Kamis, Desember 31, 2009

Minta Kalender 2010


Sepanjang masa praktik sejak tahun 1980, belum pernah ada pasien yang mengajukan permintaan seperti kisah dibawah ini.

2 hari yang lalu datang pasien Tn. Ali ( bukan nama sebenarnya ) bersama isteri dan putrinya Siti ( Bukan nama sebenarnya ), 1 tahun. Siti menderita Flu dan batuk. Selesai bertanya dan memeriksa pasien saya membuat resep untuk Siti.

Selesai memberikan doctor fee, Pak Ali mengajukan sebuah permintaan “Dok, saya minta sebuah kalender.”

Glek… saya terkejut juga. Belum penah ada pasien / keluarga pasien yang setelah bayar doctor fee kemudian meminta Kalender ( maklum akhir tahun ).Mungkin Pak Ali menyamakan saya dengan toko-toko kelontong yang pada akhir tahun biasa memberikan sebuah kalender Tahun depan sebagai promosi Tokonya. Lha perusaan-perusahaan obat saja sejak beberapa tahun terakhir jarang yang membuat kalender sebagai sarana promosi pabrik obatnya. Saya minggu lalu membeli 3 buah kalender 2010 di Kios Majalah untuk dipasang di Ruang praktik saya dan isteri saya, dan di Rumah.

“Maaf Pak Ali, saya tidak punya kalender. Saya sendiri beli kalender di Kios Majalah.”

Pak Ali meninggalkan Ruang Periksa dengan senyum kecut.-

Kamis, Desember 24, 2009

Sirkumsisi (02)


Ah...sudah beberapa hari saya tidak posting ke Blog saya, karena kesibukan rutin menjelang akhir tahun 2009 ini.

Khitan atau sirkumsisi dilakukan atas beberapa indikasi, antara lain:

1. Keagamaam

2. Kesehatan

3. Kecelakaan ( terjepit rustleiting celana dll ).

Khitan umumnya dilakukan pada anak yang Muslim, tetapi ada juga yang bukan Muslim minta di khitan. Dalam kurun waktu 6 bulan ini saya melakukan khitan pada anak yang bukan Muslim. Cara yang saya pakai adalah pemotongan kulit Preputium ( kulup ) dengan alat kauter dengan sumber daya listrik PLN. 

Keuntungan cara ini adalah tidak terjadi perdarahan akibat pemotongan Preputium ini. Panas yang ditimbulkan oleh alat kauter akan  menutup pembuluh darah di kulit Preputium.

Anestesi lokal yang diberikan adalah cara Block anethesi dengan menyuntikkan larutan Lidocain 2% pada pangkal Penis.

Keburukan cara ini adalah: matinya aliran Listrik PLN, sehingga alat  kauter tidak berfungsi. Bila ini terjadi, maka saya menghidupkan alat pembangkit listrik  dari sebuah Generator dengan kapasitar 2.500 Watt yang sudah terpasang di rumah kami.

Sebelum khitan dilakukan saya minta tanda tangan ayahnya untuk menanda tangani Surat Ijin  untuk dilakukan khitan  kepada putranya.

---

Kasus pertama:

Henri ( bukan nama sebenarnya ), 6 tahun, non Muslim,  bila pergi ke Toilet di sekolah biasanya bersama beberapa teman sekolahnya. Teman-temannya  sering melihat alat kelamin H. H sering diejek karena belum di khitan. Ejekan teman-temannya ini menyebabkan H menjadi tidak PD dan minta kepada Ortunya untk minta dikhitan. Nah..saat liburan sekolah tiba H dikhitan oleh saya. H tidak diejek lagi oleh teman-temannya bila pipis di toilet sekolahnya. Khitan pada kasus H ini berdasar atas permintaan anaknya.

Kasus kedua:

Joni ( bukan nama sebenarnya ), 6 tahun, non Muslim  diantar oleh Ayah dan Ibunya ke tempat praktik saya untuk keperluan minta dikhitan. Alasan Ortu adalah  demi kesehatan. Jadi khitan dilakukan atas kemauan Ortunya ( pada kasus Henri, atas kemauan anaknya  sendiri ). Saya periksa keadaan fisik dan penis J yang dalam keadaan normal. Khitan saya janjikan akan dilakukan keesokan paginya. Prosedurenya sama  dengan apa yang dilakukan kepada Henri. Dalam waktu sekitar 30 menit, selesai semuanya termasuk  pemberian informasi apa yang harus dilakukan oleh J yaitu minum obat anti infeksi dan anti nyeri dan mengoleskan salep antibiotika. Saya bekerja single fighter saja, tanpa asisten. Ayah yang mendampingi J lebih bersifat untuk memberikan mental support agar ybs tidak panik / takut.

Puji Tuhan semuanya berjalan baik. Sampai saat ini tidak ada keluhan setelah khitan dilakukan.-

Senin, Desember 14, 2009

Mencari Arsip lama


Pernahkah anda diminta untuk mencari sehelai surat yang dibuat setelah bertahun-tahun ( lebih dari 10 tahun)?

Kalau Surat itu penting, mungkin  kita menyimpan di tempat yang khusus sehingga mudah ketika kita akan mencarinya.

---

Kisah ini terjadi pada pertengahan tahun yang lalu.

Suatu sore datang Pak H ke rumah kami. Pak H ini seorang Guru SD dimana putri kami, NP pernah sekolah disana dan Pak H menjadi Guru Wali Kelas putri kami.

Pak H berkata “Dok, saya mau pinjam sertifikat NP.”

Saya menjawab “Sertifikat apa ya dan untuk apa, Pak?”

Putri kami sekolah SD sudah belasan tahun yang lalu, kemudian masih ditanya soal sehelai Sertifikat. Kalau benar dibutuhkan mengapa baru dimintakan sekarang. Sekarang putri kami sudah menyelesaikan pendidikan S2 di salah satu Perguruan Tinggi di Australia dan sudah bekerja disana. Rasanya aneh permohonan Pak H ini.

