Senin, Desember 23, 2013

Sakit kepala


Hari Sabtu, 21 Desember 2013 sekitar pukul 14.30 saya sedang istirahat siang. Terdengar ketukan pintu pagar halaman rumah kami.

Saya melihat ada seorang Ibu bersama seorang putrinya di depan pintu pagar.

Saya bertanya “Ada apa Bu?”

Ibu itu menjawab “Saya ingin berobat, Dok.”

Sambil membukakan pintu pagar saya berkata “Kalau mau berobat belum waktunya, Bu. Nanti pukul 16.00 mulai buka praktik.”

Ibu itu menjawab “Tolonglah Dok, saya tidak tahan lagi. Kepala saya sakit sekali.”

“Mari masuk, Bu.”

Setelah berada di Ruang periksa, saya segera memeriksa pasien ini yang berusia 59 tahun. Pada pemeriksaan tekanan darahnya ternyata cukup tinggi, 200/100 mmHg. Tekanan darah normal sekitar 120/80 mmHg. Lain-lain dalam batas normal.

Saya berkata kepada pasien “Bu, tekanan darahnya tinggi. Apakah Ibu ada darah tinggi sebelumnya?”

Ibu ini berkata “Saya tidak tahu, Dok. Sudah lama tekanan darah saya tidak diukur. Beberapa hari yang lalu kedua kaki saya sakit dan saya minum obat herbal. 2 hari kemudian sakit kaki saya hilang tetapi kepala saya sakit sekali. Sakit di kaki sembuh tetapi pindah ke kepala saya, Dok.”

“Obat herbal apa, Bu?”

“Saya juga tidak tahu, Dok. Obat herbal itu pemberian teman saya.”

Saya tidak begitu yakin obat herbal itu yang menyebabkan kepala pasien ini menjadi sakit.

Sakit kepala, demam dan pusing merupakan keluhan pasien yang paling banyak saya dapatkan pada pasien-pasien yang datang berobat. Mungkin Ibu ini sudah sejak lama menderita tekanan darah tinggi dan ia tidak memeriksakannya kepada dokter. Tekanan darah tinggi biasanya tidak memberikan gejala dan baru diketahui saat mereka diperiksa saat ia ingin mendonorkan darah, minta Surat Keterangan Sehat untuk mendapatkan Surat Ijin Mengemudi, saat ingin melamar pekerjaan dan lain-lain.

Saya menuliskan sebuah resep obat untuk diambil di Apotik berupa tablet anti hipertensi yaitu: tablet golongan beta blocker, tablet Calsium Channel Blocker dan tablet pain killer yang juga berisi obat penenang. Kombinasi 3 tablet ini untuk 10 hari dan diharapkan dapat menurunkan tekanan darah pasien ini dan sakit kepalanya.

Saya adviskan agar seminggu kemudian ia datang lagi untuk diperiksa kembali tekanan darahnya.

Sambil mengucapkan terima kasih, pasien meninggalkan Ruangan periksa saya.-

Kamis, Oktober 24, 2013

Kemauan pasien



Dalam waktu seminggu terakhir ini saya menjumpai beberapa kejadian yang unik pada pasien atau keluarga pasien. Kejadian itu sebagai berikut:

1. Mau mendaftar untuk berobat:

Suatu pagi terdengar dering telepon di rumah kami.
“Selamat pagi.” Kata saya.
“Saya mau daftar untuk berobat, Pak”. Terdengar suara seorang wanita di seberang sana.
Saya berkata “Baik, namanya siapa, umur berapa dan dimana alamatnya?”
“Saya mendaftar untuk keluarga saya nama A, umur 48 tahun, alamat jalan Anu nomer sekian.”
Saya berkata lagi “Baik, datanglah pukul 16.00 sore ini.” Pasien itu dapat nomer satu.
“Tapi, Pak, kami inginnya berobat pada jam 05.00 sore ini. Bisa tidak?”
Saya membatin “Diberi nomer satu, tidak mau dan minta diperiksa pukul 05.00 sore. Aneh ini orang.”
“Baik, datanglah pukul 05.00 sore ini ya. Sudah saya catat.”

2. Mau diperiksa hanya oleh dokter wanita:

Tadi pagi saat saya praktik di tempat praktik ke 2, yaitu tempat praktik isteri saya saat sore hari, datang seorang pria usia sekitar 45 tahun.
Ia berkata “Pak, kami mau berobat.”
Saya menjawab “Baik, silahkan masuk Pak.”
“Tapi yang mau berobat isteri saya yang masih berada di rumah di jalan Anu.”
Saya berkata lagi ‘Baik, pak saya tunggu isteri Bapak.”
“Kalau Ibu dokter (isteri saya) ada tidak, Pak.” Ia bertanya.
“O..kalau isteri saya praktiknya sore hari. Kalau mau, Bapak dan isteri datang sore hari mulai pukul 16.00.”
“Iya kalau begitu nanti sore saya kami datang lagi, sebab pasiennya kan wanita jadi lebih afdol kalau diperiksa oleh dokter wanita.” Katanya kemudian, sambil meninggalkan ruang tunggu pasien.
Saya membatin seorang dokter bisa dan boleh memeriksa pasien baik wanita atau pria. Tidak harus pasien wanita hanya boleh diperiksa oleh dokter wanita, bahkan Dokter Ahli Kebidanan dan Penyakit Kandungan yang pria mempunyai pasien semuanya wanita.
Saya menduga isteri bapak itu mempunyai keluhan yang ada hubungannya dengan organ seksualnya, misalnya mau kontrol setelah pasang IUD, gatal-gatal di sekitar alat vitalnya dan lain-lain.


3. Datang mau berobat pada jam 06.00 pagi:

Pagi ini sekitar pukul 06.00 pagi saya membersihkan halaman depan rumah kami. Tiba-tiba terdengar suara seorang wanita “Dok, saya mau berobat.”
Saya membukakan pintu pagar halaman dan berkata “Mau berobat ya? Kepada dokter yang mana (di rumah kami ada 2 orang dokter umum yaitu saya dan isteri).”
“Mau berobat kepada Ibu dokter,” jawabnya.
“O.. isteri saya belum siap. Datanglah pukul 07.30 ya.”
Saya membatin rasanya tidak ada dokter yang buka praktik pagi hari seperti saat ini pukul 06.00.
“Baik, nanti saya datang lagi,” jawabnya lagi.
Pukul 07.00 saat saya membaca koran yang baru datang, wanita itu sudah datang lagi, padahal belum pukul 07.30. Rupanya pasien ini sudah kebelet ingin cepat-cepat diperiksa oleh isteri saya.
Saya membukakan pintu pagar halaman rumah untuk mempersilahkan pasien ini masuk.
Saya memberitahukan isteri saya, bahwa ada seorang pasien wanita yang mau berobat dan sudah menunggu di ruang tunggu pasien.


Jumat, Oktober 04, 2013

Kembali ke tanah air





29 September 2013, Minggu.

Tidak terasa sudah 3 minggu kami berada di kota Sydney dan kami harus kembali ke tanah air.

Untuk mempercepat proses check in, maka kami melakukan check in secara elektronik via Internet ke website maskapai penerbangan Qantas. Dalam waktu 24 jam sebelum jam keberangkatan, kami check in. Setelah mengisi nama, nomer paspor dan identitas lainnya, maka kami dapat memilih nomer kursi di dalam pesawat dengan nomer penerbangan QF41. Pesawat akan lepas landas pada 29 Sep 2013 pukul 13.25 Sydney time.

Pukul 10.30 saya dan isteri dengan diantar oleh putra dan putri kami meluncur ke Kingsford Sydney Airport. Di bagian manual check in QF41 tampak banyak penumpang yang antri. Pada bagian electric check in tampak kosong. Kami segera menyerahkan Paspor dan bukti check in yang sudah kami print. Seorang petugas wanita white people membubuhkan nomer gate dimana pesawat berada dan menimbang 3 koper pakaian kami. Dalam penerbangan maskapai Qqantas kelas ekonomi diperbolehkan membawa bagasi seberat 30 kg per penumpang. Jadi untuk 2 penumpang, bagasi diperbolehkan seberat 60 kg. 3 koper kami setelah ditimbang mempunyai berat sebesar 40 kg, jadi tidak melebihi batas ketentuan berat bagasi.

