If you complain about your transport system, how
about them?
Senin, November 28, 2011
Rabu, November 23, 2011
Kolik Ginjal
Sore ini datang seorang pasien Pak K, 4o tahun. Pak K bekerja sebagai Satpam
sebuah kantor Pemerintah. Ia datang diantar seorang temannya. Sebuah Becak
mengantar Pak K.
Pak K tampak lemah dan harus dibantu untuk memasuki Ruang
Tunggu. Sebelum memasuki Ruang Tunggu Pak K minta diantar ke Toilet untuk buang
air kecil. Pak K muntah di Toilet. Saya persilahkan Pak K duduk disebuah
kursi di dalam Ruang Periksa. Pakaiannya
basah oleh keringat.
“Pak siapa namanya” saya bertanya kepadanya.
“Nama saya K, Dok” jawab pasien degan lemah.
“Berapa usia Bapak?”
“Empat puluh.”
“Dimana rumah Bapak?”
“Di Sumber ( Kabupaten Cirebon ), Dok” jawab Pak K. Wah jauh
juga ya.
“Apa yang Bapak rasakan saat ini?” saya bertanya kemudian.
“Pinggang saya nyeri sekali. Saya pernah mengeluarkan batu
dari saluran kncing .”
Saat saya memasang manset Tensimeter untuk pengukuran
tekanan darahnya, saya merasakan kulit lengannya dingin dan basah oleh
keringat. Bajunya juga basah.
Wah …pasien ini rupanya menahan sakit yang hebat.
Tekanan darahnya 160/80 mmHg. Detak Jantung cepat sekitar 100 / menit. Paru-paru: normal.
Secara spontan saya membuat Air Teh hangat dan manis.
“Pak, Bapak minum dulu Teh manis ini ya, agar badan Bapak
lebih kuat.” Saya khawatir kalau pasien ini belum makan saat hendak bertugas
malam ini.
Berkeringat banyak mungkin sekali selain menahan nyeri Batu
Ginjalnya, dapat juga karena keadaan
kadar Gula yang menurun ( Hipoglikemia ).
Dalam sekejap air Teh itu habis diminumnya.
Saya perhatikan wajah pasien ini. Pucat. Keadaan umumnya
lemah dan ia tampak sakit berat.
Saya berkata kepada teman sekerjanya yang turut mengantar
Pak K “Pak, sebaiknya Pak K ini dirawat di Rumah sakit terdekat saja. Tubuhnya
lemah dan pucat. Ia perlu mendapat pertolongan lebih lanjut.”
Pak K berkata dengan lemah “Dok saya tidak mau dirawat di
Rumah Sakit, saya mau pulang ke rumah saja.”
“Pak K, apakah isteri
Bapak ada di rumah?”
“Isteri saya sedang mengajar. Di rumah tidak ada siapa-siapa
lagi. Kedua putra saya ikut isteri saya
yang tua.”
Rupanya Pak K ini sudah bercerai dan ia menikah lagi dan
belum mempunyai anak lagi. Jadi kalau
mau pulang, nanti siapa yang akan membantu atau merawat pasien ini?
Tidak lama kemudian Ibu M, isteri Pimpinan Kantor dimana Pak
K bekerja, datang dengan 3 orang putra/inya. Mereka datang setelah Kebaktian sore di sebuah Gereja di kota kami.
Saya melaporkan kepada Ibu M ini bahwa, karyawanya Pak K ini
sakit berat dan sebaiknya di rawat di Rumah Sakit sehari dua hari.
Ibu M ini tidak dapat memutuskan. Tidak lama kemudian datang
Pak L, atasan Pak K.
Pak L ini memotivasi agar Pak K mau dirawat di Rumah Sakit
sesuai anjuran saya.
Pak K tetap tidak mau di rawat di Rumah Sakit. Ia ingin
pulang ke rumah saja.
Saya segera membuat sebuah Surat Pengantar dengan Diagnosa Observasi Kolik Ginjal untuk Dokter Jaga
di Rumah Sakit setempat. Surat
ini saya berikan kepada Pak L dengan
pesan agar Pak K segera dirawat di Rumah Sakit.
Kalau pasien ditanya “Apakah mau di rawat di Rumah Sakit atau
tidak.”
Jawabannya hampir pasti “Tidak mau.”
Yang memutuskan dirawat ke Rumah sakit adalah orang yang
sehat yang mempunyai pikiran yang jernih dan bukan pasien yang dalam keadaan sakit tidak berpikiran jernih.
Saya pikir kalau seorang karyawan menderita sakit, pada saat
ia menunaikan pekerjaannya maka pihak Kantorlah yang bertangung jawab atas
biaya perawatan dan pengobatan karyawannya itu. Keputusan dirawat di Rumah
Sakit atau tidak, tentu tanggung jawab pihak Pimpinan Kantor dimana Pak K
bekerja.
Sebagai Dokter, memutuskan sebaiknya di rawat di Rumah Sakit
malam ini. Kalau besok membaik bisa saja berobat jalan tidak perlu dirawat inap
lagi. Semuanya tergantung dari perkembangan penyakit Pak K sebagai pasien.
Memang tidak mudah memotivasi pasien mau di rawat d Rumah
Sakit. Ada
banyak pertimbangnnya antara lain:
- Biaya
- Rasa takut
- Kapok karena pengalaman dirawat di Rumah Sakit sebelumnya
- Belum berunding dengan Keluarga
- Dll
Setelah saya memeriksa pasien-pasien lain. Saya melihat
mobil yang akan membawa Pak ini sudah datang. Ibu M dan Pak L mohon pamit
kepada saya.