Pak H berkata lagi “Itu lho Sertifikat NP yang pernah menjadi murid Teladan Tingkat Propinsi Jabar.”

“Tahun berapa ya, Pak.”

Pak H menjawab “Sekitar tahun 1994.”

Glek..saya terhenyak. Berarti mencari Arsip Sertifikat yang sudah 14 tahun  yang lalu, tidak mudah.”

Saya menjawab dengan bergurau “Pak H,  arsip  surat biasanya hanya disimpan  untuk 5 tahun saja. Setelah itu dimusnahkan, misalnya arsip Resep di Apotik yang sudah lewat dari 5 tahun akan dibakar dengan dibuat Berita Acaranya. Oleh karena  Sertifikat itu merupakan sebuah kenang-kenangan bagi putri kami, rasanya kami masih menyimpan dengan baik. Nanti saya cari dulu.”

Samar-samar saya masih teringat Sertifikat itu tergantung di tembok Ruang Keluarga kami di lantai 2.

Pak H berkata lagi “Pak, masih ada engga ya Sertifikat itu yang akan saya buatkan Fotokopinya. Ini penting untuk saya.”

Saya bertanya lagi “Pak H, untuk apa sih Sertifikat itu?”

Pak H menjawab “Untuk meningkatkan status pekerjaan saya dan untuk menaikkan gaji saya.”

Ya Tuhan.. itukah penyebabnya. Saya terharu sekali, pasti akan saya bantu, tapi kok anehnya mengapa tidak beberapa bulan kemudian persyaratan itu diminta. Atau mungkin ada peraturan baru dibuat untuk menaikkan gaji seorang Guru SD?

“Baiklah Pak. Saya minta waktu 3 menit untuk mencari Sertifikat itu.”

Wajah Pak H menunjukkan wajah heran tidak percaya. 3 menit untuk mencari arsip Sertifikat yang sudah belasan tahun yang lalu.

Saya segera naik ke lantai 2 rumah kami dan mengambil sebuah Pigura tempat Sertifikat itu tergantung selama belasan tahun. Pigura itu masih baik.

“Inikah  Pak Sertifikat yang dimaksud?”

Pak H segera membaca teliti “Benar Pak. Bolehkah saya buat Fotokopinya?”

“Boleh, Pak.”

Sertifikat itu bertanggal 23 Agustus 1994 ( 14 tahun yang lalu ) sebagai pernyataan bahwa putri kami NP, menjadi murid Teladan Tingkat SD se Propinsi Jawa Barat, Juara Harapan Pertama ( Juara IV ) yang ditanda tangani oleh Bapak Gubernur Jawa Barat saat itu.

Dalam waktu 30 menit kemudian Pak H kembali ke rumah kami dan menyerahkan kembali Sertifikat yang di fotokopi.

Saya bertanya “Pak, mengapa Bapak harus menyerahkan  Fotokopi Sertifikat putri kami itu?”

Pak H menjawab “Untuk meningkatkan gaji saya.”

“Selama Bapak mengajar di sekolah  itu, mungkin sudah banyak murid yang dibimbing oleh Bapak jang menjadi Juara Tingkat Propinsi. Pak, sudah berapa banyak  murid  seperti itu?”

Pak H menjawab dengan semangat “Hanya satu, putri Bapak saja. Tidak ada lagi murid yang berhasil meraih Juara Tingkat Propinsi Jabar.”

Saya membatin “ Wah hebat ya putri kami. Kalau tidak ada putri kami maka gaji Pak H ini belum dapat naik.”

Pikiran saya flashback ke tahun 1994. Ketika itu saya masih ingat, kami   bertiga ( putri kami, Pak Guru H dan saya ) naik mobil Sedan jadul kami  dari Cirebon ke Bandung. Putri kami masuk sebuah tempat karantina yang berupa barak militer disebuah jalan di kota bandung selama 3 hari. Saya dan Pak H bermalam di sebuah penginapan. Setiap pagi, siang dan sore para orang tua diperbolehkan menengok putra/i mereka yang masuk karantina tsb. Saya dan Pak H minta ijin untuk tidak masuk kerja  untuk keperluan putri kami ini. Pada akhir perlombaan Teladan ini kami mendapat  berita bahwa putri kami NP ini meraih Juara IV dan mendapat sebuah Bea siswa berupa uang sebesar Rp. 25.000,- setiap bulan ( untuk uang sekolah yang saat itu Rp. 35.000,-/bulan ) selama 1 tahun. Lumayan. Bukan besarnya uang Bea siswa itu, tetapi penghargaannya itulah yang membuat kami gembira dan bangga setelah berjuang di tingkat Kecamatan, tingkat Kotamadya sampai di tingkat Propinsi. Kerja keras putri kami NP, akhirnya membuahkan hasil yang baik yang diberkati oleh Tuhan. Saat ini NP bekerja disebuah pabrik susu terbesar di kota Sydney, Australia. Mungkin ia sudah lupa, tetapi bagi kami selaku orang tua dan gurunya masih  ingat akan  peristiwa ini. “Tetap semangat, nak”.-

 

 

 

Rabu, Desember 09, 2009

Pasien kritis.

 

Ketika praktik  tadi malam, saya dimohon  datang ke rumah seorang pasien Pak N, 59 tahun.

Rumahnya sekitar 200 meter dari tempat praktik saya. Kebetulan saat itu sedang tidak ada pasien sehingga saya segera dapat mengunjungi pasien ini.

Saya terkejut melihat ada begitu banyak sanak famili dan tetangga Pak N di sekitar rumah dan di dalam rumahnya.

Salah satu putra Pak N berkisah, bahwa Pak N ini baru  pulang dari sebuah RS swasta, setelah di opname selama 1 minggu. Konon Jantungnya bengkak dan diberi obat L ( sejenis diuretika, untuk melancarkan pipis sehingga  beban Jantung berkurang ). Saya melihat hasi Foto Thorax ( Jantung Paru-paru )  milik Pak N. Nampak besar Jantung > 50 %, Jantungnya membesar. Hari itu Pak N, meronta-ronta minta pulang. Keluarganya akhirnya membawa Pak N pulang ke rumah mereka, meskipun kesehatan pak N belum membaik benar dan  juga masih dipasang Infus pada lengan kanannya.