Selesai check in maka kami sudah mempunyai boarding pass yang sudah kami print kemarin siang. Setelah itu kami mengambil foto bersama putra dan putri kami. Selesai semuanya maka kami menuju bagian imigrasi untuk mendapatkan stempel pada paspor kami. Disini kami harus antri juga dalam antrian yang cukup panjang.

Selesai di bagian imigrasi kami menuju rtuangan yang cukup luas yang ternyata adalah toko-toko yang bebas bea. Disini ada di jajakan parfum, sovenir, minuman beralkohol, snack, coklat, koper pakaian, pakaian dan lain-lain. Kami membeli beberapa snack untuk oleh-oleh.

Masih ada cukup waktu sebelum kami memasuki pesawat. Kami duduk di ruang tunggu di gate 35. 30 menit sebelum waktu lepas landas para penumpang diperbolehkan memasuki pesawat Qantas. Kesempatan pertama diberikan kepada penumpang dari kelas bisnis dan kemudian penumpang dari kelas ekonomi.

Pesawat ternyata full house, tidak ada seat yang kosong, semuanya terisi penumpang. Para penumpang dapat melihat layar monitor yang melekat pada bagian belakang seat yang berada di depan penumpang. Pesawat lepas landas tepat waktu pada pukul 13.25 Sydney time. Setelah pesawat berada di udara, saya menyalakan LCD untuk memantau perjalanan pesawat dari Sydney menuju kota Jakarta.

Kami juga dapat melihat bermacam film yang dapat dipilih di layar monitor. Ada film komedi, action, drama dan lain-lain yang bisa dipilih. Saya melihat banyak film Mr. Bean yang kocak itu.

Pesawat berada di ketinggian antara 30.000 – 33.000 feet diatas bumi, kecepatan pesawat ( di darat ) 850 km per jam, suhu diluar pesawat berkisar antara -30 sampai -50 derajat Fahrenheit. Lama perjalanan sekitar 6 jam 30 menit nonstop.
Cukup lama juga penerbangan Sydney – Jakarta dan para penumpang harus duduk di seat masing-masing. Saya beberapa kali menuju toilet untuk buang air kecil. Suhu udara di dalam pesawat cukup dingin juga.

Setengah jam setelah pesawat lepas landas para awak kabin yang semuanya berkulit putih menyajikan makan siang, snack dan minumam panas dan dingin. Kwalitas makanan dan minuman cukup baik. Pelayanan awak kabin juga cukup ramah.

Pukul 17.30 WIB pesawat kami mendarat dengan mulus di Bandara Sukarno-Hatta, Jakarta. Setelah turun dari pesawat kami bergegas menuju ke bagian imigrasi untuk mendapatkan stempel di paspor kami. Pelayanan yang cukup cepat sehingga kami tidak harus menunggu lama dibagian ini.

Saat kami menunggu koper-koper pakaian kami di ban berjalan, cukup lama juga. Sekitar 30 menit akhirnya kami mendapatkan 3 koper pakaian kami. Kami keluar dari Bandara dan segera kami dijemput oleh supir mobil kami. Mobil meluncur ke kota Cirebon dan puji Tuhan kami tiba dengan selamat pada pukul 00.30 tengah malam.

Mengunjungi Sydney Darling Harbour




28 September 2013, Sabtu.

Besok kami akan kembali ke tanah air.
Pukul 04.00 p.m. saya, isteri dan putri kami berkunjung ke Sydney Darling Harbour di daerah City, Sydney.

Kami melihat ada banyak pengunjung dari berbagai bangsa. Maklumlah karena hari ini week end. Kami sempat mengambil beberapa foto.

Di tengah sebuah lapangan rumput terdapat panggung live music. Seorang pria sedang bernyanyi lagi pop Indonesia yang diiringi musik dari sebuah band. Di tepi lapangan terdapat banyak kios yang menjual makanan khas Indonesia, seperti: Sate Padang, Lunpia, Nasi Gudeg, Nasi Campur dan sebagainya.

Rupanya hari ini ada Festival Indonesia. Konon setiap akhir pekan disini diadakan Festival dari berbagai bangsa. Tidak terasa hari sudah mulai gelap, tetapi masih banyak pengunjung di Darling Harbour ini dimana terdapat Gedung Opera House yang merupakan ikon kota Sydney.

Siang dan malam hari terdapat banyak pengunjung disini. Luar biasa.

Sebelum kembali ke flat putri kami, kami santap malam bersama di sebuah rumah makan.
Saat hendak keluar dari lantai bawah gedung parkir, putri kami membayar biaya parkir di mesin pembayaran parkir (semacam mesin ATM). Dengan memasukkan Kartu parkir yang diambil saat mobil masuk ke gedung parkir, maka tampak tertera angka $13 (senilai Rp. 143.000,-) di layar monitor, untuk biaya parkir sekitar 4 jam. Biaya parkir yang cukup mahal ini tidak membendung para pengunjung ke daerah City ini. Putri kami memasukkan sebuah kartu Kredit ke dalam lubang khusus pembayaran dan keluarlah sehelai Resi dari mesin pembayaran parkir ini.

Sabtu, September 28, 2013

Mengunjungi kota Berry, NSW, Australia




27 September 2013.

Hari Jum’at pukul 10.30 a.m. saya, isteri dan putri kami meluncur ke kota kecil, Berry. Jarak kota ini dengan kota Sydney sekitar 120 km atau 2 jam drive dengan mobil.

Mobil kami meluncur diatas jalan bebas hambatan dengan 2 jalur searah. Kami bergerak ke arah selatan dari Sydney. Sungguh nyaman mengemudikan mobil di jalan raya yang mulus. Sepanjang perjalanan dari kota besar seperti Sydney sampai ke kota-kota kecil seperti Berry kwalitas jalan baik, tidak ada yang rusak. Cuaca siang ini cerah dan tidak berawan.

Pemandangan di daerah perbukitan sungguh indah, di beberapa tempat terdapat daerah yang datar atau berbukit-bukit dimana terdapat sekawanan Sapi atau Kuda yang sedang merumput.

Saat kami melintas kota Wollongong, NSW, Australia, 80 km dari Sydney, kami melihat lalu lintas yang tidak macet. Di kota ini terdapat sebuah perguruan tinggi yang terkenal yaitu University of Wollongong (www.uow.edu.au). Sekitar 30.000 mahasiswa menuntut ilmu di 9 kampus yang ada disini.

Mobil kami terus meluncur ke arah selatan diringi lagu-lagu pop Australia dari radio mobil kami. Kota Berry terletak sekitar 40 km dari kota Wollongong. Sebelum tiba di Berry kami melintas beberapa kota kecil lainnya. Kami melihat di tepi jalan raya terdapat beberapa tempat pengisian bensin / solar, rumah makan dan dealer mobil seperti Toyota, Honda, Holden. Sebagian besar mobil yang hendak dijual diparkir di halaman gedung.

Sekitar pukul 01.00 p.m. kami tiba di kota kecil Berry. Meskipun cuaca cerah, sinar matahari terasa hangat, tetapi angin perbukitan di daearah ini terasa cukup dingin juga. Kami segera menuju toilet umum yang tersedia di kota ini.

Waktu lunch sudah tiba, kami mengunjungi sebuah café yang menyajikan makanan setempat. Kami menikmati beefsteak, goreng kentang, goreng ikan, salad dan saos. Setelah lunch kami berjalan kaki melihat-lihat toko-toko disepanjang raya. Kami melihat-lihat toko kerajinan tangan, pakaian dan lain-lain.

Saat kami tiba di sebuah toko yang menjual bermacam-macam teh dalam kotak, kami masuk ke sebuah toko “The Berry Tea Shop” dan memesan 2 macam teh dan secangkir kopi hangat. Kami juga menikmati bersama banana cake. Kami melihat juga ada beberapa pengunjung yang menikmati teh mereka. Sambil ngobrol kami menikmati teh kami. Saat itu pukul 03.00 p.m. saat yang tepat untuk minum teh bersama.

Setelah puas melihat-lihat kota kecil ini maka pukul 03.30 p.m. kami meninggalkan kota ini. Mobil meluncur ke kota Sydney, kota yang besar, multirasial, kota perdagangan dan kota pariwisata. Kota Wollongong kami lewati dan setelah itu di jalur lain dari Sydney ke Wollongong tampak banyak mobil di jalan raya. Mungkin saat pulang kantor ada banyak penduduk Wollongong yang bekerja di Sydney kembali pulang ke kota Wollongong. Meskipun banyak mobil, tetapi kami melihat tidak ada kemacetan lalu lintas.

