Minggu, Januari 25, 2009

Stroke

Selain Serangan Jantung, Stroke juga merupakan penyebab kematian yang banyak terjadi di negara kita. Penyakit Darah Tinggi ( hipertensi ) dan meningginya kadar Kolesterol ( Hiperkolesterolemi ) sering mendahului terjadi penyakit Stroke ini.

Umumnya kita menyenangi makanan yang enak. Makanan yang enak bisanya berminyak ( Empal Gentong Cirebon, Rendang, Yamien, Martabak manis / asin dll ). Tanpa kita sadari makan ini akan meninggikan kadar Kolesterol kita kalau kita tidak rajin berolah raga untuk membakar lemak tubuh.

Beberapa tahun yang lalu saya kenal dengan seorang relasi, Pak A, usia saat itu sekitar 56 tahun. Pekerjaan yang dilakukan adalah wiraswasta, menjual soft drink dan mie Baso yang cukup laris. Isterinya yang cekatan dapat diandalkan menunggu Kios makanan mereka yang dibantu beberapa asisten.

Pak A ini akhirnya berubah profesi sebagai pemijat refleksi telapak kaki pasien. Pasien yang banyak ditangani adalah penderita Stroke. Pak A mengklaim bahwa sudah banyak pasien Stroke yang sembuh setelah dipijatnya. Saya tidak bertanya sudah berapa jumlah pasien Stroke yang tertolong.

Ketika saya tanya dari mana kemampuan yang dimilikinya. Pak A menjawab ia belajar dari buku-buku Pijat Refleksi. Hebat. Di usia setangah baya, Pak A masih rajin belajar. Pak A berkilah bahwa kemampuannaya ditujukan untuk menolong orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Saya berkomentar kepadanya bahwa profesinya bagus oleh karena untuk menolong orang lain.

Setelah lama saya tidak berjumpa dengan Pak A, maka suatu saat ketika saya bertemu dengan Pak A, saat menghadiri undangan pernikahan salah satu relasi saya. Saya perhatikan tangan kanannya yang selalu dimasukkan ke dalam saku baju jasnya. Sambil berbisik saya mendekati Pak A dan bertanya mengapa tangan kanannya selalu berada di dalam saku jas?

Pak A menjawab dengan serius bahwa saat itu ia terserang Stroke. Meskipun ringan, tangan kanannya praktis lemas dan sulit digerakkan. Untuk menutupi hal ini, ia memasukkan tangan kanannya ke dalam saku jas yang dipakainya.

Wah.. dalam hati saya berkomentar, orang yang biasa menolong Stroke, akhirnya kena Stroke juga. Hal ini dimungkinkan oleh karena ia jarang memeriksakan tekanan darah, memeriksa kadar Kolesterol darahnya dan tidak berolahraga.

Tidak berapa lama Pak A meninggal dunia. Hal ini saya baca iklan berita kematian di salah satu harian lokal dikota Cirebon. Saya masih sempat melayatnya di rumah keluarga mereka. Saya kehilangan seorang relasi, seorang tenaga penyembuh. Pada saatnya kita semua akan menghadapNya. Tuhan Maha Besar.

Dapat ayam lagi

Hari Minggu pagi ini sepulang kami dari kebaktian di Gereja, selesai sarapan dan baca koran saya duduk menghadapi layar monitor kompi saya yang merupakan saat-saat nyaman untuk mengetik artikel yang akan di publish ke Blog saya. Umumnya kisah pasien yang saya alami dalam kehidupan praktek dokter sehari-hari.

Dokter yang buka praktek di kota saat ini sudah jarang dibayar dengan barang kebutuhan sehari-hari seperti pisang, beras, ikan, ayam dll. Mungkin masih ada, termasuk kami, saya dan isteri yang dokter masih buka praktek di kota Cirebon, Jabar meskipun kami sudah pensiun dari PNS.

Sejak 1 minggu yang lalu ada pasien isteri saya, seorang wanita, 40 tahun yang menderita KM ( Kencing manis, diabetes mellitus tipe II ). Ibu H ini selain menderita KM juga mendapat penyulit / komplikasi penyakit lain, sehingga perlu mendapat suntikan obat Insulin agar kadar gula darah tidak terlalu tinggi atau dalam batas normal.