Saya punya pengalaman pasien-pasien  lain yang dirawat di RS yang minta pulang.

Pulang kemana?

Ada 2 kemungkinan: pulang ke rumah Bapa atau pulang ke rumah sendiri.

Sering kali dalam menghadapai pasien-pasien yang demikian berat penyakitnya, maka kemungkinan yang pertama yang akan terjadi, hanya pihak keluarga sering tidak menyadari dan tidak mengerti.

Saya memeriksa Pak T: kesadaran sopor, mendekati Coma, tekanan darah: tinggi, suhu tubuh tinggi ( ada demam ), reflex pupil ( anak mata ): positip lemah. Saya berkesimpulan kesehatan Pak N ini kritis.

Bermacam obat dari RS  tergolek di meja, tetapi bagaimana dapat diminum kalau pasien tidak sadar dan tidak dapat minum air. Saya menganjurkan kepada pihak keluarga agar Pak N ini kembali di rawat di RS semula.

Pihak Keluarga tampaknya enggan melakukannya. Saya mengerti, ini suatu dilema.

Baiklah, lalu saya berkata bahwa saya diminta tolong untuk datang dan memeriksa kesehatan pak N. Sebagai tenaga medis, ini pasien kritis dan harus segera mendapat perolongan. Pasien sudah tidak berdaya, maka hanya keluarganyalah  yang dapat menolong Pak N.

Pihak Keluarga  minta waktu untuk berunding. Saya persilahkan tetapi berundingnya  cukup  seperemat jam saja. Jangan menunggu sampai besok pagi dimana saat ini akan bertambah jelek keadaannya.

Ada seorang Ibu pihak keluarga yang bertanya bagaimana kemungkinannya kalau kembali masuk RS.

Saya menjawab “Kalau dibiarkan di rumah, maka tinggal tunggu saatnya saja.”

Ibu ini bertanya lagi “Apa maksudnya tunggu saatnya?” tampaknya ia tidak paham.

Saya jawab “ Tunggu saatnya, nanti ada yang menjemput Pak N pergi menuju alam baka. Kalau di tangan di RS maka setidaknya keadaan Pak N dapat lebih baik dan mungkin ia akan sadar kembali dan dapat berkomunikasi dengan pihak leuarga untuk menyampaikan sesuatu.”

Ibu ini bertanya lagi “ Berapa persen ia akan sembuh /”

Saya menawab “Saya tidak tahu. Soal umur di tangan Tuhan, tetapi minimal  pihak keluarga mau menolong Pak N yang sudah tidak berdaya. Kalau bukan Keluarganya lalu siapa lagi yang akan menolong pak N?”

Segera saya buatkan Surat Pengantar untuk masuk  Rumah Sakit tadi.

Saya mohon pamit. Saya tidak tahu bagaimana kelanjutan kisah Pak N ini.

Senin, Desember 07, 2009

Telepon salah sambung


Peristiwa telepon / handphone salah sambung sudah biasa terjadi, tetapi kali ini membuat saya jengkel.

--

Kring…

Saya lihat jam dinding menunjukkan 05.45. Masih pagi.

Saya angkat juga telepon itu.

Saya berkata “Halo, siapa ini?”

Seorang Ibu dengan nada tergesa-gesa bicara “Pak, pagi ini bisa ke Jalan Anu?”

Saya jawab “Sebenarnya ibu mau bicara dengan siapa?”

Ibu tadi menjawab “Sedot tinja.”

Glek…perut saya mendadak mual.

Bicaranya nyelonong begitu saja, tanpa memeriksa apakah benar nomer yang akan dihubungi benar atau salah?

Saya menjawab dengan sabar “ Ibu, salah sambung ya. Saya bukan Tukang Sedot Tinja.”

Telepon terputus tanpa  bilang A atau B, apalagi minta maaf.

Rupanya Ibu tadi tidak mengerti etika bertelepon atau tidak berpendidikan atau bicara di telepon umum sehingga lama hubungan telepon tergantung pulsa yang ia masukkan. Ia minta masuk ke rumah kami, tetapi ia pergi begitu saja tanpa permisi. Ia telah meninggalkan kesan yang sangat jelek!

Semoga anda tidak mengalami hal yang sama. Met pagi.

Minggu, Desember 06, 2009

Alergi Komputer (02)


 

Saya mempunyai kisah lain tentang alergi Komputer ini.

Ketika saya masih aktip bekerja di salah 1 Puskesmas, saya menganjurkan kepada salah seorang staf  saya agar ia membeli 1 set Komputer agar ia dan ke 2 putranya yang duduk di SMU  paham tentang komputer.

Ketika ia mempunyai cukup rejeki, ia membeli 1 set Komputer type 486 DX yang saat itu masih cukup memadai untuk program aplikasi yang akan dipakai. Ia merasa tergugah dengan motivasi saya agar segera memiliki Komputer. Sesudah hal itu terkabul, giliran isterinya ngomel, ”Untuk apa beli komputer dan tidak ada gunanya bagi kami saat ini.” Suaminya menerangkan dengan sabar manfaat Komputer saat ini dan juga demi study putra mereka yang pasti dalam waktu dekat mereka sudah harus bisa menangani komputer karena tugas-tugas di sekolah yang memerlukan Komputer. 