Selamat malam.
Sabtu, November 19, 2011
Kelenjar Prostat (4)
Kisah ini merupakan kelanjutan artikel-artikel Kelenjar
Prostat (1), Kelenjar Prostat (2) dan kelenjar Prostat (3) yang pernah saya
posting di Blog ini.
Kelenjar Prostat hanya ada pada Pria dan tidak ada pada kaum
wanita.
Kelenjar ini menghasilkan cairan Prostat. Saat proses
ejakulasi akan dikeluarkan cairan Prostat dan sel-sel mani ( spermatozoa ) dari
alat kelamin Pria. Spermatozoa diproduksi oleh kedua biji kemaluan ( testicle )
yang berada di dalam kantung kemaluan ( scrotum ).
Pada usia lanjut sekitar diatas 70 tahun kaum Pria sering
mengalami gangguan buang air kecil. Di dalam praktik saya cukup sering menjumpai pasien Pria yang
menderita tidak dapat buang air kecil ( inkontinensia urin ). Isi kandung
kencing dapat setinggi Pusar atau kira-kira sebesar kehamilan 6 bulan pada kaum
Wanita.
Pada usia lanjut Kelenjar Prostat sering mengalami
pembesaran yang biasa disebut sebagai BPH ( Benign Prostat Hypertrophy ). BPH
mempunyai gejala yang khas yaitu kalau ingin b.a.k. pasien harus mengedan dahulu
dan urin yang keluar pun tidak banyak dan pancaran urin tidak jauh. Setelah
b.a.k. pasien masih ingin b.a.k. lagi sebab masih ada sisa urin ( residual
urine ) yang masih tedapat di dalam kandung kencing ( vesica urinaria ).
Akhirnya pembesaran Prostat ini akan menjepit saluran
kencing ( urethra) dan pasien tidak dapat b.a.k. sama sekali. Pasien kesakitan dan menderita sekali. Keadaan ini
merupakan keadaan yang mendesak untuk dilakukan pengeluaran urin dengan segera
dengan cara memasukkan slang karet ( kateter ) ke dalam kandung kencing melalui
urethra. Urine yang keluar cukup banyak
sekitar 1,5 – 2 liter yang ditampung
dalam sebuah kantung plastik.
Cara lain untuk mendiagnosa BPH selain dengan mendengar Anamnesa
( riwayat pnyakit ) adalah dengan melakukan tindaan colok dubur ( rectal
toucher ).
Colok dubur:
Jari telunjuk ( bersarung tangan ) yang diolesi pelumas dimasukkan kedalam lubang dubur untuk meraba
Kelenjar Prostat. Keadaan Prostat apakah membesar, lunak, keras, rata atau berbenjol-benjol.
Bila keras dan membesar dicurigai adanya proses keganasan ( Kanker Prostat ).
USG:
Pemeriksaan penunjang lain : pemeriksaan dengan USG ( Ultra
Sonografi ). Dari gambaran ( foto ) yang dibuat saat Kandung kencing penuh
dengan urine ( pasien harus menahan kencing ) akan nampak Prostat membesar atau
tidak dan berapa ukurannya.
MRI:
Bila dicurigai adanya Kanker Prostat dilakukan MRI (
Magnetic Resonance Imaging ) dilakukan untuk mengevaluasi keadaan Prostat dan
kelenjar getah bening sekitarnya
Kadar PSA:
Pemeriksaan darah atas PSA ( Prostat Spesific Antigent )
juga dilakukan. Pada keadaan normal kadar serum PSA <4 ng/ml.
Pria dengan usia 40 – 49 th: <2,5 ng/ml, 50 – 59 th: <
3,5 ng/ml, 60 – 69 th: < 4,5 ng/ml 70
– 79 th: < 6,5 ng/ml.
Biopsi Prostat:
Pria dengan kadar PSA diatas 10 ng/ml dicurigai menderita
kanker Prostat dan diusulkan dilakukan tindakan Biopsi ( transrectal biopsy )
dengan bantuan pembiusan lokal diambil
sedikit jaringan Kelenjar Prostat untuk dilakukan pemeriksaan Mikroskopis untuk
melihat gambaran sel-sel kelenjar.
Tindakan terapi BPH ( obat-obatan, Laser, operasi ) berbeda
dengan Kanker Prostat ( operasi, radiasi ). Sering kali terapi membutuhkan
biaya yang sangat besar. Tanpa perlindungan Asuransi Kesehatan biaya terapi dirasakan sangat mahal bagi kebanyakan pasien.
----
Pak M, 82 th , 4 hari yang lalu datang berobat dengan
keluhan tidak dapat b.a.k. Pada pemeriksaan raba Kandung kencing banyak terisi
urin ( setinggi, 3 jari di atas Symphysis pubis
). Pasien menolak untuk dirujuk ke RS dan minta diberi rsep obat. Pasien
tidak mampu dan mempuyai fasilitas Jamkesmas di RS Umum setempat.
Saya memberikan resep obat untuk mengatasi keadaan ini
dengan obat anti BPH dengan pesan: bila
besok pagi masih belum bisa b.a.k., sebaiknya
segera datang ke UGD ( Unit Gawat
Darurat ) RS Umum tsb untuk minta dilakukan pemasangan slang ( katerisasi )
agar urin segera dapat keluar dan meredakan rasa nyeri.