Ibu H ini mendapat suntikan Insulin sehari 2 kali, pukul 17.00 ( di tempat praktek isteri saya ) dan pagi hari ( di rumah kami ). Oleh karena saya bangun lebih pagi dari isteri saya maka saya mendapat tugas untuk memberikan suntikan tsb pada pagi hari sekitar pukul 05.00 – 05.30 agar pasien dapat makan pagi pada waktunya. Ibu H juga tidak berkeberatan kalau Insulin tsb di suntikkan di bawah kulitnya oleh saya. Ibu H bersyukur kalau ia disuntik oleh dua orang dokter, sepertinya ia mempunyai 2 orang Dokter Keluarga.

Tiap 2 hari sekali setelah disuntik Insulin Ibu H menyerahkan sebuah bingkisan berupa 2 ayam mentah segar baru dipotong yang siap di masak. Kami bilang tidak usah repot-repot bawa ayam.

Ibu H menjawab “Engga repot kok. Keponakan saya yang bawain untuk Dokter.” Maklumlah Ibu H ini pekerjaannya jualan ayam potong sejak pagi hari di suatu pasar tradisionil di kota kami. Keponakannya itu yang selalu mengantar Ibu H datang ke rumah kami / tempat praktek isteri saya. Mungkin Ibu H belum mendapat uang hasil penjualan ayam-ayamnya sehingga ongkos suntik dibayar dengan ayam potong.

Ya sudah… mau apa lagi, tidak minta tetapi mendapat ayam potong. Rejeki jangan ditolak bukan? Jadi kami saat ini jarang beli ayam potong. Kulkas kami penuh dengan daging ayam. Kami membagi ayam potong kepada Ibu saya sebagai tambahan lauk. teman nasi.

Pagi ini bertambah satu pengalaman hidup lagi.

Sabtu, Januari 24, 2009

Kue Keranjang


Hari ini saya mau menulis apa ya?

O..ya, kemarin ketika hari Jumat kunjungan saya ke Panti Wreda Kasih milik Gereja kami, seperti biasa saya memeriksa kesehatan para warga Panti.

Ketika Oma T, 68 tahun, masuk ruang periksa, ia membawa sebuah Kue Keranjang atau Dodol Cina yang berwarna coklat. Ia berkata kepada saya “ Dok, ini buat Dokter” sambil
memberikan Kue Keranjang itu.

Saya menjawab “ Wah, terima kasih Oma. Kue ini untuk Oma saja, padahal saya sudah punya kue ini di rumah.”

Oma T berkata lagi “ Tidak apa-apa, ini buat Dokter.”

Ibu D, asisiten di Panti yang hadir dalam ruang periksa berkata kepada Oma T “ Oma, kok Cuma Dokter aja yang dikasih. Itu Pak S kok tidak diberi?” sambil guyon.
( pendamping seksi kesehatan Pengurus Panti yang juga hadir dalam ruang periksa itu, yang biasa membantu saat Opa / Oma warga Panti diperkisa Dokter ).

Oma T menjawab “ Engga usahlah. Ini buat Pak dokter saja.” Sering kali Oma T kalau bicara ceplas-ceplos saja.

Wah saya jadi GR nih. Saya juga terharu, bahwa masih ada orang yang sudah lanjut usia masih ada perhatian kepada saya. Pak S hanya tersenyum saja, maklumlah orang sudah sepuh, kadang kelakukannya aneh-aneh juga.

Ketika Oma T selesai diperiksa, saya bertanya kepada Ibu D, “Dari mana Oma T punya Kue Keranjang?”

Ibu D menjawab “ Dok, kemarin ada yang besuk Oma T dan membawa beberapa Kue Keranjang. Hari Senin, 26 Januari 2009 kan Tahun Baru Imlek.”

Saya mengomentari “ O..gitu.”
Sejak bertahun-tahun melayani pemeriksaan kesehatan warga Panti, jarang ada Opa / Oma yang memberikan sesuatu kepada saya, selain tatapan ucapan terima kasih bagi saya. Sayapun tidak berharap akan hal itu. Saya hanya melayani orang lain yang membutuhkan pertolongan. Jadi kalau Oma T saat itu memberikan sesuatu ( Kue Keranjang ) kepada saya, ini merupakan suatu pemberian yang luar biasa. Ia memberi dari kondisi minim yang ia miliki.