Ketika isterinya yang pegawai negeri sipil mendapat tugas menulis laporan, maka suaminya yang membuatnya dalam waktu yang relatip singkat dan tanpa ada goresan “tip ex”  ( penghapus tulisan mesin tik ) sehingga laporan itu terlihat rapih. Barulah isterinya menyadari pentingnya Komputer. Baru tau dia…

Suaminya saat ini sedang menyusun skripsi untuk jenjang pendidikan S1 nya yang ia ambil pada kuliah sore hari di salah satu Perguruan Tinggi di kota kami. Saya anjurkan agar nanti pada waktu mempresentasikan skripsinya,  ia memakai program aplikasi untuk presentasi yaitu program “POWER POINT” yang di proyeksikan kelayar dengan alat “In  Focus” sehingga memberikan nilai tambah bagi presentasinya. Saya akan mendukungnya presentasi tugas akhirnya ini. Semoga sukses kawan. Semuanya adalah berkat Komputer yang kita pelajari. Jadi janganlah alergi terhadap Komputer.

Berbeda dengan orang lain yang alergi Komputer maka putra saya yang pada tahun 1997 masih duduk di SMU sudah merasakan bahwa ia perlu komputer karena ia sering kali mendapat tugas dari gurunya untuk membuat macam-macam tugas tulis menulis ( daftar piket dll ). 1 tahun kemudian putri kami yang duduk di SMP juga tidak menolak ketika saya memesankan 1 set komputer untunya. Jadi masing-masing  kami mempunyai 1 set Komputer agar tidak saling terganggu bil a pada saat yang sama memerlukan Komputer. Saat ini kami saling mengirim/menerima e-mail karena  mereka melanjutkan study diluar negeri.

Bulan Juli 2000 putra kami mengirimkan alamat personal web site nya di Internet. Ketika saya menerima alamat tsb, saya mempunyai ide bahwa bila putra saya dapat membuat personal web site di Internet, maka saya juga pasti bisa. Padahal sebelumnya kalau saya pergi ke toko buku yang menyediakan buku-buku tentang program aplikasi pembuatan Web site, saya selalu cepat-cepat berlalu. Saya alergi terhadap program ini ( alergi juga ni ye..). Saya membayangkan bahwa pembuatan program web site itu sangat rumit, memerlukan bahasa HTML dsb yang tidak saya kuasai. Sekarang apakah saya tetap alergi dengan program ini? Kalau saya alergi, maka sampai kapanpun saya tidak akan dapat membuat personal web site sendiri. Saya harus memesan kepada orang lain untuk membuat  personal web site ini dan ini tentu tidak gratis. Yang terakhir ini saya pastikan tidak mau. Jadi saya harus mebuatnya sendiri. Terdorong oleh personal wb site putra kami, maka saya mencoba membuatnya.

Langkah-langkah yang saya ambil adalah:

  1. Mencari buku-buku tentang cara pembuatan Web site.
  2. Mencari software dan meng install pembuat web site.
  3. Mencari informasi dimana saya dapat meng uploading files personal web site  yang akan saya buat.
  4. Mencoba membuat personal web site dengan cara autodidak.

Kesalahan demi kesalahan saya lewati. Dalam 2 hari di sela-sela jam praktek dan kesibukan rutin saya sehari-hari, akhirnya saya dapat membuat personal web site dan dapat di akses di Internet. Bila Anda ada waktu, silahkan Anda mengunjunginya di alamat: http://crb.elga.net.id/~basuki yang sudah almarhum  karena ISP kami sudah ditutup 2 tahun yang lalu.

Kalau saya bisa, maka Anda pun pasti bisa. Syaratnya?: kemauan.

Selamat membuat personal web site di Internet. Saat ini sudah banyak fasitasyang gratisan untuk membuat personal website atau webblog / Blog, seperti: http://www.blogger.com  Bye.

 

Alergi Komputer (01)



Kalau menjumpai seorang yang alergi terhadap udang, saya dapat memberi suntikan Avil ( golongan anti histamin, anti alergi ) untuk menghilangkan gejala gatal-gatalnya. Untuk orang yang alergi Komputer, apa obatnya? Sejak lama saya belum menemukan obat yang jitu, meskipun saya mencarinya di dalam bermacam-macam buku dan bahkan di Internet sekali pun. Wah… parah sekali rupanya penyakit “alergi Komputer” ini.  

Kisah ini sudah laa terjadi, sekitar tahun 1986. Ketika saya berada di Jakarta, saya ditanya oleh adik ipar saya, “Apakah di Cirebon sudah ada toko Komputer? dan apakah kakak sudah paham tentang Komputer?” Saya menjawabnya, “Setahu saya di kota kami baru ada 1 toko yang menjual Komputer dan sampai saat ini saya belum paham apa itu Komputer karena saya belum mempunyainya.”

Malu karena nanti saya di anggap kuper ( kurang pergaulan), maka  seminggu kemudian saya minta tolong kepada adik ipar saya yang lain yang juga tinggal di Jakarta agar  saya dipesankan 1 set Komputer type XT. Waktu itu hanya ada 2 type yaitu XT dan AT yang lebih canggih. Saya pilih yg XT karena harganya masih terjangkau oleh saya dan juga dengan asumsi bahwa kelak bila saya sudah paham benar tentang Komputer maka komputer akan diganti dengan yang type AT atau yang lebih canggih dan tentu lebih mahal harganya.

Sejak kiriman pesanan Komputer saya tiba, maka saya asik menekuni Komputer. Malam pertama sekitar jam 21.30 saya mencoba “memboot” Komputer itu untuk melihat program apa saja yang ada dalam harddisk. Di dalam menu saya melihat ada program word processor ( Wordstar ), ada spead sheet untuk mengolah angka ( Symphoni ) dan ada  satu lagi program yang saya sudah lupa namanya. Program ini ternyata tidak mau muncul di layar monitor, meskipun saya telah berulang-ulang menekan tombol Enter.

Saking jengkelnya saya sampai membongkar chasing dari CPU  ( Central Processing Unit ). Ketika saya buka chasing tersebut, maka saya makin bingung, begitu banyak sparepart yang saya baru melihatnya dan apa lagi fungsinya pun tidak tahu.