Keesokan sorenya, seorang putranya menelepon saya dan mengabarkan bahwa Pak M sudah dipasang
slang dengan sebuah kantung plastik
penampung urin. Dokter Urolog memberikan obat antibiotika sebagai pencegah
infeksi saluran kencing.
Kemarin pagi Pak M datang kembali dan mengabarkan bahwa hari
ini slang boleh dilepas ( di Puskesmas, di UGD atau di dokter praktik )
dan 2 hari kemudian harus dilakukan tindakan USG di RS Umum tsb.
Saya lakukan pencabutan slang kateter dengan harapan porses
b.a.k. dapat lancar kembali. Sore harinya Pak M datang kembali dan mengabarkan
bahwa ia tidak dapat b.a.k. lagi. Obat
anti BPH yang saya berikan tidak diminum dan ia malah membeli obat anti BPH di
sebuah Toko Obat milik tetangganya dengan diskon yang cukup besar ( hampir 50 %
). Ia sudah minum 1 tablet, tetapi masih belum nampak khasiatnya.
Saya adviskan bila sampai besok pagi masih belum dapat
b.a.k. maka harus masuk UGD lagi untuk dipasang kateter kembali. Biasanya bila sudah 2 kali pasang kateter dan masih tidak dapat b.a.k. maka tindakan
Operasi sangat dipertimbangan untuk
dilakukan.
Masalah yang timbul di benak saya adalah “Dapatkah operasi
Prostat ni ditunjang oleh Jamkesmas?”
Saat itu saya membatin “Kalau bisa jangan sakit. Untuk itu
saya harus menjaga kesehatan saya dengan sebaik-baiknya, apalagi sudah usia
lanjut. Amin. “
----
Pasien Tn Y, 75 th, 1 bulan yang lalu datang berobat.
Pasien ini langganan saya. Pendengarannya sudah dibantu alat
Hearing aid.
Saat itu keluhan pasien adalah sulit b.a.k. mirip gejala
dari BPH.
Saya memberikan resep obat anti BPH. Sore harinya ia datang ke UGD sebuah Rs terdekat dan
dilakuan keterisasi. Banyak urin yang keluar. Ia pulang tanpa dipasang kateter.
Obat yang saya berikan terus diminum.
Keesokan harinya b.a.k.
bisa dilakukan. Hari demi hari proses b.a.k. dapat makin lancar.
Obat yang saya berikan sudah hampir 1 botol dan akan terus
diminum.
Selain itu Tn. Y ini menderita Mata Katarak.
Dari Warta Jemaat dari Gerejanya ( satu Gereja dengan saya )
ada fasilitas gratis Operasi Mata
Katarak disebuah Gereja di Jakarta sebagai salah satu bentuk pelayanan dari
Gereja bagi anggota Jemaat yang membutuhkan.
Ia mendaftar dan kemarin ia diantar putrinya, Bapak Pendeta
H dan seorang wanita pasien Katarak lain pergi ke Jakarta diantar Supir Gereja kami. 3 hari
kemudian mereka akan kembali ke kota
kami.
Kami berharap agar Operasi Matanya berhasil dengan baik.
Kesimpulan:
Hasi terapi tiap pasien tidak sama. Ada yang berhasil baik dan ada yang tidak,
tergantung dari respon sang pasien. Penyebabnya dapat berupa: kepatuhan pasien
terhadap advis dokter, respon tubuh pasien terhadap obat yang diberikan dll.
Jumat, November 18, 2011
Diare
Kemarin siang datang berobat Ny. H, 48 th.
Saat memasuki Ruang Tunggu, saya melihat kedua tangan pasien
ini berwarna Kuning.
Saya bertanya “Kenapa tangan Ibu berwarna Kuning? Apakah Ibu habis membuat Kue?”
Ia menjawab “Saya berak-berak ( diare ). Sudah 12 kali sejak
tadi pagi. Saya membuat larutan Kunyit untuk mengobatinya, tetapi masih belum
sembuh, Dok.”
“O..begitu ya” kata saya.
Keluhan Diare banyak dijumpai pada pasien dalam praktik sehari-hari.
Ny. H ini bekerja sejak 1 bulan di keluarga Bapak / Ibu I
yang saya kenal baik.
Saya bertanya lagi “Tadi malam Ibu makan Pedas atau Sambal?
Makanan bersantan? Atau minum Susu?”
Pak I yang duduk di sebelah Ibu I., menjawab
“Tidak, Dok. Ia makan apa yang kami makan juga. Kami juga tidak makan dengan
Sambal dan kami tidak menderita Diare.”
“Wah …kalau makan tidak dengan Sambal, tidak sedap lho” kata
saya guyon.
Kami semua tertawa, kecuali sang pasien.
Saya tidak tahu penyebab Diare Ny. S
ini, sebab berdasar anamnesa ( taya jawab penyakit ), pasien makan biasa-biasa
saja.
Saya memeriksa fisik Ibu H. Semua dalam batas normal,
kecuali suara bising usus bertambah yang menunjukkan gerakan peristaltik usus lebih aktip dari
pada normal.
Saya membuat resep obat: kapsul Antibiotika dan tablet anti
diare.
Untuk meyakinkan pasien dapat menelan kapsul, saya bertanya
“Apakah Ibu dapat minum Kapsul?”
Ia menjawab “Dapat, Dok, asal Kapsulnya dimasukkan ke dalam
sepotong Pisang yang kemudian saya telan.”
“Wah..bagaimana kalau tidak ada Pisang?” kata saya.
Kami tertawa lagi.