Sekitar pukul 06.15 kami tiba kembali di flat putri kami di kota Sydney. Cape juga badan kami setelah seharian kami mengunjungi kota Berry yang sejuk ini.

Senin, September 23, 2013

Mengunjungi Sydney Fish Market





23 Sept 2013, Senin.

Pukul 11.00 putra kami menjemput saya dan isteri. Putri kami tidak ikut karena ia bekerja. Kami bermaksud akan pergi ke Sydney Fish Market yang berlokasi di daerah City, di tepi laut kota Sydney ini.

Mobil putra kami meluncur di jalan raya yang mulus. Meskipun banyak mobil di jalan raya tetapi tidak nampak ada kemacetatan lalu lintas. Setiba di halaman parkir yang cukup luas kami melihat ada banyak mobil yang diparkir dan ada sebuah bus pariwisata.

Kami masuk ke gedung pasar ikan yang cukup luas. Disini juga ada beberapa rumah makan yang ramai dikunjungi oleh pembeli. Hidangan yang tersedia umumnya seafood yang digoreng dan minuman dingin yang siap diminum. Kami melihat di dalam gedung pasar ikan ini ada banyak pengunjung yang belanja seafood dan yang makan siang di rumah makan yang ramai dikunjungi oleh para pengunjung.

Di pasar ikan ini tersaji seafood seperti: bermacam ikan ( salmon, trout dan lain-lain ), udang, lobster, cumi, abalone. Pengunjung tinggal memilih mana yang akan dibeli, lalu para pelayan akan menimbangnya dan pembeli dapat membayar di kasir. Seafood disini nampaknya masih segar karena diletakkan diatas butiran es batu yang dingin. Saya perhatikan penjual dan para pelayan di pasar ikan ini umumnya ber ras oriental. Juga banyak pengunjung yang ber ras oriental. Nampak hanya beberapa keluarga white people yang datang kesini.

Kami mencari tempat untuk duduk. Lebih enak kalau duduk dimeja di tepi laut yang berudara segar. Sinar matahari siang itu nampak cerah dan angin laut berhembus dingin. Ada sebuah meja dan bangku di tepi laut yang masih kosong. Kami melihat ada deretan meja dan bangku yang nampak rapih tertata di tepi laut. Disini juga banyak kapal-kapal kecil penangkap ikan yang bersandar di tepi laut pasar ikan ini.

Sambil menunggu putra kami yang membeli seafood goreng dan minuman botol, kami melihat ada banyak burung camar yang berbulu putih dan abu-abu. Burung-burung ini ada yang bertengkar sesama mereka, memperebutkan tempat hinggap di bangku atau diatas payung yang menaungi meja-meja. Burung-burung camar ini nampak dibiarkan hidup bebas dan mencari makan dari sisa-sisa makanan para pengunjung. Bila pengunjung lengah, maka makanan yang terletak di meja akan disambar oleh burung-burung ini. Pemilik makanan tersebut akan ribut mengusir burung-burung camar itu. Mereka tidak peduli diusir pemilik makanan dan tetap akan kembali datang beterbangan ke meja-meja yang nampak tersaji makanan. Nampaknya jumlah burung camar ini kian tahun kian bertambah banyak jumlahnya, karena dibiarkan tetap hidup.

Tidak berapa lama, datanglah putra kami membawa sebuah nampan plastik yang berisi kentang gereng, cumi goreng, udang goreng, ikan goreng beserta semangkuk kecap asin dan wasabi (sambal). Waktu Lunch sudah tiba maka kami segera menikmati seafood goreng ini sambil melihat camar-camar yang berterbangan disekitar kami.

Selesai Lunch kami belanja kepiting untuk dinner kami di flat kami. Pukul 13.30 kami meninggalkan Sydney Fish Market. Setelah putra kami membayar biaya parkir mobil di sebuah mesin khusus, kami memasuki mobil dan meninggalkan kompleks pasar ikan ini. Kami melihat banyak pengunjung yang berdatangan ke pasar ikan ini.

Tarif potong rambut pria



22 September 2013.

Hari ini Minggu ini sepulang dari kebaktian di gereja IPC, saya , isteri dan putri kami berjalan-jalan di daerah Randwick.

Disini selain daerah perumahan juga terdapat pertokoan, Mall, Mini market, Bank, Rumah makan dan lain-lain. Saat kami melintas di sebuah jalan, saya melihat ada sebuah toko berukuran 4 x 4 meter yang merupakan tempat potong rambut pria. Di setiap Mall juga terdapat salon rambut yang dapat memotong rambut pria dan wanita. Disini selalu ramai dengan pengunjung yang hendak merapihkan rambutnya.

Yang unik di tempat potong rambut pria ini adalah terdapat papan pengumuman tarif potong rambut yang diletakkan di depan toko. Untuk dewasa dipungut $17 ( dollar Australia ), Mahasiswa$15, Pensiunan $13 dan Anak dibawah 12 tahun $13. Dengan nilai tukar 1 AUD = Rp. 10.800,- maka tarif itu untuk dewasa sekitar Rp. 183.600,- dan bagi pensiunan seperti saya / anak dibawah 12 tahun sekitar Rp. 140.400,- Kalau di salon yang ada di Mall tentu tarif ini akan lebih tinggi. Tarif ini sudah wajar bagi penduduk Australia, tetapi bagi saya yang datang dari Indoensia, merasa tarif itu cukup tinggi.

Di kota kami bila saya potong rambut sebulan sekali dipungut biaya Rp. 15.000,- dengan biaya potong rambut disini maka saya dapat 8 kali potong rambut di tempat saya. Saya pikir tiap negara mempunyai ketentuan keuangan masing-masing. Pendapatan besar pengeluaran akan besar pula dan bila pendapatan kecil maka pengeluaran harus kecil pula agar seimbang. Kalau besar pasak dari pada tiang ,misalnya belanja dengan kartu kredit, maka tagihan tiap bulan akan membengkak kalau gaji tidak memadai.

Di tempat potong rambut / salon selalu ada foto-foto pria dan wanita dengan bermacam-macam potongan rambut. Dengan menunjuk ke sebuah foto maka barber akan maklum dan segera bekerja memotong rambut seperti keinginan langganannya.

Mahalnya gaji karyawan menyebabkan di setiap Mall atau perkantoran tidak banyak karyawan yang bertugas. Langganan lebih banyak self service untuk setiap keperluan seperti: mengambil air minum, sendok garpu di rumah makan.

Sabtu, September 21, 2013

Sakit gigi di Sydney


18 Sept 2013.

Hari Rabu ini isteri saya hendak berobat ke dokter gigi, karena gigi kanan atas terasa sakit.

Pukul 02.15 p.m. putra kami datang untuk mengantar kami berobat kepada salah seorang dokter gigi (dental surgeon) yang buka praktik di daerah Randwick. Cukup lama juga kami mencari tempat parkir karena ada banyak mobil yang parkir di daerah tersebut.

Pukul 02.45 p.m. kami masuk ke tempat praktik dokter gigi tersebut. Beruntung kami datang dapat nomer berikutnya. Masih ada pasien di dalam ruang periksa. Seorang wanita ras oriental memberikan suatu formulir kepada putra kami yang harus diisi tentang: identitas pasien, alamat dan keluhan pasien. Putra kami mengisi formulir pendaftaran itu. Setengah jam kemudian keluarlah pasien itu dan isteri saya bersama putra kami masuk. Saya menunggu di ruang tunggu sambil membaca majalah yang tersedia.

Dental surgeon wanita yang berras oriental ini bertanya dan memeriksa gigi isteri saya. Putra kami yang menerjemahkanya ke dalam bahasa Inggris. Dental surgeon ini membuat foto Rontgen gigi kanan atas. Kemudian terdengar suara mesin entah mesin apa, dokter ini membersihkan gigi dan katanya nampak gusinya sedikit bengkak yang berarti ada infeksi dan disela-sela gigi ada sisa makanan. Gigi tersebut mesti dirawat akar giginya agar tidak nyeri. Oleh karena isteri saya harus kembali ke Indonesia, maka tidak cukup waktu untuk perawatan akar gigi jadi ia menyarankan untuk berobat kepada dokter gigi di Indonesia saja dan ia akan memberikan surat pengantar.