Pada Lesson 1 ini saya mendapat pengalaman unik. Selidik punya selidik ternyata ada 1 jack diujung seutas kabel yang tidak menempel pada slot manapun. Saya pikir ini biang keroknya sehingga program tidak muncul di layar. Ketika saya akan menghubungkan jack tadi dengan salah satu slot, saya bingung juga, bagaimana nanti kalau terjadi hubungan pendek arus listrik? Bukannya makin benar tetapi mungkin Komputer saya akan terbakar. Akhirnya saya menyerah dan chasing saya tutup kembali dan saya akan menanyakan kepada adik ipar saya pada keesokan harinya. Saya melihat saat itu jam menunjukan jam 03.00 dini hari. Wah…sekian jam berlalu tidak terasa, saking asiknya menekuni Komputer.

Keesokan harinya saya mendapat Lesson 2 dimana adik ipar saya mengatakan bahwa Komputer saya tidak rusak sedikitpun. Masalah  program yang tidak muncul di monitor karena memang programnya belum di install kedalam harddisk. Glek…inilah lesson 2. Saya terbengong juga karena dalam menu ada programnya tetapi ketika di panggil tidak muncul-muncul. Akhirnya menu sedikit diubah dan program yang saya perlukan berjalan dengan baik.

Nah kini Lesson 3: bagaimana saya mempelajari program pengolah kata ( Wordstar ) ini  dengan baik? Ikut Les Komputer? Atau belajar senidir? Akhirnya karena terbentur masalah waktu ( karena saya harus bekerja di Puskesmas dan membuka praktik sore agar dapur kami tetap berasap ), saya memutuskan untuk belajar sendiri ( autodidak ) dari buku-buku Komputer yang saat itu masih langka dan sulit dicari, apalagi di kota kami.  Akhirnya saya bisa juga memanfaatkan Komputer tadi untuk menulis surat, menulis laporan dan membuat data base program kesehatan Puskesmas A dimana saya bekerja, meskipun saya mengetik/menekan keyboard hanya dengan 4 jari saja.

Keesokan harinya saya mendapat Lesson 4 yang menyebalkan. Ceritanya begini: sudah 1 jam saya mengetik dengan Wordstar, karena perut sudah lapar maka tanpa meneliti  lagi saya langsung keluar dari Wordstar dan pekerjaan saya belum disimpan ( di “save”) di harddisk. Ketika 1 jam kemudian saya membuka file yang saya buat dengan susah payah ternyata saya tidak menemukan file ini . Rupanya hilang karena tidak  saya “save” terlebih dulu. Betapa kecewanya saya saat itu. Terpaksa saya mengetik ulang file tadi. Waktu banyak terbuang percuma. Inilah Lesson 4 yang kejam dan hal ini sering terjadi pada rekan-rekan lain yang baru belajar. Ingat Lesson 4 ini, agar tidak terjadi pada diri Anda.

Banyak manfaat yang saya dapatkan dari Komputer saya ini, misalnya:

Dengan pengolah kata ( word processor ):

  1. Membuat makalah untuk saya dan isteri saya dalam waktu 1 malam.
  2. Membuat surat-surat pribadi.
  3. Membuat blangko surat sakit untuk pasien .
  4. Membuat artikel-artikel kesehatan di bulletin Gereja dan buletin sekolah anak –anak kami, dll ( kiriman artikel ini diberi uang lelah yang lumayan, jadi Komputer saya dapat dipakai untuk mencari uang ).

Dengan pengolah angka ( Lotus ):

  1. Membuat hasil rekapitulasi data program kesehatan di  5 Kelurahan di Kecamatan kami.
  2. Membuat anggaran pendapatan dan belanja keluarga saya.
  3. Membuat grafik dari data yang ada, dll

Dengan program pembuat Grafik ( Harvard Graphic ):

  1. Membuat grafik hasil PIN ( Pekan Imunisasi Nasional ).
  2. Membuat grafik pencapaian setiap program kesehatan Puskesmas A, dll.

Dengan kemajuan tehnologi di bidang Komputer maka saya meng upgrade Komputer saya setahap demi setahap sehingga saat ini saya memiliki Komputer dengan processor: Pentium 166 Mhz. Dan memory ( RAM ) 64 Mb. Inipun sebenarnya sudah jauh tertinggal karena sampai saat ini sudah beredar di pasaran Processor Pentium III 550 Mz, Pentium 4, dsb.

Semula sistim operasi Komputersaya memakai DOS ( Disk Operating System ). Saat ini sistim Komputer saya seperti umumnya Komputer yang orang lain adalah Windows, saya pakai Windows98 dan program aplikasi yang dipakai adalah paket program yang dibuat oleh perusahaan Microsof yaitu MS Office 2000 Premium .

Pada tahun 1987 saya menganjurkan kepada salah satu teman sejawat yang menjabat sebagi Kepala Seksi Pembinaan Kesehatan Masyarakat agar DKK Cirebon ( Dinas Kesehatan Kodya Cirebon ) memiliki 1 atau 2 set Komputer untuk kelancaran tugas rutin sehari-hari. Teman saya menjawab, “Belum perlu”. Bahkan ada teman sejawat saya yang lain berkata dengan nada sinis,”Untuk apa Komputer di Puskesmas?” 

Saya jawab,”Saat ini mungkin saya ditertawakan orang lain, tetapi nanti pada saatnya saya akan tertawa paling akhir.” Saya menjawab dengan sengit karena saat itu Komputer sudah di pakai di banyak Kantor dan DKK sudah saatnya mempunyai Komputer. Benarlah anggapan saya ini karena 2 tahun kemudian karyawan DKK mengeluh kepada saya karena Kanwil Dep.Kes. Propinsi Jabar mulai saat itu mulai melaksanakan laporan program Kesehatan secara computerize, blangko laporan dikirim dari Bandung dalam bentuk disket Komputer dan setelah diisi oleh seluruh DKK se Jabar, disket tadi harus dikirimkan kembali ke Bandung. 