Mungkin mereka mengira bahwa dokternya suka guyon dan tidak serius. Terserah
pendapat mereka.
Pertanyaan saya bermaksud baik untuk meyakinkan apakah
pasien dapat menelan kapsul atau tidak. Kalau semua diresepkan dalam bentuk Sirop ( seperti
lazimnya untuk anak-anak ) maka ada banyak botol obat yang harus di beli di
Apotik terdekat.
“Saya pernah menjumpai ada seorang pasien wanita umur 18
tahun yang masih belum dapat menelan Kapsul obat. Saat Pisang ditelan, entah mengapa kapsul obat itu
nyangkut dan berada di samping Lidahnya. Mendengar kisahnya itu, ahirnya saya
beri resep obat dalam bentuk Puyer dan Sirop sebanyak 2 botol, seperti obat
untuk pasien anak-anak” saya menerangkan.
Sering kali dalam menghadapi pasien dewasa, saya harus
meyakinkan dahulu apakah pasien dapat
minum kapsul atau tablet obat.
Pasien ada yang tidak dapat menelan tablet yang besar. Kalau
kecil bisa. Jadi saya anjurkan agar tablet obat itu dipotong menjadi 4 bagian.
Minum ¼ tablet satu demi satu. Tidak usah ditelan bersama sepotong Pisang.
Repot kalau malam-malam harus beli Pisang dahulu. Pasar Tradisionil sudah tutup, mau beli di Mall, lokasinya jauh.
Menghadapi pasien apalagi yang berasal dari Desa, dokter
harus menjelaskan penyakit dan cara minum obatnya dengan baik dan benar. Kalau
dengan guyonan maka tidak akan terasa ada paksaan bagi sang pasien.
Kepatuhan minum obat juga sangat penting dalam kesembuhan
penyakit. Obat untuk TBC paru memerlukan waktu minimal 6 bulan untuk
menyembuhkan penyakitnya. Bila tidak sampai 6 bulan berturut-turut, penyakitnya
tidak akan sembuh dan dapat menulari anggota keluarga serumah. Dikira dokternya
tidak pandai menyembuhkan penyakit pasien.
Sering kali minum obat antiTb hanya 1 -2 bulan, kemudian
berhenti minum obat dengan alasan yang beraneka ragam. Sering kali kegagalan
terapi karena faktor ketidak-patuhan pasien minum obat, meskipun dokter sudah
menjelaskan dengan baik dan benar.
Kita ingin sembuh dari penyakit bukan? Nah…minumlah
obat sesuai anjuran dokter anda. Bila
kurang jelas, tanya lagi sampai jelas. Dokter yang baik tentu akan menjawab dan
memberikan petunjuk dengan baik pula. Semoga cepat sembuh.
Selamat pagi.-
Rabu, November 16, 2011
Tibalah saat itu
“Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh
tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya
buru-buru, dan kami melayang lenyap.” ( Mazmur 90:10 )
Setiap mendengar ada orang yan meniggal dunia, saya selalu
teringat akan ayat ini. Pada saatnya
kita satu per satu akan pergi menghadapNya. Tidak bisa menolak dan tidak
bisa menawar.
Suatu keberuntungan dan kebahagiaan bila kita dapat mencapai
usia 70 tahun dengan kondisi badan yang tetap sehat, masih dapat melayani diri
sendiri dan melayani orang-orang lain.
Ada
banyak teman saya yang seusia, dibawah usia saya atau diatas usia saya yang sudah meninggalkan saya untuk
selama-lamanya. Kenangan manis selalu teringat di hati.
Ada
2 saat yang selalu terjadi di dalam
kehidupan manusia yaitu: saat bertemu dan saat berpisah. Saat bertemu banyak
dipenuhi senyuman dan kegembiraan. Saat berpisah banyak disertai linangan air
mata. Yang paling tidak saya sukai adalah saat yang terakhir itu, karena selalu diliputi oleh kesedihan dan air mata.
----
Jumlah Opa dan Oma di Panti Wreda Kasih dimana sya melayani
kesehatan mereka sejak tahun 2004 ada
sejumlah 18 orang. Saat ini tinggal 11 orang. Ada
yang pindah ke kota lain dan ada yang sudah meninggal dunia
karena usia lanjutnya. Usia mereka makin bertambah lanjut. Usia mereka berkisar
antara berusia 67 – 94 tahun. Saat ini saya 63,5 tahun, dapatkah saya mencapai
seusia mereka? Saya tidak tahu. Siapakah yang dapat menentukan umur manusia,
selain Tuhan?
Oma SS, 78 tahun menderita Hipertensi dan Cardiomegalia (
pembesaran jantung ). Sang suami sudah lama
meninggal dunia, dan mereka tidak dikarunia seorang anakpun. Masa tua Oma
tinggal di PWK milik Gereja kami. PWK sebagai salah satu bentuk pelayanan bagi
mereka yang membutuhkan.
Bulan demi bulan, tahun demi tahun, saya memeriksa,
berbicara dari hati ke hati, kadang becanda dengan Oma. Ada sebuah kenangan yang sulit dilupakan
begitu saja. Semasa sang suami masih hidup, saya beberapa kali datang ke rumah
mereka untuk memeriksa kesehatannya.
11 Nov 2011 saat saya memeriksa Oma ini saya melihat kondisi
Oma sudah menurun banyak.
13 Nov 2011 pukul 05.30 saya mendapat SMS dari Ibu Panti bahwa Oma SS kondisinya memburuk. Saya langsng kontak dengan Ketua Pengurus PWK, Pak H dan meminta agar Oma SS segera di rujuk ke RSTC. Saya segera membuat Surat Rujukan.