Ia minta email address kami agar ia dapat mengirimkan hasil foto gigi dan surat pengantar kepada dokter gigi di Indonesia. Saya memberikan email address saya. Dokter ini memberikan sebuah resep dan saran untuk membeli dental brush di apotik untuk membersihkan sisa makanan diantara gigi-gigi tadi.

Kira-kira setengah jam isteri saya dan putra kami keluar dari ruang periksa. Saat akan membayar putra kami bertanya berapa? Sang asisten dokter ini berkata AUD160. Isteri saya mengeluarkan Kartu Kreditnya dan pembayaran selesai.
Putra kami berkata biayanya termasuk murah. Kami tidak membeli travel insurance saat hendak pergi ke Australia, sehingga kami tidak dapat meng-claim biaya pemeriksaan dan harga obat.

Kami menuju ke sebuah apotik yang berada disekitar tempat praktik dental surgeon ini. Kami membaca resep tadi yang berisi 30 kapsul antibiotika Amoxycilin 500 mg dan 20 tablet anti nyeri. Di flat kami ada membawa antibiotika, tetapi buan Amoxycilin. Kalau tablet anti nyeri kami membawa jadi tidak usah membeli. Di apotik kami membeli kapsul Amoxycilin dan dental brush. Semua nya AUD50.

Total biaya yang dikeluarkan isteri saya adalah AUD210. Nilai tukar saat ini 1 AUD = Rp. 10.700. Jadi biaya yang telah dikeluarkan lebih dari Rp. 2.100.000,- Kami yang datang dari Indonesia kalau hendak membeli sesuatu barang mesti mengkonversikan nilai uang itu ke dalam IDR (rupiah) dahulu. Melihat jumlahnya itu cukup mahal biaya berobat tadi. Apa boleh buat. Putra kami berkata biaya itu cukup murah. Iya benar mahal bagi siapa dan murah bagi siapa. Mahal bagi orang Indonesia dan murah bagi orang Australia. Kalau bisa kita jangan sakit selama kita hidup dan kita harus mempunyai asuransi kesehatan agar bila kita sakit, biayanya dapat diganti oleh pihak asuransi.

Saat putri kami mengisi bensin yang bernilai oktan 95, saya lihat harganya AUD1,66 per liter atau sekitar Rp. 17.762,- per liter. Harga Solar AUD1,61. Harga ini tiap hari berubah-ubah dan tiap perusahaan minyak harga bahan bakar di SPBU berbeda-beda. Kalau di Indonesia harga bensin Premium Rp. 6.500,- per liter ( yang disubsudi Pemerintah ) masih jauh lebih murah dari harga bahan bakar di Australia.

Keesokan hari saat saya membuka Mailbox saya di gmail.com, tampak ada kiriman email dari Dental Surgeon tersebut yang melampirkan 1 gambar foto gigi isteri saya dan surat rujukan bagi dokter gigi di Indonesia. Saya membalasnya dengan memberitahukan bahwa kirimannya sudah kami terima dan kami berterima kasih atas kiriman tersebut.

Sabtu, September 14, 2013

Belanja di Eastgarden Mall


13 September 2013.

Pukul 12.00 siang hari saya, isteri dan putri kami meluncur ke Eastgarden Mall. Mall ini merupakan Mall yang besar dan bertingkat dan mempunyai tempat parkir mobil yang luas. Dari luar tidak tampak banyak pengunjung, tetapi di dalam gedung Mall ada banyak pengunjung yang sedang belanja atau sekedar cuci mata. Mall tampak ramai dengan pengunjung padahal hari ini bukan hari libur.
Disini kami belanja keperluan dapur seperti: roti, bumbu dapur, daging, sayuran dan buah-buahan. Seperti biasa maka disinipun tidak banyak karyawan. Pembeli dapat melayani sendiri untuk belanja.

Pukul 13.30 kami menuju Maroubra Road untuk Lunch di Rumah Makan “Mie Kocok Bandung”, suatu Rumah Makan yang khusus menyediakan menu Indonesia seperti: Mie Kocok Bandung, Nasi Gudeg, Nasi Empal dan lain-lain dengan harga rata-rata 10 dolar Australia. Rasanya juga cukup enak dan bagi yang rindu dengan makanan Indonesia di kota Sydney ada banyak Rumah Makan yang menyediakan menu Indonesia. Daftar Rumah Makan Indonesia dapat dilihat di “Buletin Indo” (www.buletinindo.com.au). Maklum di kota ini ada banyak orang yang berasal dari Indonesia. Banyak informasi tentang Indonesia yang dapat dibaca dalam bulletin ini.

Untuk minum para pengunjung harus mengambil sendiri sendok, garpu dan air putih untuk minum. Disinipun tidak banyak karyawan. Pengunjung RM ini cukup banyak, 6 set meja dan kursi penuh oleh tamu, maklum saat itu waktu makan siang.

Pukul 15.00 kami meluncur ke St George Hospital. Ada banyak mobil yang diparkir disekitar rumah sakit ini, sehingga kami parkir mobil di tempat yang agak jauh dengan berjalan kaki. Meskipun udara panas tetapi angin yang berhembus cukup kencang terasa dingin bagi kami yang baru tiba dari Indonesia. Tayangan di layar TV semalam, menunjukkan suhu udara di Sydney 15 derajat Celsius di malam hari dan 25 derajat di siang hari.

Di Rumah Sakit ini jam kunjungan adalah pukul 15.00-17.00. Kunjungan kami kali ini adalah untuk menengok cucu pertama kami dari putra pertama kami yang tinggal dan bekerja di kota ini. Cucu kami lahir tanggal 12 September malam hari.
Kami naik lift ke lantai 3, bagian Kebidanan. Setelah bertemu dengan putra kami, anak mantu dan cucu kami, ada rasa gembira dan ucapan syukur kepada Tuhan bahwa anak mantu kami sudah melahirkan secara alami seorang bayi wanita dengan selamat. Ia lahir dengan berat badan dan panjang badan yang normal. Besan kami dari kota Medan akan datang untuk menengok cucu ini pada minggu depan.

Kami sempat mengambil foto bersama sebagai kenang-kenangan kami. Kami kirim foto cucu kami ini kepada adik-adik kami dan adik-adik ipar kami di Sydney dan di Indonesia melalui aplikasi WhatsApp yang terinstal di HP Andoid saya. Di Flat putri kami di daerah Mascot, dekat dengan Sydney Airport ada hotspot untuk koneksi ke Internet. Saya melepas 2 SIM Card HP saya agar tidak kena biaya roaming International yang biayanya cukup mahal. Untuk kirim SMS bisa melalui wifi dari hotspot ini atau melalui SIM Card prabayar dari operator Telstra yang dibeli oleh putri kami.

Pukul 17.15 kami meninggalkan St. George Hospital ini dan meluncur ke Flat putri kami. Kami Dinner masakan isteri saya. Wah… cape juga hari ini. Setelah mandi air hangat kami istirahat malam.

Rabu, September 11, 2013

Belanja di IKEA Mall



10 September 2013.

Pagi ini saya terbangun pada pukul 06.00, sinar matahari sudah cukup menerangi sekitar flat putri kami. Di kota kami, Cirebon, Jawa Barat saat ini baru pukul 03.00 WIB, masih terlalu pagi untuk bangun. Setelah beberapa hari berada di Sydney kami sudah tidak merasa Jetlag lagi. Jadi tidak perlu minum tablet Melatonin pada malam hari. Melatonin suatu suplemen homon untuk mereset jam biologis manusia. Bila bepergian ke Negara dengan perbedaan waktu yang cukup panjang maka jam biologis kita akan kacau dan perlu direset kembali. Hormon Melatonin yang dihasilkan oleh otak manusia antara lain berfungsi mengatur jam biologis tiap orang. Jadi kalau kita terbangun pada pukul 06.00 maka keesokan harinya kita akan bangun pada pukul 06.00 pula. Hormon ini bekerja pada malam hari sehingga disebut sebagai hormon malam.

Melatonin dapat diminum untuk mengatasi perasaan Jetlag, suatu perasaan tidak nyaman ketika kita berada di Negara dengan perbedaan waktu yang cukup besar. Perbedaan waktu 1 jam konon kita memerlukan waktu penyesuaian selama 1 hari. Bila perbedaan waktu antar negara 3 jam berarti kita perlu menyesuaikan diri selama 3 hari. Dengan Melatonin maka waktu penyesuaian ini akan lebih cepat terjadi.