Bagaimana dapat membuat laporan dalam disket, bila komputernya saja tidak ada dan petugas yang terlatih pun belum disiapkan. Ketika saya dimintai tanggapan tentang masalah ini, saya tidak menjawab tetapi tertawa terbahak-bahak. Nah rasain lu, sekarang baru sadar kan, bahwa masalah Komputer ini jangan dianggap sepele. Ya sekarang  semuanya harus berlari untuk mengejar ketinggalan. Akhirnya  DKK Cirebon mempunyai beberapa set Komputer dan sejumlah karyawan yang sudah terlatih baik. Bahkan ada yang lebih terampil dari saya sendiri seperti mengetik dengan 10 jari.

 

Perkembangan tehnologi demikian pesatnya dan komputer sudah tersambung dengan Internet sehingga kita dapat saling mengirim electronic mail ( e-mail ) dari 1 tempat atau 1 negara ke tempat/negara lain dalam waktu singkat dan biaya yang jauh lebih murah dari pada biaya telepon Sambungan Lintas Internasional ( SLI ).

 

Tahun yang lalu saya pernah membaca di sebuah harian ibukota yang menuliskan pengalaman seorang ibu rumah tangga. Ketika putranya melanjutkan study di USA, demi keperluan komunikasi antara keluarganya dan putranya tadi, putranya mengusulkan agar ibunya belajar Komputer dan agar Komputer tadi dilengkapi dengan alat Modem yang tersambung ke line telepon, sehingga bisa mengakses Internet dan dapat saling mengirim atau menerima e-mail. Akhirnya dengan ketekunan ibu tadi maka mereka dapat menerima e-mail dengan lancar dan dengan biaya murah. Ini berbau promosi tentang Internet, tetapi saya pikir ini ada benarnya. Lalu saya mulai berpikir, kalau ibu rumah tangga saja bisa “go Internet”, saya pun sebagai bapak tumah tangga mesti bisa juga. Setelah Komputer saya dilengkapi Modem dan mendaftar menjadi user di salah satu ISP ( Internet  Service Provider ) di kota saya, maka saya pun sudah dapat “go Internet”. Banyak manfaat  yang dapat diambil dari Internet.

 

      Manfaat yang dapat diambil dari Internet, antara lain:

  1. Dapat mengirim/menerima e-amil dari mana saja di dunia ini asal komputer bisa mengakses Internet.
  2. Dapat mengambil berita apa saja ( social, politik, bisnis, kesehatan dll ), dari mana saja ( dari komputer pribadi di rumah, dari dalam mobil, dari Warung Internet dll ) dan kapan saja ( pagi, siang, malam, 24 jam full ) mau dilakukan.
  3. Dapat memasang iklan di Internet ( jual barang, mencari pekerjaan, menjual jasa pelayanan dsb ) sehingga iklan kita dapat di baca oleh siapa saja yang berminat, dari mana saja dan kapan saja dalam 24 jam penuh.
  4. Dapat membeli/memesan barang yang di promosikan ( saya sudah pernah membeli 2 buku melalui Internet di web site Toko Buku Amazon di alamat: http://www.amazon.com, yang dapat dibayar dengan mempergunakan Kartu Kridit Visa, pesanan datang dalam waktu 3 minggu kemudian ).

Semuanya ini dapat kita lakukan dengan hanya duduk dan mengetuk tombol keyboard Komputer kita. Kita dapat melakukannya tanpa susah payah. Kita bisa melakukannya sambil minum kopi.

Yang saya kagumi adalah: 

  1. Kecepatan dari tehnologi Internet ini. Dalam bilangan detik, maka e-mail yang kita kirimkan sudah keluar dari Komputer kita dan dalam bilangan menit maka e-mail kita sudah sampai di kotak surat ( mail box ) si penerima yang berada di server Komputer ISP mereka entah dimana ia berada.
  2. Ketelitian Komputer dan program-program aplikasinya. Bila salah ketik 1 huruf saja, misalnya ketika salah menuliskan User ID atau menuliskan Password ( kata sandi ) bila kita ingin kontak ke ISP saya maka akan error dan selanjutnya program akan berhenti sampai disitu saja atau bila kita salah menuliskan alamat web site tertentu, maka browser kita ( Internet explores atau Netscape ) tidak dapat mencari web site yang kita cari. Jadi kita wajib menuliskan semuanya dengan benar. Sama halnya dengan penggunaan Kartu ATM,yang pada dasarnya sama yaitu memakai program Komputer. Bila kita salah sebanyak 3 kali dalam memasukkan kata sandi ( PIN) kita maka kartu ATM akan ditelan oleh mesin tadi ( untuk mencegah penggunaan kartu ATM oleh orang lain ).

Sampai saat ini saya masih mengharapkan saya dapat mempunyai 1 set Laptop agar saya dapat menuliskan sesuatu ( catatan harian, artikel dll ) dan dapat mengakses Internet sehingga saya dapat menerima atau mengirim e-mail dari mailbox saya dari mana  saja, baik di dalam kota atau di luar kota ( Bandung, Jakarta  dll ). Dengan demikian saya bisa kerja lebih efektip. Semoga harapan saya ini dapat tercapai pada suatu saat. 

Masalah alergi Komputer bisa terjadi pada orang-orang tertentu.

Sudah 3 orang teman saya yang saya anjurkan untuk “go Internet”, tetapi sampai ½ tahun juga masih jalan di tempat, belum sampai ke dunia maya Internet. Alasan mereka dari A sampai Z. Saya masih mencari obatnya.

 

Pe lak pwe cap



Suatu hari, medio April 2004, datang berobat seorang Ibu A ( 60 th ) yang diantar putrinya, B  ( sekitar 30 th ). Mereka adalah orang Tionghoa.  Ibunya mengeluh sakit kepala dan ada sedikit Flu sejak 5 hari yang lalu dan sudah minum tablet anti flu yang dijual bebas. Meskipun merasa Ibu A sudah obat tetapi keluhannya  masih belum berkurang. Oleh karena itu ia minta diantar oleh putrinya untuk berobat kepada dokter.

Seperti biasa saya setelah melakukan anamnesa, mengukur tensi darah dan melakukan pemeriksaan fisik. Tensi yang terukur adalah 160/80 mmHg. 