13 Nov 2011 pukul 05.30 saya mendapat SMS dari Ibu Panti bahwa Oma SS kondisinya memburuk. Saya langsng kontak dengan Ketua Pengurus PWK, Pak H dan meminta agar Oma SS segera di rujuk ke RSTC. Saya segera membuat Surat Rujukan.
13 Nov 2011 pukul 14.00
saya dan beberapa Pengurus PWK datang menengok Oma SS. Kondisinya tidak
banyak perubahan. Dokter membuat CT scan kepala dan di dapat hasil: Cerebral atrophy
( Otak mengalami pengecilan karena usia
lanjut ). Sudah dikonsulkan kepada Ahli Jantung, tetapi beliau belum sempat
datang memeriksa sampai Oma SS pergi meninggalkan kami semua.
14 Nov 2011 pukul 10.15 saya dan Pak S, salah seorang
pengurus PWK datang menengok Oma SS. Kondisinya makin melemah dan memburuk,
sukar minum, apalagi makan. Cairan Infus dan gas Oksigen tetap diberikan.
Ada
banyak anggota PWK, anggota Jemaat aGereja dan Tim Pelawatan yang datang
menengok dan selalu mendokan semoga Oma SS segera membaik.
15 Nov 2011 sekitar pukul 18.00 saya mendapat SMS dari Ibu
Panti yang mendampingi Oma SS menyatakan bahwa Oma SS sudah pergi meninggalkan
kami untuk selama-lamanya. Kami semua
sedih dan mendoakan semoga Oma SS mendapat tempat disisiNya.
Berita duka ini cepat beredar via SMS keseluruh anggota
Pengurus PWK, anggota Jemaat Gereja, Bapak / Ibu Pendeta dll relasi. Setelah jenasah Oma SS disemayamkan satu malam di Gedung Panti, maka pada tanggal 16 Nov
2011 Oma SS akan dikremasikan seperti juga sang suami.
“Selamat jalan Oma SS, semoga dapat bertemu dengan suami
tercinta”
Senin, November 14, 2011
Jengkel
Saat ini di masa pensiun dan sudah memiliki KTP seumur
hidup, saya dan isteri bersyukur kepadaNya kalau kami masih dapat berjalan tanpa bantuan sebuah
Tongkat, masih dapat naik sepeda, masih dapat mengemudikan mobil dan masih
dapat melayani orang-orang lain.
Banyak teman se-SMA saya dalam 2 tahun terakhir ini
yang sudah meninggalkan saya dan
teman-teman untuk selama-lamanya. Hidup yang hanya sekali saja patut disyukuri
dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kami berharap kami masih dapat melayani diri
sendiri dan melayani orang-orang lain.
----
Kita patut bersyukur dan berterima kasih atas kemajuan
tehnologi terutama Tehnologi Informasi. Dengan Internet kita dapat berhubungan
dengan siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Mirip slogan Cola-cola.
Meskipun demikian dalam kurun waktu sekitar 2-3 tahun
terakhir ini saya merasa hidup makin tidak nyaman. Sering kali orang berbuat
seenak diri sendiri saja.
Tiada hari tanpa kemacetan lalu lintas, hampir setiap hari kita mendengar terjadi
tawuran di banyak tempat, banjir yang tidak kunjung teratasi, penyedotan pulsa
handphone masih saja terjadi, banyak
paku betebaran di jalan raya yang akan membuat ban mobil kempes di jalan raya, makin
sulit mencari pekerjaan dll. Hidup sudah mulai tidak nyaman lagi.
----
Kemarin siang saat saya berkunjung ke sebuah Rumah Sakit di
kota kami untuk menengok salah satu Oma warga Panti Wreda yang sedang dirawat,
isteri saya melaporkan bahwa tadi ada
Pak K, tetangga kami yang juga pasien kami, datang ke rumah untuk minta
berobat kepada saya. Isteri saya menjawab tidak bisa sebab saya sedang berada
di Rumah Sakit. Ia ngomel-ngomel yang
membuat isteri saya menjadi tidak nyaman. Kalau saya tidak berada di temat,
mengapa mereka tidak minta bantuan isteri saya yang juga seorang dokter? Mereka
juga pernah beberapa kali berobat kepada isteri saya yang buka praktik di dekat
rumah mereka.
Seharusnya mereka mengerti bahwa hari kemarin adalah hari
Minggu ( libur ) dimana semua kantor termasuk dokter juga tidak buka praktik (
kecuali dokter jaga kota yang bertugas ). Kalau sakit mendadak
seharusnya datang ke UGD ( Unit Gawat Darurat ) di tiap Rumah Sakit di tiap kota, bukan memaksa minta
bantuan dokter langganan / keluarga. Mungkin sekali yang diminta bantuan sedang
tidak berada di tempat, sedang keluar kota
atau sedang ke luar negeri dan sudah diinformasikan dengan cara baik-baik.
Sering kali pasien dan keluarga tidak mau tahu dengan alasan sudah biasa datang
berobat kepada dokternya ( langganan ).
Pada hari minggu saya juga tidak dapat belanja Kertas HVS
untuk mencetak artikel dll di sebuah Toko Alat-alat Kantor langganan saya. Saya
tidak perlu ngomel, apalagi marah-marah kepada pemiliki Toko, sebab itu adalah
hari libur dan Toko tutup. Mau tidak mau saya mesti belanja besok hari. Marah
tidak akan menyelesaikan masalah, tetapi justru akan menambah masalah.
