Kamis, November 29, 2012

Chest pain




Siang ini sekitar pukul 14.30 datang Pak M, 30 tahun ke rumah kami. Maksud kedatangannya adalah untuk memanggil saya dan minta tolong untuk memeriksa ayahnya yang sedang sakit.

Dengan dibonceng sepeda motornya saya meluncur ke rumah pasien yang berjarak sekitar 400 meter dari rumah kami. Setiba di rumah pasien, Pak MA, 58 tahun, tampak berbaring di atas kasur yang diletakkan di atas lantai ruang tengah dari rumah pasien.

Putrinya mengatakan bahwa ayahnya ini tadi sempat pingsan selama beberapa menit ( mungkin tidak kuat menahan sakit dadanya ). Keluhan pasien adalah merasa sesak pada daerah dada sebelah kiri. Kontak dengan pasien tidak berjalan baik sebab pasien tampak merasa tidak nyaman.

Pada pemeriksaan tekanan darah terukur 120/80 mmHg, bunyi pernafasan normal, bunyi jantung tampak tachycardia ( denyut jantung lebih cepat dari normal ). Saya menduga bahwa pasien saya ini menderita Chest pain yang diakibatkan oleh Acute Myocard Infarc, suatu serangan jantung. Pasien harus segera ditolong di Rumah Sakit dengan fasilitas yang memadai. Pasien memerlukan pemeriksaan penunjang ECG ( Electro Cardio Graphy ), pemberian infuse, pemberian oksigen. Setelah diketahui Diagnose ( penentuan penyakit ), maka dapat segera diberikan pengobatan untuk mengatasi keadaan pasien ini.

Saya mengatakan kepada Keluarga pasien ( isteri, putra dan putrinya ) bahwa pasien mesti dibawa ke Rumah Sakit untuk mendapatkan pertolongan selanjutnya. Segera saya membuat Surat Rujukan ( Pengantar ) pasien ke UGD ( Unit Gawat Darurat ) Rumah Sakit Umum yang ada di kota kami.

Saya kembali ke rumah dengan diantar oleh Pak M.

Dalam perjalanan Pak M bertanya kepada saya “Apakah ayah saya masih dapat tertolong, Dok?”

Saya menjawab “Kalau segera ditangani oleh Dokter di Rumah sakit, semoga pasien dapat tertolong. Kita berdoa saja.”

Kasus AMI ini disebabkan karena adanya penyempitan pembuluh darah Koroner ( pembuluh darah arteri yang memberikan aliran darah dan oksigen kepada otot jantung / myocard ). Penyempitan ini disebabkan oleh adanya plak, penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah arteri. Mungkin sekali pak MA ini jarang melakukan medical check up sehingga kondisi kesehatannya tidak terkontrol.

Semoga Pak MA dapat pulih kembali kesehatannya. Amin.-

Selasa, November 20, 2012

Obatnya kosong


Dalam 2 hari terakhir ini saya setiap hari menerima telepon dari 2 Apotik yang mengatakan bahwa obat yang saya resepkan yaitu obat merk “I”, tidak ada.

Sang petugas Apotik bertanya “Isinya apa ya, dok.”

Obat itu sebenarnya kaplet yang berisi vitamin B1, B6, B12 dan Folic acid.

Menurut Detailer ( Medical representative ) nya obat itu sudah ada di Apotik-apotik.
Oleh karena tidak ada dalam persediaan, maka saya jawab “Ganti saja dengan tablet merek yang lain”.

Saya sudah memberitahukan kepada Detailernya agar dia maklum bahwa kaplet “I” itu tidak ada di 2 Apotik tadi.

Dia menjawab “Baik, dok, nanti diperhatikan.”

---

Jengkel juga saya kalau mendapat laporan bahwa obat tertentu yang saya resepkan tidak ada ( kosong ), padahal menurut Detailernya sudah ada hampir disemua Apotik. Beruntung masih ada tablet merk yang lain yang isinya hampir sama.

Selamat malam.

