Selasa, November 06, 2007

Berubah profesi


Pak S. selama bertahun-tahun bekerja sebagai salah satu Staf di salah satu Rumah Sakit di Cirebon. Keramah-tamahannya membuat ia mempunyai banyak teman di tempat bekerja antara lain dengan karyawan di bagian Fisioterapi. Dalam waktu senggangnya ia belajar sedikit demi sedikit tentang Fisoterapi.

Saya mengenalnya ketika orang tua saya mempekerjakan seorang tukang cat di rumah orang tua saya. Pak S. yang ramah ini enak diajak ngobrol dan akhirnya saya juga sering minta bantuannya untuk mencat rumah kami, memperbaiki atap dll.

Saat kisah ini saya tulis Pak S. berumur 50 tahun, sembilan tahun lebih muda dari saya. Sudah sekitar 1 tahun kami tidak saling bertemu. Ketika suatu saat saya membutuhkan bantuannya untuk mencat pagar rumah kami, saya menghubunginya melalui handphonenya. Ternyata ia berada di Majalengka, 45 menit naik mobil ke arah Bandung dari Cirebon.

“Sedang apa Pak di Majalengka?” saya bertanya kepada Pak. S.
“Dok, saya sedang mengobati orang disini.”
“Ngobati orang?”
“Iya, Dok. Sudah beberapa hari saya disini. Banyak yang minta bantuan saya untuk disembuhkan penyakitnya. Ada apa Dok sampai menghubungi saya. Apa yang dapat saya bantu untuk Dokter?”

Saya tidak enak untuk minta bantuannya mencat pagar rumah kami. Kok Pak S sudah berubah profesinya.

“Sebenarnya saya ingin minta bantuannya untuk memperbaiki rumah kami, tetapi tidak buru-buru kok. Nanti saja kalau Bapak sudah berada di Cirebon. Saya hubungi lagi. Terima kasih Pak.”

Saya bertanya dalam hati, dari mana Pak S. mendapat ilmu sampai ia dapat menyembuhkan orang. Ilmu apa yang dipakainya untuk menyembuhkan pasien dan penyakit apa saja yang ia dapat sembuhkan? Pertanyaan-pertanyaan itu tidak dapat terjawab sampai akhirnya pada bulan Oktober 2007 saya bertemu dengan Pak. S.

Awal Oktober 2007 suatu hari sekitar pukul 08.00 saya mengharapkan agar saya dapat bertemu lagi dengan Pak S. Sore hari ketika saya buka praktek dokter umum, saya mendengar suara bel pintu ruang tunggu. Ketika saya membukakan pintu saya melihat Pak S. berdiri dihadapan saya.

“Ini Pak S?” saya bertanya tidak percaya.
“Iya Dok, saya S. Masih ingat kan dengan saya?”
“Iya saya masih ingat. Tadi pagi saya mengharapkan saya dapat bertemu. Eh..sore hari ini kita dapat bertemu. Kok bisa begitu ya.” jawab saya.

Pak S menjawab “Tadi pagi istri saya menyuruh saya agar datang ke rumah dokter Basuki karena sudah 2 kali dokter menelepon. Kok belum juga datang ke rumah dokter. Mungkin dokter memerlukan bantuan. Jadi saya sore ini menyempatkan datang ke rumah dokter.”

“Wah hebat ya. Rupanya kontak batin kita bisa nyambung. He..he..” saya menjawab ucapan Pak S.

“Apa yang dapat saya bantu Dok?”
“Sebenarnya saya ingin minta bantuan untuk mencat pagar rumah kami yang sudah mulai berkarat? Bisakah Bapak mengerjakannya?”

“Bisa dok. Kapan mulainya?”
“Mulai besok pagi saja”, saya menjawabnya.

“Pak. S, ngomong-ngomong bagaimana ceritanya sampai Bapak alih profesi sebagai penyembuh?” saya bertanya.

“Begini dok, beberapa bulan yang lalu saya dimintai pertolongan oleh tetangga saya. Saya mencoba mengurut tubuh pasien itu. Ternyata sembuh. Setelah itu banyak orang yang memanggil saya untuk menyembuhkannya. Ketika Dokter menghubungi handphone saya, ketika itu saya berada di Majalengka selama 1 minggu. Ada banyak orang yang minta bantuan saya untuk disembuhkan penyakitnya.”

“Emang penyakit apa saya yang disembuhkan?” saya bertanya ingin tahu lebih lanjut kehebatan ilmu Pak S. ini.
“Banyak penyakit yang saya coba sembuhkan, mulai dari sakit kepala hebat, perdarahan lewat jalan lahir, sudah tidur, stres dll. Ketika saya memijat bagian tubuh pasien, saya merasakan ada suatu organ tubuh yang berkerja tidak normal. Lalu saya urut bagian-bagian tertentu. Berkat bantuan Yang Maha Kuasa, penyakit pasien sembuh.”