----
Kalau ada orang yang datang minta Bunga Blimbing Wuluh yang
tumbuh di halaman depan rumah kami, itu
wajar kalau orang datang pada waktu yang tepat ( pagi, siang atau sore ). Kalau
datang malam hari pukul 21.30, apakah ini wajar? Wajarkah kalau ada orang yang ketok-ketok pintu pagar
rumah yang sudah tutup pada malam hari sekedar untuk minta Bunga Blimbing Wuluh?
Apakah tidak bisa datang keesokan
harinya? Mengapa lebih suka membuat
orang lain menjadi tidak nyaman?
----
Tadi malam sekitar pukul 21.30 hari Minggu kami mendengar
ada suara ketokan pada pintu besi pagar halaman depan rumah kami.
Saya bertanya kepada wanita yang mengetok pintu “Siapa ya?”
Bukannya menjawab pertanyaan saya, ia bahkan ia balik bertanya “Apakah Ibu H ( isteri saya )
ada?” Jengkel juga.
“Ada,
ada apa ya malam-malam begini?”
“Mau kirim undangan untuk Ibu H.”
“O…. boleh. Masukkan saja ke dalam kotak surat ( yang ada di samping pintu pagar ).
Terima kasih ya.” Saya menjawab. Pintu pagar tetap tidak saya buka.
Rasanya tidak lazim
dan aneh kalau ada orang mengirim Undangan pada larut malam begini. Seperti
tidak ada hari esok yang lebih baik? Saya malas membuka pintu, lebih baik
masukkan saja ke dalam kotak surat
yang pasti besok akan saya buka dan membacanya. Kalau bisa datang ya kami akan
datang dan kalau berhalangan datang maka
kami tidak dapat datang, sebab mungkin
ada keperluan lain yang lebih penting.
Pagi hari saya melihat ada sebuah kartu Undangan Pernikahan
di dalam kotak surat
kami. Setelah memegang Surat Undangan itu, saya membaca dengan jelas cetakan
nama isteri saya. Jadi yang diundang hanya isteri saya saja, tanpa suami. Banyak
kali kami menerima Undangan Pernikahan atau lainnya selalu tercetak nama Suami
( Kepada Yth. Bapak / Ibu atau Tuan / Nyonya ….). Seorang Ibu / isteri tidak lazim datang ke Undangan pesta
pernikahan seorang diri tanpa pendamping / suami. Kalau tidak tahu nama sang
suami, pengundang dapat mencari tahu siapa nama sang suami yang nampak jelas
pada Papan Nama Praktiknya. Mungkin bukan itu masalahnya. Yang mau diundang
hanya Isterinya saja, sesuai nama yang tertera pada Kartu Undangan.
Pada bulan-bulan tertentu sering kali dalam 1 hari ada lebih
dari 1 Undangan yang kami terima. Tentu kami pilih sesuai skala prioritas mana
yang akan kami pilih lebih dahulu?
----
Berbicara masalah Pesta Pernikahan ada kejadian yang membuat
kami jengkel juga.
Namanya juga mengundang, jadi soal uang sebagai pengganti
kado tidak menjadi masalah utama. Kalau para Undangan dapat datang saja ini sudah merupakan kebahagian kami. Kalau
para Undangan yang memberi amplop berisi uang, tentu kami tidak menolak.
Saat kami menikahkan putra kami, kami menemui amplop kosong, tanpa nama dan
alamat, apalagi uang. Kalau tidak rela menyumbang, ya sudahlah, toh tidak ada
keharusan untuk menyumbang / memberi dengan ihlas, tetapi janganlah memberikan
amplop kosong ( seperti mau menghina saja ).
Ada
juga sebuah amlop dari seorang relasi yang kami kenal baik yang kami undang,
berisi uang ribuan yang sudah sangat lusuh ( yang tidak layak diberikan kepada
tukang parkir sekalipun ). Mengapa ia berbuat seperti itu? Kalau tidak punya
uang dan tidak rela ya sudahlah. Datang saja, lalu megucapkan selamat dan menikmati hidangan yang tersedia. Tidak
usah memberi uang lusuh yang tidak layak pakai. Kami yang mengundang akan
merasa senang kalau ada banyak para undangan yang datang hadir ke pesta kami.
Uang sumbangan tidak menjadi tujuan pokok kami saat mengadakan Pesta
Pernikahan. Doa restu dan ucapan selamatlah yang menjadi tujuan utama dalam
sebuah Pesta Pernikahan.
----
Dari pengalaman hidup ini membuat kami harus berpikir
terlebih dahulu sebelum bertindak, dari pada bertindak dahulu lalu berpikir kemudian.
Mendengar kalimat tersebut seorang teman tertawa.
Saya bertanya “Adakah
yang lucu?”
“Benar berpikirlah dahulu sebelum bertindak. Saya
membayangkan kalau saya memukul seseorang sampai babak belur. Setelah itu saya
meminta maaf, bahwa itu salah sasaran. Yang dipukul pasti menjadi marah-marah,
mengapa ia dipukul. Masalahnya bisa menjadi panjang.”
Selamat siang.-
----
Lebih mudah mencari
kesalahan orang lain, dari pada mencatat
kebaikan orang itu.-
Kamis, November 10, 2011
Kurang Tidur
Kemarin pagi datang berobat Ibu N, 35 tahun. Ia diantar oleh
suaminya.
Ibu N pernah datang mengantar saat putranya sakit beberapa
bulan yang lalu. Saya samar-samar rasanya pernah melihat wajah Ibu N ini.