Selesai memeriksa pasien, saya ditanya oleh B, “ Berapa tekanan darah Ibu saya, dok?”

Karena saya anggap mereka orang Tionghoa, saya jawab dengan istilah yang umum dipakai “Pe lak  pwe cap.” Maksudnya Cepe lak cap ( 160 ) dan pwe cap ( 80 ). Saya merasa yakin bahwa ia akan mengerti artinya.

Ketika saya duduk untuk menulis resep, B bertanya lagi “ Berapa tekanan darah Ibu saya, dok?”

Saya jawab dengan kalimat yang sama  “Pe lak pwe cap.”

Selesai menulis resep, B bertanya lagi “ Berapa tekanan darah ibu saya, dok.”

Merasa sudah menjawab sebanyak 2 kali, saya merasa heran mengapa ia masih bertanya lagi.

Saya jawab dengan jawaban yang sama , “Pe lak pwe cap” juga, dan saya balik bertanya kepada B, mengapa anda selalu bertanya dengan pertanyaan yang sama padahal saya sudah menjawab setiap pertanyaannya.

Ia menjawab dengan nada yang memelas,  “ Dok, saya tidak mengerti apa itu artinya Pe lak pwe cap.”

Glek saya kaget, masa sih orang Tionghoa tidak mengerti kalimat yang saya katakan yaitu “ Pe lak pwe cap .”

Setelah hilang kagetnya, saya berkata lagi “ Maaf. Maksud saya tekanan darah ibu anda adalah Seratus enam puluh dan delapan puluh.” ( Sistolik 160 dan Diastolik 80 mmHg ).

Wajah B cerah setelah saya menjawab dengan kalimat yang ia mengerti.

Anda boleh tidak percaya, tetapi ini kisah nyata yang saya alami dalam praktik saya.

Demikian pula ketika kami sekeluarga melancong ke Singapore beberapa tahun yang lalu faktor bahasa juga masih merupakan sedikit hambatan, karena saya tidak fasih berbahasa Mandarin yang umum dipakai di negara tetangga kita itu.

Bila seorang roomboy bertanya  “Ni haw ma?” ( apa kabar )

Saya menjawab singkat saja “Ni haw.” ( baik ).

Bila ia bertanya lagi dalam bahasa Mandarin, saya menjawab dalam bahasa Inggris saja, karena  hanya bahasa itu yang lebih banyak saya kuasai. Aneh juga kalau orang Tionghoa tidak mengerti bahasa Mandarin.

Kalau ditanya mengapa? Jawabnya “Wo pu ce taw” ( saya tidak tahu ) saja. Ceritanya panjang sejak tahun 1965 Pemerintah melarang yang berbau mandarin.

Bila saat ini  kondisi di negara RI sudah memungkinkan  pemakaian bahasa Mandarin maka sudah saatnya belajar bahasa tsb untuk pemakaianan sehari-hari dengan orang yang kita anggap mengerti bahasa tsb juga.

Pada akhir cerita ini saya ingin mengucapkan Cau-an ( selamat pagi ) dan Sie-sie ( terima  kasih ).-

 

 

 

Rabu, Desember 02, 2009

Patah tulang


Orang yang sudah lanjut usia ( Lansia ), mulai umur 60 tahun sudah mengalami Osteoporosis ( keropos tulang ). Adanya benturan ( truam  fisik ) yang sedikit saja sudah dapat terjadi patah tulang ( fraktur ) terutam pada anggota gerak bawah ( tungkai atas dan tungkai bawah ) dan anggota berak atas ( lengan atas dan lengan bawah ).

---

Kejadian ini pernah saya alami pada tahun 1990 menghadapi seorang pasien  wanita lanjut. Suatu pagi saya dipanggil oleh keluarga pasien, Ny. A, 81 tahun. Mereka mengatakan bahwa ibunya itu merasa kesakitan yang hebat setelah buang hajat di kamar mandi.

Saya menghadapi Ny. A ini yang sedang mengerang-ngerang kesakitan. Kaki kanannya tidak dapat digerakkan dan kalau digerakan tungkai atas kanan oleh saya ia menjerit kesakitan. Panggul kanan ada nyeri tekan.

Saya membuat Diagnosa kerja saat itu: suspect ( tersangka ) Fracture Collum Femoris Dextra ( patah leher tulang paha kanan ). Saya membuat surat pengantar untuk membuat Foto panggul dan Tungkai atas sebelah kanan dan Surat Rujukan kepada Teman Sejawat Ahli Bedah Tulang ( Orthopaedi ) di kota Cirebon.

Beberapa hari kemudian  putri Ny. A datang ke tempat praktek saya melaporkan bahwa dari hasil Foto memang ada Patah tulang seperti yang saya duga. Dr. Ahli Tulang tidak menyarankan untuk oprerasi mengingat faktor usia yang sudah lanjut. Beliau memberikan resep tablet anti nyeri yang tidak banyak manfaat bagi Ny. A, karena ia masih mengeluh sakit.Terapi untuk patah tulang jenis ini adalah operasi. Bonggol leher tulang paha ini diganti dengan Prothese yang harganya cukup mahal.

2 tahun kemudian saya mendapat informasi dari salah satu anggota keluarganya yang datang berobat kepada saya bahwa Ny. A mengalami patah tulang yang sama pada sisi  kiri.

Aduh…klop sudah penderitaannya. Sakit makin sakit. Ny. A hanya dapat berbaring di atas bednya. Badannya urus kering. Saya tidak tahan melihatnya ketika dipanggil datang untuk memeriksa kesehatan Ny. A ini. Ny. A ini akhirnya meninggal dunia pada usia 90 tahun dalam keadaan menderita hebat.

---

Kasus yang kedua saya hadapi adalah Ny. B, 68 tahun yang menderita patah tulang seperti Nya.

Kisahnya demikian:

Suatu hari Ny. B mengunjungi salah satu Bank di kota kami. Lantai kantor tsb sedang dipel oleh salah seorang petugas Cleaning service. Ny. B melintas dekat ia bekerja. Entah bagaimana eh...tahu-tahu kakinya terdorong oleh tongkat pel tsb. Akibatnya tubuh Ny. B oleng dan jatuh diatas lantai.