Minggu, November 11, 2012

Pasien


Sikap pasien bermacam-macam. Ada yang menghargai dokternya dan ada juga yang tidak menghargai dokternya, meskipun para pasien sudah mendapatkan pelayan kesehatan dari dokternya

---

Suatu sore saat saya buka praktik, ada seorang pemuda yang menghendaki agar saya dapat datang ke sebuah rumah di jalan Anu nomer sekian. Rupanya pemuda ini orang suruhan dari keluarga pasien yang bermaksud memanggil seorang dokter.

Saat saya tiba di rumah pasien, pemuda tadi langsung menghilang. Seorang Ibu menemui saya dan berkata bahwa suaminya yang sakit sudah meninggal dunia. Tampak di ruang depan rumahnya banyak tetangga yang berdatangan.

Kalau sudah meninggal dunia, ya saya tidak dapat berbuat banyak untuk menolong pasien. Ibu tadi tampak cuek terhadap saya, yang dipanggil datang ke rumahnya.

Jangankan memberikan doctor fee, bilang terima kasih saja juga tidak.
Saya maklum akan kedaaan ini, mungkin Ibu tadi sedang bingung dan sedih ditinggal pergi oleh suaminya. Segera saya meninggalkan rumahnya untuk kembali buka praktik.

---

Beberapa tahun yang lalu, suatu senja datang berobat sepasang suami-isteri. Mereka turun dari sebuah Sedan yang masih baru. Pakaiannyapun terbuat dari bahan yang lebih bagus dari pakaian saya.

Rupanya sang suami yang hendak berobat. Suaminya menderita Flu berat. Setelah diperiksa dan dibuatkan sehelai resep obat, sang isteri bertanya kepada saya “Berapa, Dok?”

Saya menjawab “Dua puluh ribu.”

Wanita ini berkata lagi “Dulu kan sepuluh ribu, Dok.”

Saya menjawab “Iya benar beberapa tahun yang lalu harga beras juga masih murah. Sekarang harganya sudah 4 kali lipat. Jadi dua puluh ribu, tidak mahal, ada penyesuaian.”

Wajah wanita cemberut, tampak tidak puas akan jawaban saya.

Lalu saya berkata lagi “Kalau Ibu tidak punya uang dan tidak ikhlas, Ibu tidak usah bayar. Belilah obat di Apotik dan semoga lekas sembuh suami Ibu.”

Wanita ini terkejut akan ucapan saya ini dan segera mengambil uang sebuah lembaran uang dengan nilai seratus ribu rupiah.

“Ya sudah, ini Dok uangnya,” samba menyodorkannya kepada saya.
Saya bahkan bingung, sebab tidak ada uang kembaliannya. Sore itu mereka adalah pasien pertama saya.

“Pakai uang pas saja,” saya menjawab.

Setelah mereka meninggalkan Ruang Periksa, saya membatin, mereka orang yang kaya, tetapi masih menawar doctor fee. Kalau mereka orang miskin, saya sering menggratiskan doctor fee dan mereka mengucapkan terima kasih kepada saya.

---

Seorang Ibu diantar oleh putrinya datang berobat. Sang pasien menderita batuk-batuk sudah 1 minggu. Setelah pasien diperiksa, saya membuatkan resep obat.

Sang pasien berkata “Kami tidak punya uang, Dok, tapi ingin berobat disini. Uangnya hanya ada segini,” sambil menyodorkan uang selembar sepuluh ribuan.

Saya berkata “Tidak apa-apa Ibu. Semoga lekas sembuh ya. Belilah obat generik ini di Apotik terdekat dan pakailah uang ini untuk bayar obatnya,” sambil menyerahkan kembali uang yang Ibu tadi serahkan kepada saya.

Saya melihat ada tetesan air mata yang keluar dari mata Ibu tadi. Ia berkata “Dok, dokter bukannya dapat uang, tetapi malah memberi uang kepada saya.”

“Tidak apa-apa, Bu. Semoga Ibu cepat sembuh ya,” kata saya sambil membukakan pintu Ruang Periksa.

---

Itulah beberapa kisah yang pernah saya alami dalam melayani kesehatan masyarakat.

Selamat siang.