“Apakah Ibu pernah berobat disini?’ saya bertanya.
Ibu N menjawab “Saya pernah datang kesini mengantar putra
saya untuk berobat, Dok. Saya sendiri belum pernah berobat disini.”
“Baik, Bu. Sekarang apa keluhan Ibu?
Ibu N menjawab “ Kepala
saya sakit sejak 1 minggu, Dok terutama sebelah kanan. Badan terasa tidak fit.”
Saya melihat wajah Ibu N sejak ia masuk ke ruang periksa, seperti wajah yang
kurang tidur. Tidak ada aura ceria atau cerah. Wajah kurang tidur.
Saya bertanya “Kalau malam hari Ibu tidur pukul berapa?”
Sang suaminyalah yang menjawab “Waah…tidurnya selalu malam
sejak beberapa hari yang lalu, Dok. Kadang kala pukul 02.00 dini hari baru
tidur.”
“O..emang Ibu bekerja apa?” saya bertanya.
Suami Ibu N menjawab “Main Internet game, Dok.”
“Hebat..Ibu suka main game? Sampai larut malam?
Ibu N menjelaskan “Sebenarnya bukan main game saja, tetapi
saya setiap malam selalu memeriksa dagangan saya di Internet. Saya jualan
secara Online.”
“Wah…Ibu hebat nih jualan online. Emang Ibu menjual barang
apa?”
“Saya jual pakaian, Dok. Saya ambil dari grosir di Tanah
Abang, Jakarta
secara Online juga.
Saya membatin, hebat juga pasien saya ini. Ia cari uang
secara Online via Internet. Kapan ya saya dapat uang via Internet? Susah juga rasanya. Bagaimana bisa memberi resep di Internet, terutama obat-obat
yang dibeli harus dengan resep dokter.
Saya melanjutkan “Ibu, go Internet sih boleh-boleh saja,
tetapi Ibu harus atur kapan Ibu bekerja
Online. Ibu harus atur kapan Ibu bekerja dan kapan Ibu harus tidur. Sakit
kepala Ibu rasanya karena Ibu kurang tidur. Ini tampak dari wajah Ibu yang
tidak bersinar yang merupakan tanda kondisi kesehatan Ibu sedang terganggu.
Kemungkinan besar karena kurang tidur. Kalau Ibu mau bekerja malam hari, Ibu
harus tidur siang hari. Dalam 24 jam Ibu harus tidur 7-8 jam tiap 24 jam.”
Ibu N menjawb :”O..begitu ya, Dok.”
Saya memberikan resep obat pain killer, vitamin dan penenang
agar ia mudah tertidur.
Setelah Ibu N dan suaminya meninggalkan ruang periksa, saya
membatin “ Hebat juga ya pasien saya ini. Ia mencari uang via Internet sampai
lupa waktu. Punya uang banyak tetapi kesehatannya menurun. Sepertinya tidak
bermanfaat. Saya tidak tahu bagaimana pendapat Ibu N ini. Semoga setelah ia
berkonsultasi kepada saya, kesehatan dan hidupnya dapat menjadi lebih baik
lagi.”
Rabu, November 09, 2011
Membuat e-KTP
Senin 7 November 2011, pagi hari sekitar pukul 06.15 Pak RT
kami datang mengantarkan Surat Panggilan untuk membuat e-KTP ( electronic-Kartu Tanda Penduduk ) di Kantor
Kecamatan. Pembuatan e-KTP untuk RW kami adalah hari ini dan gratis.
KTP ( Kartu Tanda Penduduk ) atau Identity Card kami yang sudah
berumur diatas 60 tahun bersifat berlaku seumur hidup, tetapi karena
e-KTP ini bersifat nasional kami harus membuat e-KTP juga. KTP merupakan kartu
pengenal pribadi yang penting.
Tanpa punya KTP maka urusan membuat Paspor ( bila ingin
pergi ke luar negeri ), membuat Rekening di semua Bank, membuat / memperpanjang
SIM ( Surat Ijin Mengemudi ), dan lain-lain Surat
penting akan sulit dilakukan.
Kami tiba di Kantor Kecamatan kami pukul 07.45. Sudah banyak
warga RW kami yang akan membuat e-KTP. Wah…sudah banyak antrian nih. Sudah ada
setumpuk Surat
panggilan para warga RW kami.
Kami duduk manis menunggu dipanggil oleh Bapak Petugas yang
mengatur keluar masuk warga yang akan dilayani. Warga RW kami yang sudah datang
cukup banyak, mirip Pasar tumpah.
Konon para petugas hanya dapat melayani sebanyak 250
orang yang akan membuat e-KTP. Mereka
yang tidak terlayani hari ini dapat dilayani pada hari Minggu berikutnya yang
buka dari pukul 08.00 – 12.00. Tidak heran kalau para warga ingin agar dapat dilayani pada hari itu juga.
Sampai pukul 10.30 nama kami masih belum dipanggil juga.
Masih lama kata Petugas.
Saya bertanya kepada seorang Bapak yang sudah dilayani pada nomer
3.
“Kapan Bapak datang dan menyerahkan Surat panggilan?”
Bapak itu menjawab sambil tersenyum “Pukul 06.00 pagi.”
Hebat...Kantor Kecamatan belum buka tetapi Bapak ini sudah
datang agar lebih cepat dilayani.