Pukul 12.00 kami dijemput oleh putra kami dan anak mantu kami. Putri kami sedang bekerja di suatu kantor, jadi tidak dapat menyertai kami. Kami mengunjungi sebuah Mall yang khusus menjual barang-barang keperluan rumah tangga seperti peralatan dapur, peralatan tempat tidur, peralatan kamar mandi dan lain-lain peralatan rumah tangga. Mall IKEA ini mempunyai tempat parkir mobil yang cukup luas yang berada di halaman Mall, di dalam gedung dan diatas gedung. Dari luar Mall tidak tampak banyak pengunjung selain terparkir banyak mobil kebanyakan mobil sedan dari tahun pembuatan yang baru (kami tidak pernah melihat mobil tahun lama) dari bermacam merk: Holden (produksi Australia), Mercedes, VW, Honda, Toyota, Hyundai dan lain-lain. Di dalam gedung terdapat banyak pengunjung baik yang hendak belanja maupun pengunjung yang sekedar cuci mata.

Sebelum belanja kami makan siang bersama. Hidangan sudah tersedia di rak-rak khusus, pengunjung dapat langsung memilih dan menaruh di nampan masing-masing. Makanan yang tersaji juga bermacam-macam: salad, pudding, kue-kue, daging panggang dengan kentang rebus, bermacam-macam minuman dingin. Pengunjung antri sesuai giliran menuju tempat kasir untuk membayar makanan yang kita ambil. Setelah itu kami memilih meja dan kursi yang tersedia cukup banyak di ruangan makan yang cukup luas.
Selesai kami menikmati Lunch kami mulai berjalan mengitari kompleks Mall yang cukup luas dengan suhu udara yang dingin karena AC sentral Mall ini. Kami tidak melihat banyak pegawai Mall, pengunjung dapat memilih, mengambil barang yang hendak dibeli dan menaruh pada trolley (kereta dorong) yang banyak tersedia. Kalau hendak bertanya barulah kita mencari pegawai Mall. Mungkin karena gaji karyawan yang tidak murah sehingga pihak Mall hanya mempekerjakan pegawai seperlunya saja, padahal Mall ini cukup besar dan bertingkat pula.

Kami belanja barang-barang seperlunya saja. Selesai memilih barang belanjaan kami menuju pintu keluar Mall. Sebelum keluar kami harus membayar belanjaan kami dan cara pembayarannya juga cukup unik. Pembeli harus menscanning dengan alat scanner setiap belanjaan yang mempunyai label masing-masing. Harga yang harus dibayar akan nampak dilayar monitor kecil. Setelah semua belanjaan di scanning, maka harga total yang harus dibayar Nampak dilayar monitor. Pembeli menggesek sebuah kartu khusus yang dikeluarkan pihak Mall, kemudian pembeli memasukkan Kartu Kredit (dari Bank mana saja di Australia) untuk mendebet rekening bank pembeli. Setelah itu akan keluar slip pembayaran barang yang kita beli.

Disini diperlukan kejujuran setiap pembeli untuk menscanning belanjaannya. Bisa saja pembeli tidak menscanning belanjaannya dan memasukkan ke dalam kantong kertas khusus yang tersedia sehinnga tidak dibayar tetapi mendapat barang belanjaan.
Dari 2 jalur pembayaran dengan cara yang spesifik ini ada seorang pria yang membawa alat komunikasi khusus yang mengawasi para pembeli yang hendak membayar belanjaannya.

Juga setiap pembeli harus mempunyai Kartu Kredit, tanpa Kartu ini maka kita tidak bisa membayar belanjaan kita. Di negara ini Kartu Kredit sudah merupakan kewajiban untuk dimiliki. Mahasiswapun mempunyai Kartu Kredit untuk melalukan transaksi pembayaran di masing-masing Kampus. Di Negara kita belum semua orang mempunyai Kartu Kredit. Mendapatkan Kartu inipun kadang cukup sulit karena ditolak oleh pihak penerbit Kartu ini.

Mengikuti kebaktian di Sydney




8 September 2013.

Hari Minggu ini kami, saya ,isteri saya dan putri kami mengikuti kebaktian di gereja Indonesian Presbyterian Church Randwick, Cnr Alison Rd & Cook St Randwick NSW 2031 ( www.ipc.org.au). Yang hadir sekitar 200 orang.

Setiap kebaktian disampaikan dalam bahasa Indonesia karena pada umumnya yang hadir adalah orang Indonesia yang tinggal di Sydney, para mahasiswa, tamu yang melancong ke Sydney. Banyak mahasiswa yang aktip dalam kegiatan gereja seperti pemain musik, penyanyi dan lain-lain kegiatan.

Pengkotbah kali ini adalah Pendeta tamu dari Timor Leste yaitu Bapak Pdt. Daniel Marcal yang dapat berbicara dalam bahasa Indoensia karena isterinya berasal dari kota Menado, Indonesia. Tema kotbah “Tantangan orang Krsiten” diambil dari Matius 7:15-23. Sebagai pengantar kotbah disampaikan pengalaman beliau selama menjadi pendeta di daerah Timor Leste yang keadaan masyarakatnya berbeda dengan masyarakat di Sydney. Cukup menarik pengalaman beliau ini.

Selesai kotbah anggota jemaat meninggalkan gereja dan bersalaman dengan Pendeta dan anggota Majelis Jemaat. Pengunjung ada yang segera meninggalkan gereja dan sebagian besar menuju ke ruang belakang gedung gereja untuk menikmati minum teh bersama. Para pengunjung gereja dapat minum air teh hangat, kopi panas dan snack berupa biscuit atau kue lain. Pada kesempatan ini para pengunjung dapat saling berkomunikasi tentang kuliah, tempat kost, bisnis atau masalah rumah tangga.

Kami meninggalkan gedung gereja dan menuju ke sebuah Rumah Makan untuk breakfast berupa Yamcha ( makanan/kue yang direbus yang disajikan dengan kereta dorong dan tamu dapat memilih mana yang disukai). Cukup banyak variasi makanan di rumah makan ini.

Selesai breakfast kami belanja sayuran dan lain-lain di sebuah Oriental market ( toko yang menjual barang-barang keperluan dapur) untuk keperluan sehari-hari kami.

Mendarat di Sydney


7 September 2013.

Penerbangan kali ini dalam rangka liburan sampai akhir September 2013 dan untuk bertemu dengan putra dan putri kami yang tinggal dan bekerja di kota Sydney, Australia. Pesawat Qantas QF42 lepas landas dengan mulus pada waktunya pukul 20.20 dari Bandara Sukarno-Hatta, Jakarta. Pesawat terisi penuh dengan penumpang.

Setelah para penumpang menduduki kursi masing-masing,para awak kabin memperagakan cara memakai pelampung keselamatan penumpang bila terjadi keadaan darurat pada pesawat.

Cukup lama pesawat berada di runway dalam posisi menunggu ijin terbang dari petugas menara pengawas penerbangan. Bandara ini ternyata cukup sibuk melayani pesawat yang akan lepas landas maupun yang akan mendarat.

Setelah pesawat terbang stabil di udara, terdengar suara pria (mungkin pilot atau kopilot)dalam bahasa Indonesia dan Inggris yang menyampaikan ucapan selamat mengikuti penerbangan ini, lama perjalanan Jakarta-Sydney selama sekitar 7 jam, suhu udara di tempat tujuan dan lain-lain informasi. Antara Jakarta (GMT+7) dan Sydnet (GMT+10) terdapat perbedaan wajtu 3 jam. Waktu di Sydney lebih cepat 3 jam dari kota Jakarta.

Tidak berapa lama, sekitar setengah jam setelah lepas landas para awak kabin yang terdiri dari 3 wanita berkulit putih dan 3 pria ras oriental mulai menghidangkan makan malam diatas nampan plastik. Penumpang boleh memilih chicken (ayam) atau beef (daging sapi) sebagai teman nasi putih dan irisan sayuran buncis dan wortel . Selain itu juga diatas nampan ada sebotol kecil susu, puding, air jeruk. Minuman boleh pilih air teh, kopi. Kami lebih suka memilih Red wine (anggur merah) dalam botol kecil yang berisi 187 ml anggur merah. Red wine tidak ada dalam penerbangan pesawat Garuda.