Saya bersyukur dan mendoakan agar semua warga Panti ini mendapat berkat dari Tuhan. Amin.-

Rabu, Januari 21, 2009

Kencing Manis

Penyakit Kencing Manis ( Diabetes mellitus ) termasuk suatu penyakit yang sering dijumpai di tempat praktek Dokter. KM dapat pada usia dewasa ( tipe II ) dan dapat pada usia anak ( tipe I ). KM bersifat familier atau keturunan artinya bila salah satu atau kedua-dua orang tuanya ( ayah dan atau ibunya ) menderita KM maka anak-anaknya juga dapat mengidap KM.

Gejala KM biasanya: polifagia ( banyak makan ), polidipsi ( banyak minum ), poliuri ( banyak pipis ), pruritus vulva ( gatal-gatal alat kelamin pada wanita), parestesi ( kesemutan ). Luka yang lama sembuh. Urine akan didatangi semut kerena terdapat adanya glukose ( gula 0 di dalam urine ( glukosuri ). Pada wanita dengan penyakit KM seringkali mempunyai bayi yang lebih besar dari 4.000 gram ( giant baby ).

Penyakit KM sering kali disertai dengan penyakit lain seperti infeksi Paru-paru yang sering berupa TBC paru-paru. Jadi bila ada pasien yang menderita KM , maka jangan lupa diperiksa juga Paru-paru, apakah menderita TBC atau tidak. Demikian pula sebaliknya bila penderita mengidap TBC Paru, maka jangan lupa diperiksa juga kadar Gula darahnya, apakah menderita KM atau tidak.

Saya tidak akan membicarakan penyakit KM ini lebih rinci, tetapi saya akan menceritakan kisah salah satu pasien KM ini.

2 bulan yang lalu, pada hari Minggu sekitar pukul 11.30 saya mendapat telepon dari suami Ny. E, sekitar 50 tahun yang meminta kedatangan saya ke rumah Ny. E. Ny. E yang menderita KM sejak setengah jam yang lalu mengeluh: badan lemas, agak pusing, tangan dan kaki kesemutan, gelisah.

Ny. E dan suaminya merupakan kenalan dekat saya. Saat itu suami Ny. E ( Tn. K ) menelepon saya dari Jakarta oleh karena ada suatu keperluan di kota ini. Tn. K minta saya datang dan kalau perlu membawa isterinya ke Rumah Sakit. Saja jawab, saya akan memeriksa Ny. E dulu sebelum melakukan pesannya.

Lima belas menit kemudian saya sudah tiba di rumah mereka. Ny. E di temani kakak perempuannya ( Ny. B ). Saya memeriksa kondisi kesehatan Ny. E: sadar, dapat diajak bicara, agak gelisah, mengeluh sedikit pusing, tekanan darah: 110/80 mm Hg, jantung, paru-paru dan perut dalam batas normal, anggota gerak mengalami kesemutan.

Dalam tanya jawab dengan pasien, saya mendapat informasi bahwa Ny. E pagi itu hanya sedikit sarapan, tetapi tablet anti KM tetap diminum, karena ingin lekas sembuh atau kadar gula darahnya menurun. Semua data informasi dan data fisik yang saya dapatkan saya membuat diagnosa penyakit Ny. E adalah keadaan hipoglikemi ( kadar gula darah yang menurun ). Keadaan hipoglikemia yang tidak segera diatasi akan menyebabkan pasien mengalami Shok hipoglikemi. Keadaan shok apapun jenisnya dapat mengancam jiwa pasien.

Saya minta kepada Ny. B agar segera menyiapkan air teh manis, segelas air teh dengan 2 sendok makan gula pasir. Ny. B ragu-ragu memenuhi permintaan saya.

“Dok, pasien Kencing Manis kok diberi minum air manis. Setahu saya pasien KM tidak boleh minum yang manis-manis.”

Saya menjawab “ menurut Dokter, keadaan kadar gula yang menurun pada pasien KM wajib segera diberi minum air manis atau diinfus glukose. Disini tidak ada cairan infus, jadi pakai air teh manis saja dahulu. Ayo cepat bertindak, kalau adik anda ingin sembuh!”

Dengan ogah-ogahan Ny. B segera menyiapkan segelas air the manis yang hangat. Saya memberikan air teh manis sesendok demi sesendok kepada Ny. E. Setelah saya yakin ia dapat menelan dengan baik, maka saya minta agar sisa air teh tsb dihabiskan saja. Saya minta segelas air teh manis hangat lagi kepada Ny. B, bila mana diperlukan.