Kami menerima Surat
panggilan itu dari Pak RT baru pukul 06.15. Kami bersiap-siap dan baru pukul
07.45 tiba di Kantor Kecamatan. Ya sudah mau apa lagi. Kami toh harus menunggu
antrian juga.
Akhirnya pukul 10.45 kami minta ijin meninggalkan Kantor
Kecamatan untuk mengerjakan pekerjaan yang lain dahulu yang juga penting dan
setelah makan siang pukul 13.00 kami
akan datang kembali. Kami menitip pesan kepada Bapak Petugas , kami akan datang
kembali pukul 13.00. Harap maklum dan mohon jangan dilewati atau dicoret nama
kami.
Pukul 13.05 kami tiba di sana dan dapat segera dilayani.
Kami 4 orang masuk ke dalam sebuah Ruang yang ber AC ( keren
juga nih, adem.. ).
Saya dan isteri dilayani masing-masing oleh seorang bapak
Petugas yang akan
melakukan data entry untuk e-KTP kami.
Tampaknya data pribadi kami sudah ada di dalam data base
Komputer disana, seperti: nama, alamat, pekerjaan, agama, golongan darahdan lain-lain. Petugas hanya membacakan
data-data kami dan kalau ada kesalahan
dapat segra diedit. Semuanya betul.
Kepala ( hanya kepala saja ) difoto oleh sebuah kamera
digital yang berdiri diatas kaki tiga ( Tripod ) di depan saya. Kami diminta
membuat Tanda tangan digital sebanyak 2 kali diatas sebuah kaca reseptor.
Pembuatan Sidik jari ( 4 jari tangan, Jari telunjuk, Ibu
jari, masing-masing Kiri dan Kanan ) juga
dibuat dengan menempelkan jari kami di atas sebuah kaca reseptor,
tampilannya dapat dilihat di layar monitor komputer.
Ada
sebuah alat ( mirip sebuah teropong ) yang diletakkan menempel
diwajah kami. Konon untuk mengambil foto Iris mata. Saat dibuat, Mata harus
melotot agar foto Iris mata tampak
jelas. Bila kurang bagus, akan diulang lagi dengan melotot hebat.
Selesai sudah pengambilan data-data kami. Waktu yang dipakai
sekitar 7 menit, tetapi waktu menunggu antrian bisa berjam-jam. Kami salut kepada Petugas data
Entry itu. Mereka cukup lelah bekerja.
Semuanya tidak dipungut biaya ( gratis ). Saat pengambilan e-KTP ini diharapkan
gratis juga.
Kata Bapak Petugas, e-KTp akan diproes dan dibuat di
Jakarta. Perlu waktu sekitar 2-3 bulan ( lama juga ).
Hari itu pengalaman kami bertambah satu lagi.
Selamat siang.-
Simposium “Dispepsia dan Sirosis Hati”
Sabtu, 5 November 2011, saya dan isteri mengikuti Simposium
“Dispepsia dan Sirosis Hati” di RS Mitra Plumbon, 11 Km dari kota
Cirebon. RS
ini terletak di Kabupaten Cirebon.
Kami belum pernah hadir di RS ini. Pada Simposium ini kami
dapat melihat-lihat keadaan RS ini. Simposium dimulai pukul 08.00 – 14.00. Saat
kami tiba di RS ini pukul 08.15 di halaman depan RS sudah penuh dengan mobil
yang di parkir.
Kami parkir mobil kami di halaman belakang RS ini. Jarak
antara halaman parkir ini dengan Ruangan / Aula tempat Simposium sekitar 100
meter.
Setelah melakukan Registrasi ulang, kami memasuki Ruang
Simposium. Kami bertemu dan ngobrol dengan Teman-teman Sejawat lain yang hadir.
Peserta Simposium sekitar 200 orang dokter dari berbagai Instansi dan
pensiunan.
Pada Simposium ini dibahas 3 Topik yaitu:
- Non Ulcer Dispepsia Gerd
- Penatalaksanaan Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas Pada Sirosis hati
- Penatalaksanaan Komplikasi Sirosis Hati Terkini.
2 orang pembicara adalah Dokter Ahli Penyakit Dalam dari RS
setempat dan 1 orang pembicara Dokter Ahli Penyakit Dalam dari RS Hasan Sadikin
Bandung.
Selesai presentasi materi simposium dilanjutkan dengan acara
Diskusi / tanya jawab.
Dari semua yang kami lihat dan dengar ada yang dapat
dipraktekkan dalam pelayanan kepada
pasien di tempat praktik kami.
Pada Simposium ini ada saat Coffee break dan acara ramah
tamah / makan siang bersama pada akhir Simposium ini.
Pada akhir semua acara Simposium ada cara Undian door price.
Saya melihat ada 6 buah Payung, 6 buah
Setrika ( penghalus pakaian ), 1 buah Water heater dan 1 DVD player.
Saat itu Setrika kami sudah perlu diganti dengan yang baru.
Saat itu hati saya kok merasa salah satu Setrika itu bisa menjadi milik kami.
Pada saat Undian ternyata nomer pendaftaran / registrasi
isteri saya dapat Undian Setrika tadi, persis seperti yang saya rasakan
sebelumnya. Yah…lumayan dah, kami tidak jadi membeli Setrika yang baru. Merk
setrika yang isteri saya dapat adalah “Cosmos” persis sama dengan merk Setrika
kami.
Saat pulang hati kami gembira. Turun hujan gerimis membuat
suhu udara di daerah kami tidak panas lagi, tetapi cukup sejuk sesejuk hati
kami berdua.
Selamat siang.-
Langganan:
Postingan (Atom)