Pada setiap kursi penumpang terdapat layar monitor TV yang terletak di bagian belakang jok kursi penumpang di depannya. Penumpang dapat memilih saluran yang tersedia untuk melihat film yang berbeda.

Dalam pesawat ini tidak terdapat layar monitor lebar yang dapat menampilkan peta yang menunjukkan pesawat sedang terbang dimana, berapa ketinggian pesawat saat itu dan pukul berapa saat itu. Layar monitor ini kami lihat dalam pesawat Qantas beberapa tahun yang lalu saat kami terbang dari Jakarta ke Sydney dan sebaliknya. Mungkin tipe pesawat kali ini berbeda dengan pesawat yang kami tumpangi sebelumnya.

Selama penerbangan ini para penumpang juga banyak yang memerlukan toilet. Sering kali penumpang harus antri menunggu orang yang sedang berada di dalam toilet.

Dalam penerbangan ini penumpang kelas ekonomi dalam posisi duduk dengan ruang kaki yang sempit karena ada kursi penumpang didepan. Untuk kelas eksekutif yang berada di bagian depan pesawat kursi lebih nyaman dan ruang kaki lebih luas, maklumlah biayanya juga lebih mahal dari pada kelas ekonomi.

Selama penerbangan lampu besar dalam pesawat dimatikan dan hanya ada lampu-lampu kecil yang masih nyala.
Pagi hari, sekitar 1 jam sebelum pesawat mendarat, penumpang mendapat minuman pagi berupa sebuah kue, susu dalam botol plastik kecil, air teh hangat atau kopi panas.

Pelayanan awak kabin cukup baik dan untuk berkomunikasi mereka selalau berbicara dalam bahasa Inggris. Setengah jam sebelum pesawat mendarat terdengar suara pria (pilot pesawat atau kopilot ) yang menyampaikan selamat pagi kepada para penumpang, menyatakan bahwa sebentar lagi pesawat akan mendarat dan menganjurkan agar memakai seat belt (sabuk pengaman). Diinformasikan suhu udara luar kota Sydney, menyarankan agar para penumpang memeriksa barang bawaan agar tidak tertinggal di dalam pesawat dan mengucapakan terima kasih sudah mengikuti penerbangan pesawat ini dan bagi penumpang yang akan melanjutkan penerbangan ke Negara lain ( New Zealand dan lain-lain) diharapkan memasuki gate 3 dan seterusnya.

Pesawat Qantas QF42 mendarat dengan mulus di Bandara Kingford Smith, Sydney. Setelah turun dari pesawat para penumpang berjalan kaki dengan jarak yang cukup jauh untuk menuju bagian imigrasi untuk meminta stempel dari petugas imigrasi. Waktu itu masih pagi 03.15 WIB atau 06.15 Sydney time, kebanyakan penumpang masih ngantuk tapi harus bergegas berjalan cepat untuk menuju bagian imigrasi.

Satu pesawat saja terdapat sekitar 300 penumpang dengan paspor masing-masing. Saat itu ada 2 pesawat yang mendarat dan tentu jumlah pemegang paspor yang akan meminta stempel imigrasi ada banyak dan harus berlari untuk segera berada di depan loket imigrasi. Terdapat banyak petugas imigrasi yang wanita dan pria yang bertugas. Bila tidak ada masalah petugas segera membubuhkan stempel imigrasi pada halaman buku Paspor para penumpang, waktu yang dibutuhkan sekitar 1-2 menit.

Disini tidak dibedakan pemegang Paspor Australia, Indonesia atau Negara lain. Jadi semua loket dapat melayani semua penumpang. Loket imigrasi di Bandara Sukarno-Hatta masih membedakan loket untuk pemegang Paspor Indonesia atau orang asing dengan antrian yang cukup panjang sehingga memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkan stempel imigrasi.

Selesai di bagian imigrasi, para penumpang menuju bagian bagasi. Koper-koper pakaian penumpang keluar dari lubang khusus dari bagian bawah bangunan, berjalan di atas ban berjalan. Disini terdapat banyak ban berjalan dan kita dapat melihat di layar monitor, nomer penerbangan QF42 harus mengambil koper di ban berjalan nomer 8. Kalau salah menunggu di ban berjalan, maka koper pakaian kita tidak akan muncul. 3 buah koper pakaian kami segera saya naikkan ke atas sebuah trolley (kereta dorong khusus untuk koper yang banyak tersedia disana).

Dari sini kami harus menuju bagian pabean. Ada seorang petugas wanita muda kulit putih yang bertugas dan mengambil kartu pabean yang sudah kami isi di atas pesawat. Ketika petugas ini melihat 2 kartu pabean saya dan isteri, yang menyatakan NO bagian tertentu, dia berkata “That way please” sambil menunjukkan ke arah mana kami harus mengambil jalur, ternyata jalur langsung menuju pintu keluar Bandara. Kami tidak mengalami kesulitan untuk keluar Bandara.

Ada penumpang yang harus men-declear barang bawaan tertentu yang harus dilaporkan kepada petugas pabean dan sering kali koper pakaian penumpang dibuka untuk melihat isi koper tersebut. Jadi membutuhkan waktu lebih lama untuk keluar dari Bandara.

Di ruang tunggu putra dan putri kami sudah siap menunggu kedatangan kami di Negara Kangguru ini. Kami gembira dapat bertemu kembali dengan mereka. Di depan terminal kedatangan kami sempat mengambil foto. Mereka mendorong trolley koper kami menuju tempat parkir mobil. Jumlah mobil setiap tahun bertambah banyak dan membutuhkan tempat parkir yang memadai, jadi dibangun sebuah gedung bertingkat khusus untuk parkir mobil.

Keluar dari kompleks Bandara Sydney, mobil putri kami meluncur di jalan raya yang mulus. Disini kami tidak pernah melihat jalan yang rusak, semua mulus. Bila ada bagian yang perlu diperbaiki, para petugas mengerjakannya pada malam hari sehingga tidak membuat macet jalan raya. Pagi hari jalan sudah tampak mulus kembali. Biaya perbaikan jalan dan lain-lain diambil dari pajak penduduk negara ini.

Tiba di flat putri kami, kami segera beristirahat karena masih ngantuk, saat itu waktu sudah menunujukan pukul 04.15 (WIB) dinihari.

Minggu, September 01, 2013

Iseng


Kemarin sore saat saya sedang menyiram halaman depan rumah kami, lewatlah Ibu L, 35 tahun.

Tanpa basa-basi dia bertanya “Dok, obat batuk yang bagus apa ya?”

Saya menjawab “O..Ibu, siapa yang batuk Bu”
(maksudnya untuk mengetahui umur dewasa atau anak-anak)

“Saya sendiri, Dok,” jawabnya.

“Minum saja Obat Batuk Hitam sirop yang dapat dibeli di Apotik tanpa resep dokter,” jawab saya.

“Sudah, tapi belum sembuh.” Jawabnya. Saya tidak yakin apakah ia sudah minum OBH tersebut atau belum.

“Kalau begitu periksa saja di dokter, agar dapat diberi obat yang tepat.” Jawab saya.

Ibu L ini melanjutkan perjalanannya, tanpa bilang apa-apa lagi.

Ah.. ini sih iseng saja, pikir saya sambil melanjutkan menyiram halaman depan rumah kami.

Sabtu, Agustus 17, 2013

Rekreasi Warga Panti Wreda Kasih ke Telaga Remis



Tanggal 17 Agustus 2013 merupakan hari libur nasional dalam rangka memperingati Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ke 68. Pada hari libur nasional ini warga Panti dan Pengurus Panti Wreda Kasih mengadakan rekreasi. Lokasi yang akan dikunjungi adalah Telaga Remis suatu tempat di daerah Sumber, Kabupaten Cirebon. Di Telaga Remis ini ada beberapa Rumah Makan dan yang terbesar adalah Rumah Makan Kharitzma.