Saya takjub dengan kemampuan Pak S. ini.
Saya bertanya lagi “Kalau mengobati pasien, berapa kali Bapak memijatnya?”

“Ada yang satu kali pijat sudah sembuh. Kalau masih belum tuntas penyakitnya. Saya lakukan pijatan yang kedua. Umumnya penyakit pasien sembuh.”

“Pasien itu dimana saja. Pak”
“Ada yang di dalam kota Cirebon dan ada pula yang panggil saya karena paseinnya berada di luar kota seperti Jakarta, Bandung dll. Ada yang datang menjemput saya dengan mobil dan ada yang ingin agar saya datang ke rumahnya. Saya naik bus untuk mendatangi kota dimana pasien tinggal.”

Saya masih penasaran dan bertanya lebih lanjut.
“Pak, kalau penyakitnya karena dikirim orang, bisa tidak diobati oleh Bapak?”
“Saya pernah beberapa kali mengobati pasien yang demikian dan sembuh. Sebenarnya saya tidak bisa menyembuhkan tetapi Tuhan yang menyembuhkan mereka,” jawab Pak S. merendah.

Untuk yang terakhir kalinya saya bertanya “Kalau banyak yang disembuhkan, maka penghasilan Bapak banyak berubah menjadi lebih baik. Maaf pertanyaan saya ini Pak, setelah menyembuhkan pasien berapa yang Bapak terima?”
“Macam-macam dok. Ada yang mengucapkan terima kasih saja dan ada pula yang memberi uang mulai dari yang sedikit sampai yang cukup besar terutama kalau saya mendatangi pasien yang berada diluar Cirebon. Praktis penghasilan saya lebih baik dari pada sebelum saya menyembuhkan pasien-pasien saya. Walau demikian saya masih mau membantu dokter memperbaiki rumah dokter.”

Saya bersyukur akan perbaikan penghasilan Pak S.
Suatu pagi ketika Pak S. mau melanjutkan mencat pagar rumah kami, berkata “Dok, kemarin sore sepulangnya saya dari rumah dokter, ketika tiba di rumah saya, sudah ada tamu yang mau menjemut saya untuk minta diobati salah satu keluarganya. Saya minta waktu untyuk mandi dahulu.”

Keluarga pasien yang sudah menunggu selama 1 jam rupanya sudah tidak sabar dan ingin segera membawa Pak S. ke rumah pasien. Akhirnya Pak S. bersedia dijemput keluarga pasien tanpa mandi dulu. Hebat. Antara keperluan pribadi dan pelayanan bagi masyarakat, Pak S. mendahulukan pelayanan bagi masyarakat.

Itulah kisah Pak S. yang telah berubah profesi menjadi tenaga penyembuh.

Ada maunya


5 Nov 2007: pagi sekitar pk. 05.30 saya bermaksud akan membuang sampah yang sudah dimasukkan ke dalam 3 kantong plastik ke gerobak sampah di dekat rumah kami.

Ketika saya akan menutup pintu halmanan rumah ada seorang pria yang menyapa saya “ Selamat pagi Dok. Mau olah raga pagi?”
“Met pagi. O.. saya akan membuang sampah nih.”

Pria itu yang saya tidak kenal namanya, mungkin salah seorang tetangga saya, menawarkan bantuannya untuk membantu membawa kantung plastik yang berisi sampah itu. Seumur hidup saya belum pernah dibantu untuk membuang sampah dalam kantung plastik yang sering saya lakukan. Tumben nih ada prang yang baik hati membantu saya. Saya curiga, jangan-jangan ia orang ytang tidak waras pikirannya. Wah…kok saya paranoid begini. Saya biarkan pria itu membawa salah satu kantung plastik.

Tiba di gerobak sampah, kami memasukkan 3 kantung plastik ke dalam gerobak sampah.
“Terima kasih, Pak” kata saya kepadanya.

Pria itu tidak beranjak dari tempat ia berdiri.
Ketika saya akan melangkah menuju rumah kami, pria itu berkata “ Dok, kalau obat untuk batuk dan Flu yang bagus apa ya?”
Nah ketahuan deh maksudnya kalau ia mau membantu saya. Rupanya ada maunya. Ternyata kebaikkannya itu ada maksudnya yaitu ingin bertanya tentang obat anti batuk dan anti Flu.

Saya menjawabnya dengan menyebutkan beberapa obat anti batuk dan Flu yang dijual bebas, tanpa resep dokter. Pria itu mengucapkan terima kasih atas jawaban saya.

Sambil melangkah menuju rumah kami, saya tertawa geli. Pagi tu saya mendapat satu lagi pengalaman hidup. Win-win solution.