Saya mengajak Ny. E bicara tentang suaminya: kapan kembali dari Jakarta, naik apa ke Jakarta, kemana pergi putrinya pada hari Minggu itu dll agar Ny. E tetap sadar. Setelah sepuluh menit kemudian Ny. E berkata kepada saya dan Ny. B bahwa ia merasa badannya lebih segar, pusing menghilang, dan sesemuatan sudah jauh berkurang. Saya bersyukur, kondisi pasien yang KM ini dengan cepat membaik dari keadaan hipoglikeminya.

Saya langsung melaporkan via handphone tentang keadaan Ny. E ini kepada suaminya, Tn. K di Jakarta, bahwa kondisi isterinya sudah membaik dan tidak perlu dibawa ke RS. Tn. K tiba di Cirebon malam hari dan ia mengabarkan kepada saya bahwa ia akan membawa isterinya besok pagi ke Dokter Spesialis Penyakit Dalam di Bandung. Saya jawab, iya itu lebih baik.

Keesokan harinya, menjelang malam mereka mengunjungi rumah saya. Tn. K mengabarkan bahwa mereka sudah bertemu dengan Teman Sejawat Dokter tsb di Bandung dan membenarkan tindakan saya yang memberi air teh manis kepada isterinya saat itu dimana dalam keadaan hipoglikemi yang kalau tidak ditolong akan menyebabkan Shok. Dokter Spesialis tsb banyak memberikan petunjuk tentang penyakit KM kepoada Ny. E. Ny. E sekarang sudah lebih banyak mengerti tentang penyakitnya. Makan seperti biasa dan minum obat anti KM. Jangan makan sedikit atau tidak makan sama sekali, tetapi obat anti KM tetap diminum, akibatnya kadar Gula darah akan menurun dengan cepat dan terjadilah hipoglikemi.

Diakhir kisah ini saya bersyukur semuanya dapat diatasi dan pasien tidak mengalami komplikasi.

Kamis, Januari 08, 2009

Hobi meminta


Kejadian yang saya alami ini sudah sering terjadi. Semula saya anggap masih wajar tetapi akhirnya kebiasaan meminta ini saya anggap tidak baik.

Minggu yang lalu datanglah ke rumah kami seorang laki-laki, sekitar 50 tahun. Pak Alimin ( bukan nama sebenarnya ) datang dengan mengendarai sebuah motor bebek. Setelah bersalaman dengan saya, Pak A bertanya kepada saya “ Pak Dokter masih ingat saya?”
Seharusnya ia datang dengan memeperkenalkan diri, siapa dia dll.
Datang-datang main tebak-tebakan. Suatu tindakan yang tidak saya sukai.

Saya jawab “ Entahlah, saya lupa, anda siapa?”
Dijawab demikian Pak A menjawab “Saya kan kenal baik dengan ayah Pak Dokter.”
“Lalu?”

“Begni Dok, kami mau menikahkan anak saya di kota Bandung.”
Saya jawab “:Baguslah kalau anaknya mau menikah” ( dalam hati saya berkata orang yang mempunyai keinginan untuk menikah masih tergolong normal ).
“Tapi kami tidak bikin Kartu Undangan. Mohon bantuannya”

Saya menjawab ”Mestinya kalau orang mau hajatan dan mau mengundang relasi ya harus kirim Kartu Undangan. Itupun belum dijamin semua yang dikirimi Kartu Undanagn dapat hadir.”

Pak A menjawab “Karena hajatannya di Bandung ( 130 Km dari Cirebon ) mungkin Bapak tidak bisa hadir, maka kami mohon sumbangannya saja.”

Glek… wah enak bener ya ngibulin orang. Saya tidak percaya kalau saya beri sumbangan, apakah uang itu benar-benar dipakai untuk hajatan atau untuk keperluan yang lain.

Orangnya perlente, naik motor bebek lagi ( mungkin juga pinjaman ). Mau hajatan kok minta sumbangannya seperti itu. Mana orang percaya sih? Saya tidak melayani permintannya. Saya pergi meningalkannya.

Pak A bertanya “ Pak, Pak, bagaimana urusan saya nih?
Saya jawab sekenanya “ Ah.. kenal juga tidak. Minta sumbangan kok kayak gitu. Saya ada keperluan lain nih.”