Flat. Setelah kangen-kangenan kami diajak Lunch di daerah City, China town. Kami santap siang di Dragon Star Seafood Restaurant yang menyajikan Yamcha, Chinese food. Resto yang cukup terkenal dan mempunyai ruangan yang besar selalu dipadati oleh pengunjung. Kami harus menunggu sekitar 20 menit untuk dapat masuk, karena saat itu padat dikunjungi para pelanggan. Pk. 15.00 setelah perut kenyang kami diantar pulang ke Flat. Siang itu kami gembira dapat bertemu dengan teman-teman lama yang sudah berpisah sekitar 30 tahunan. 2 tahun terakhir S.R. saling kirim email dengan ku di Cirebon. Saya mendapat email addressnya dari Dr. S.S. adik kelasku di Univ Kristen Marantha, Bandung. Rasanya saya tidak perlu makanan malam padat tetapi cukup buah-buahan saja o.k. siang itu saya sudah cukup mendapat Protein dan sedikit Karbo hidrat.

Pukul 15.00 adik Ipar bungsu saya yang tinggal di Sydney. Mr. T.L. datang mengunjungi kami dengan membawa 5 macam buah-buahan khas Australia. Isteriku memberikan 1 amplop titipan kakaknya yang tinggal di Jkt, H.L. Kami ngobrol sampai pukul 17.30.

Pukul 20.30 adik Iparku Mr. M.L. dan isterinya Ny. I. yang tinggal di Sydney juga datang mengunjungi kami. Mereka sudah berjanji akan datang sore ini via telepon ke Flat putra kami. Mereka juga datang membawa buah-buahan. Kami juga banyak ngobrol a.l. tentang putrinya yang sudah bekerja di Paris dan putra bungsunya yang juga sudah bekerja di kota Sydney. Mereka pulang sekitar pukul 22.00. Hari sudah malam dan udara makin dingin di luar rumah. Mereka berjanji besok tengah hari setelah kebaktian Gereja, akan mengajak kami keluar rumah, jalan-jalan.

Acara keluar rumah setelah Dinner kami batalkan sebab kami menerima tamu. Iya tidak apa-apa, besok lusa kami bisa menonton film Harry Potter di bioskop East Garden atau pergi ke Sydney Harbour dimalam hari.

Sepulang tamu-tamu, kami berempat melihat film di siaran TV.

Pukul 23.00: kami tertidur.

Tanggal 21 Desember 2005, kami kembali ke Jakarta dengan selamat dan tiba di Cirebon dengan selamat pulan. Saya bersyukur saya masih diberi kesempatan hidup lebih panjang oleh Tuhan.