Para warga, karyawan Panti dan Pengurus Panti sekitar 25 orang sudah berkumpul di gedung Panti pukul 10.15. Pukul 10.30 rombongan berangkat naik Minibus GKI Pengampon, dan beberapa mobil pribadi Pengurus Panti. Pak T, selaku Ketua Seksi Kerohanian Panti berhalangan ikut karena ada keperluan keluarga di Jawa Tengah. Bapak Pendeta Haniel dan keluarga serta Ibu Pendeta Sakriso dan Keluarga turut hadir dalam acara rekreasi ini. Penulis dari Seksi Kesehatan dengan membawa obat-obatan seperlunya turut mendampingi rombongan.

Pukul 11.15 rombongan tiba dengan selamat di Telaga Remis dan langsung menuju Rumah Makan Kharitzma. Disana sudah banyak tamu yang datang dan halaman parkir penuh dengan kendaraan para tamu. Pengurus Panti yang diwakili Ibu M, telah booking tempat di ruangan yang ber AC. Begitu rombongan tiba maka hidangan dapat segera dihidangkan. Bila tidak memesan sebelumnya maka pasti akan lama hidangan dapat dinikmati karena banyak tamu yang datang berkunjung ke Rumah Makan ini.

Acara dimulai dengan menyanyikan Lagu Kebangsaan R.I. “Indonesia Raya” yang dipimpin oleh Ibu E. Oma dan Opa Panti bernyanyi dengan semangat. Selesai acara ini, Bapak Pendeta H memimpin doa santap siang. Setelah itu maka rombongan mulai menikmati hidangan yang sudah dipesan sebelumnya, berupa Nasi Putih, Sop Ikan Gurame, Gurame bakar, Tahu dan Tempe goreng, rujak Karedok, Tumis Taoge dan Sambal Terasi. Minuman tersedia air Teh hangat. Nikmat juga makan siang bersama para Opa dan Oma. Makan bersama sambil ngobrol, asik juga.

Para Pengurus Panti bersyukur dapat melayani Opa dan Oma dalam acara rekreasi ini. Selesai acara santap siang maka acara dilanjutkan dengan melihat-lihat kolam yang ada disekitar Rumah Makan. Di dalam kolam ini ada banyak ikan-ikan emas dan patin. Mereka berebut makanan yang ditaburkan para tamu.

Setelah itu kami berfoto bersama di depan Rumah Makan Kharisma, Telaga Remis.
Selesai berfoto maka selesai sudah acara rekreasi kali ini. Pukul 12.55 rombongan kembali ke kota Cirebon, menuju gedung Panti Wreda Kasih dan tiba dengan selamat pukul 13.45.

Penulis bersyukur pada acara rekreasi ini tidak ada Opa atau Oma yang terganggu kesehatannya.-


Senin, Agustus 12, 2013

Radang Kandung Kencing


Sore ini datang berobat Ibu E, 50 tahun.

Keluhannya sejak 5 hari yang lalu ia merasa nyeri perut bagian bawah. Ada rasa nyeri saat b.a.k. Tidak ada demam. Ia berkata bahwa ia sering menahan kalau ingin b.a.k., sebab di tempat pekerjaannya ia menempati lantai 2. Sedangkan toilet ada di lantai 1 dan ada rasa malas untuk naik turun ke lantai 1 hanya untuk b.a.k.

Pada pemeriksaan: tekanan darah: dalam batas normal, Jantung dan Paru-paru: normal, pada daerah Abdomen ( perut ) bagian bawah ( daerah kandung kencing ) terdapat nyeri tekan.

Saya mengambil kesimpulan Ibu E ini menderita Radang Kandung Kencing akut ( Cystitis acuta) akibat sering menahan kencing. Penyakit ini juga disebut sebagai Penyakit Bulan Madu ( Honeymoon disease ), dimana sang isteri setelah baru menikah sering mengalami gangguan kesehatan ini. Penyebabnya adalah setelah melakukan ML dengan suaminya, dalam beberapa hari kemudian ia merasakan nyeri saat b.a.k. dan nyeri di daerah perut bagian bawah.

Segera saya membuat resep untuk Ibu E berupa kapsul Antibiotika dan tablet Pain killer. Saya juga memberi advis agar banyak minum, sehingga produksi air seni bertambah banyak dengan demikian bakteri-bakteri yang ada dalam kandung kencing dapat segera keluar. Radang Kandung Kencing akut ini biasanya akan sembuh dalam waktu beberapa hari.-

Serangan Ashma


Suatu sore datang berobat Ibu L, 35 tahun. Ia diantar oleh suaminya.

Keluhan Ibu L adalah sesek nafas dan batuk-batuk sejak 1 hari yang lalu. Sesek nafas terjadi setelah Ibu L ini bertengkar dengan rekan kerjanya di sebuah Kantor swasta.

Saat saya bertanya kepada Ibu L, sang pasien tidak dapat menjawab pertanyaan saya. Rupanya Ibu L merasa sesek nafas sehingga tidak dapat berkata-kata.

Saya menduga ia mendapat serangan Ashma ( Ashma bronchiale ). Samar-samar terdengar suara pernafasan khas pada penderita Ashma, ngik-ngik. Pada pemeriksaan Auskultasi dengan menggunakan alat Stetoskop, bunyi pernafasan pasien terdengar adanya Ronchi kering ( suara seperti bunyi peluit ) dan wheezing ( pengeluaran udara pernafasan lebih panjang dari hirupan udara pernafasan ). Gejala ini sangat khas pada penderita yang mendapat serangan Ashma.

Saya minta ijin kepada pasien dan suaminya bahwa saya akan memberikan suntikan agar sesek nafasnya reda. Segera saya menyiapkan obat suntik B yang mengandung terbutalin sulfat, suatu obat untuk melebarkan saluran bronchus. Saya suntikan secara subcutan 0,5 cc di lengan atas pasien.

Setelah menyuntik saya menuliskan resep obat berupa tablet Brochodilator merk S, tablet pengencer lendir dan tablet sedatif ( penenang ). Penenang ini untuk mengatasi rasa marah setelah ia bertengkar dengan teman di kantornya.

Berangsur-angsur sesek nafas Ibu L ini reda dan sekarang ia dapat bicara “Seseknya sudah berkurang, Dok. Terima kasih.”

Saya menjawab “Syukurlah, Bu. Ibu nanti banyak minum ya agar lendir dalam saluran pernafasan Ibu menjadi cair dan mudah dibatukkan.”

Ibu L dan suaminya meninggalkan Ruang Periksa. Saya juga bernafas lega, saya sudah dapat menolong Ibu L yang mendapat serangan Ashma.-

Minggu, Agustus 11, 2013

Muntah




Minggu yang lalu datang berobat seorang tetangga rumah kami, Ibu K, 70 tahun.
Tetangga kami ini diantar oleh putrinya.

Ibu K berkata “Dok, saya muntah-muntah setelah minum rebusan daun Ara.”

Saya ingin tahu lebih lanjut tentang kisahnya ini dan menjawab “ O..khasiat rebusan daun Ara itu apa, Bu”

“Saya diberi daun pohon Ara oleh teman saya, katanya rebusan daun Ara ini dapat menurunkan kadar Gula darah saya. Setelah direbus, didinginkan dan diminum oleh saya. Tidak lama kemudian perut saya mual dan kemudian muntah-muntah, Dok “ Ibu K melanjutkan.

Saya berpikir memang buah dan daun Ara banyak khasiatnya antara lain juga untuk menurunkan kadar gula darah. Saya mendapat informasi dari Internet tentamg khasiat buah Ara ini. “Ara memiliki sifat anti-diabetes yang dapat membantu Anda menurunkan kadar gula darah. Ekstrak daun Ara juga baik untuk dikonsumsi saat perut kosong di pagi hari.

Mungkinkah rasa mual dan muntah yang dirasakan oleh Ibu K ini merupakan efek samping rebusan daun Ara? Perlu diselidiki lebih lanjut efek samping ini.

Saya berkata kepada Ibu K “Mungkin Ibu merebusnya terlalu banyak sehingga perut Ibu tidak kuat dan merasa mual lalu muntah. Ya sudah, silahkan berbaring di bed pemeriksaan.”

“Saya tidak bisa naik ke bed itu, Dok”

“Ya sudah saya periksa sambil duduk saja ya Bu.“ kata saya selanjutnya.

Pada pemeriksaan didapat tekanan darah dalam batas normal, Jantung dan paru-paru: normal, pada pemeriksaan Perut: perut kembung, banyak udaranya, mungkin juga Ibu ini belum makan.