Ny. B meraung-raung kesakitan. Terjadi keribuatan di kantor Bank tsb. Ny. B minta bantuan pihak Bank untuk memanggil adik laki-lakinya,Tn. K, 62 tahun. Tn. K datang untuk melihat keadaan kakaknya. Kemudian tn. A berkonsultasi dengan saya via handphonenya. Saya menganjurkan agar segera dibawa ke RS terdekat untuk minta bantuan Dokter di UGD untuk memeriksa dan membuat Foto Panggul dan tungkai yang sakit. Hasilnya benar ada patah leher tulang paha sebelah kanan. Pihak keluarga Ny. A minta bantuan dana untuk pengobatan, tetapi saya tidak mendapat kelanjutan realisasinya.

Ny. B akhirnya dibawa ke Bandung untuk di operasi dan mengganti bonggol leher tulang paha yang patah tsb. Oleh seorang Dokter Ahli Bedah Tulang. Biayanya lumayan besar, puluhan juta rupiah. 2 bulan kemudian Ny. B ini sudah dapat berjalan dengan bantuan kruk dan  saat ini  ia sudah dapat berjalan kembali tanpa kruk. Ia berjalan agak pintang akibat panjang kaki kiri dan kanan berbeda. Saya bilang diakalin saja dengan meninggikan  beberapa milimeter alas sandal atau sepatu yang dipakainya agar panjang kaki kiri dan kanan menjadi sama diukur dari permukaanlantai tempat ia berdiri. Saat ini Ny. B sudah dapat berjalan kembali.

---

Hindari benturan / trauma fisik pada usia lanjut diatas 60 tahun. Patah leher tulang paha sangat menyakitkan dan membutuhkan biaya puluhan juta rupiah.

Senin, November 30, 2009

Pagi yang kelabu


Pagi ini saya mendapat pasien Sdr. Doni ( bukan nama sebenarnya ), 25 tahun.

Ia diantar oleh ayahnya, Tn. Henri ( bukan nama sebenarnya ), 62 tahun. Henri ini adalah teman saya ketika duduk di bangku SD tahun 1950-an.

Doni dan keluarga kemarin hari Minggu menghadiri perjamuan pernikahan salah satu kerabatnya. Sejak semalam dan pagi ini, Doni merasa mual, diare 3 kali dan kepala terasa pusing. Tidak ada demam. Saya sering mendapati pasien yang setelah kondangan, menikmati hidangan yang lezat-lezat, mengeluh perut mual,  bahkan muntah-muntah diare dan kepala pusing.

Kumpulan gejala saluran pencernaan ini  mirip dengan gejala dari CRS ( Chinese Restaurant Syndrome ), kumpulan gejala yang terjadi setelah makan di chinese restaurant. Hidangan yang banyak berbumbu Mono sodium glutamate ( vetsin ) akan memberikan efek samping CSR.

Setelah memeriksa Doni, saya membuatkan Resep obat, Surat Sakit dan Kwitansi pembayaran yang akan dibayar oleh perusahaan tempat ia bekerja di kota Jakarta. Doni dan ayahnya mohon pamit dan saya mengucapkan semoga lekas sembuh. Mereka meninggalkan Ruang Periksa.

Saya mendengarkan siaran TV dan tidak sampai 10 menit, saya mendengar ketukan agak keras pintu Ruang Periksa dan teriakan “Dok, tolong, tolong!”

Wah ada apa nih? Segera saya membukakan pintu dan wow….. teman saya itu berdiri di depan pintu dengan tangan kiri yang berlumuran darah.

“Tolong, dok saya ketabrak truk!”

Saya menjawab “Tenang, tenang. Saya bersihkan dulu darahnya.”

Sambil bekerja saya bertanya dan rupanya setelah meninggalkan tempat praktek saya, Doni membonceng ayahnya naik sepeda motor untuk membeli obat di sebuah Apotik terdekat. Entah bagaimana tiba-tiba sebuah truk menyenggol sepeda motor mereka. Motor rusak dan jari tengah tangan kiri Henri sobek dan jempol kaki kirinya juga luka.

Setelah memeriksa luka robek itu saya memberi advis agar segera ke salah satu Rumah Sakit untuk menjahit luka tangan tsb. Luka tsb saya beri larutan Betadine ( antiseptis ) dan membalut dengan kain kasa dan kain pembalut untuk menghentikan perdarahan.

Mereka bergegas meninggalkan Ruang Periksa, saya  membatin  “Ah….kasihan betul si Henri teman saya ini. Barusan keluar dari Ruangan ini masih segar bukan, tetapi beberapa menit kemudian tangan dan kakinya terluka tertabrak truk.”

Status kesehatan seseorang ( siapapun ) berubah-ubah dari menit ke menit berikutnya.

Seperti yang saya temui ada seorang isteri yang meninggal dunia  2 jam setelah mengetahui suaminya meninggal dunia. Mereka sudah berumur 65 tahun-an. Sehidup-semati rupanya.

Saat ini kita mesti ekstra hati-hati ketika berjalan kaki di tepi jalan raya atau saat berkendaraan. Kadang kala kita sudah hati-hati, tapi masih juga terjadi kecelakaan karena  supir kendaraan lain tidak hati-hati alias ngantuk, terutama di malam hari. Oleh karena itu saya selalu menghindari naik mobil ( dengan supir sekalipun ) ke luar kota pada malam hari.

Kalau naik pesawat JakartaSydney selalu terbang malam hari, karena itulah jadwal terbang pesawat yang kami tumpangi ( tidak dapat saya rubah lagi ). Oleh karena mengandung  banyak resiko, maka seorang Pilot selalu ditemani oleh Co Pilot yang mendampingi menerbangkan pesawat. Jadi kalau yang satu ngantuk, masih ada yang lain untuk menerbangkan pesawat.-