Saya segera membuatkan resep untuk Ibu K berupa: tablet antispasmodik dan tablet untuk menetralisir asam lambung. Semoga lekas sembuh.-



Sabtu, Agustus 10, 2013

Luka robek




3 minggu yang lalu sore hari sekitar pukul 14.30 datanglah Bibi saya, Ny. L, 65 tahun ke rumah kami. Ia diantar oleh pembantunya.

Saya bertanya “Ada ada Bi?”

Bibi saya menjawab “Wah, saya dapat musibah nih, “ sambil memperilhatkan siku kirinya.

Saya melihat luka robek pada siku kirinya sepanjang kira-kira 4 cm. Dalam hati luka ini mesti dijahit agar penyembuhan lukanya baik. Saya memberitahukan isteri saya atas kejadian ini. Isteri saya menyarankan agar Bibi dibawa saja ke Rumah Sakit untuk mendapatkan jahitan dan ATS ( Anti Tetanus Serum ). Kebetulan saat itu kami tidak mempunyai ATS.

Saya bertanya kepada Bibi saya “Bagaimana kejadian ini bisa terjadi?”

Bibi saya menjawab “Saat kami pulang dari rumah putri kami di jalan P, kami naik becak. Tidak berapa lama diperempatan jalan, tiba-tiba ada sebuah sepeda motor yang menabrak becak kami. Sepeda motor yang dikemudikan oleh seorang Ibu itu ringsek roda depannya. Becak yang kami tumpangi terguling dan entah bagaimana lengan kiri saya terluka, keluar darah yang cukup banyak. Akhirnya kami menuju kesini.”

Saya berkata “Bi, kita ke Rumah Sakit saja ya. Nanti kami antar naik mobil.”

Kami segera berangkat menuju ke Unit Gawat Darurat, Rumah Sakit Umum Gunung Jati.

Tiba disana kami segera mendaftarkan Bibi saya. Tidak berapa lama kemudian nama Bibi dipanggil perawat untuk diperiksa. Setelah itu dilakukan penjahitan pada luka siku kiri Bibi saya.

Saya menunggu di luar Ruang pemeriksaan. Cukup lama juga saya menunggu, mungkin ada sekitar setengah jam. Setelah selesai penjahitan, seorang perawat memberikan Surat untuk mengambil obat ATS dan injeksi spuit di Apotik Rumah Sakit dan membayar biaya tindakan di Loket pembayaran. Semuanya saya lunasi dan obat suntik ATS saya berikan kepada perawat untuk disuntikan kepada Bibi saya.

Setelah semuanya selesai, kami meninggalkan Rumah Sakit dan menuju ke rumah Bibi.
Saya menyerahkan sebuah resep yang saya buat berupa kapsul antibiotika dan tablet pain killer, dengan pesan agar 2 hari lagi datang untuk kontrol jahitan luka di tempat praktik saya.

2 hari kemudian Bibi saya tidak datang untuk kontrol jahitan, tetapi datang pada hari kelima. Katanya kain pembalut luka diganti sendiri dan hari kelima ia datang diantar oleh suaminya. Luka jahitan bagus dan kering. Ada 7 jahitan yang saya angkat, setelah itu luka jahitan saya beri larutan Betadine dan ditutup dengan kain kasa steril dan diplester.

“Sekarang sudah selesai, luka ini sudah dijahit dan sudah kering. Besok boleh mandi seperti biasa.” Kata saya kepada Bibi.

“Iya terima kasih banyak ya dok,” kata Bibi saya saat meninggalkan Ruang Periksa saya.

Legalah hati saya melihat luka Bibi saya kering setelah dijahit dan tidak menimbulkan komplikasi atau mengeluarkan nanah.

Naik Becakpun ternyata ada resikonya, meskipun kita sudah hati-hati, tetapi orang lain yang tidak hati-hati sehingga Becak yang kita tumpangi bisa ditabrak oleh kendaraan lain.

Jumat, Agustus 09, 2013

Keringet buntet




Tanggal 9 Agustus 2013, hari ke 2 Hari Raya Idul Fitri 1434H, pukul 19.05 saat saya dan isteri sedang melihat sebuah tayangan film di TV terdengar ketukan pintu pagar rumah kami. Hari ini sebenarnya kami tidak buka praktik.

Saya keluar rumah dan bertanya “Siapa ya?”

Terdengar suar seorang Bapak “Saya, dok, cucu saya mau berobat. Bisa tidak?”
Saya jawab “Bisa Pak, Bapak dari mana?”.

Saya melihat ada seorang Ibu ( isterinya ) menggendong seorang Bayi wanita usia sekitar 4 bulan. Tampak juga Ibu dan Ayah sang Bayi. Mereka mengendarai 2 sepeda motor, berangkat dari rumah mereka di daerah P ( 5 km dari kota Cirebon ), cukup jauh juga. Saya tidak sampai hati untuk menolak pasien ini yang datang dari jauh.

Saya membukakan pintu pagar dan mempersilahkan mereka masuk ke Ruang Tunggu.

Saya bertanya kepada Ibu sang bayi “Kenapa putri Ibu?”

Ibu M, 30 tahun ini menjawab “ Ini Dok, anak saya sudah 4 hari timbul bintil-bintil di daerah muka dan lehernya.”

Pada pemeriksaan kulit Bayi ini tampak adanya skin rash, kelainan kulit, bercak-bercak kemerahan pada daerah wajah dan leher dan sebagian daerah dada. Melihat lokasi yang khas ini skin rash tersebut menunjukan Bayi ini menderita Keringet bunter ( miliaria ).

Saya berkata kepada mereka “Bapak, Ibu, bayi ini ada Keringet buntetnya. Kelainan ini biasa timbul bila Bayi kepanasan. Ruangan kamar mesti sejuk dan berventilasi agar udara segar dapat masuk ke dalam kamar. Pasanglah kawar ram untuk mencegah nyamuk masuk. Idealnya sih kalau ada pasang AC agar ruang kamar sejuk, maklum di daerah Cirebon berudara panas.”

Sang kakek menjawab “Iya rumah kami tidak ber-AC, dok.”

Saya berkata “Iya sudah, pasang kipas angin saja yang diarahkan ke arah atas agar suhu kamar tidak terlalu panas. Kalau suhu ruangan kamar masih panas, keringet buntet ini tidak akan sembuh.”

Segera saya buatkan resep Krim yang mengandung Kortikosteroid & antibiotika dan vitamin drops untuk bayi ini.

Saat mereka meninggalkan Ruangan Periksa, sang Kakek berkata “Dok seluruh keluarga saya kalau sakit berobatnya kesini saja, sudah langganan sih.”

Saya lupa wajah satu per satu keluarga Bapak ini yang menjadi pasien langganan saya ini.

“Semoga lekas sembuh ya Pak”, kata saya sambil mempersilahkan mereka keluar ruangan Periksa.

Sabtu, Agustus 03, 2013

Pelayanan Peduli Kasih 2013



Seperti tahun yang lalu maka tahun 2013 ini juga diadakan Pelayanan Peduli Kasih Pemudik. Pelayanan ini dilaksanakan oleh Panitia Peduli Kasih Pemudik gereja kami yang diketuai oleh Bapak Pnt. I.S. Pelayanan ini mengambil tempat di SPBU Bandengan, km 15, Kabupaten Cirebon, ke arah jalan raya menuju kota Tegal. Pelayanan ini berlangsung mulai tanggal 3 Agustus 2013 hari Sabtu sampai tanggal 7 Agustus 2013 hari Rabu. Pelayanan ini berakhir sehari sebelum Hari Raya Idul Fitri 1434H, tanggal 8 Agustus 2013 hari Kamis.

Panitia ini terdiri dari: Ketua, wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara dan Seksi-seksi: Seksi Usaha, Seksi Perlengkapan, Seksi Transportasi, Seksi Konsumsi, Seksi Umum, Seksi Kesehatan, Seksi Dokumentasi dan Seksi Keamanan. Jumlah total Panitia ini sebanyak 57 orang. Dari anggota Jemaat GKI Pengampon telah terdaftar sekitar 100 para relawan yang akan membantu Panitia dalam pelaksaan Pelayanan Peduli kasih Pemudik.

Dalam pelaksaannya Panitia dibagi 2 kelompok setiap harinya. Kelompok Pagi bertugas dari pukul 08.00- 14.00 dan Kelompok Sore bertugas dari pukul 14.00 – 20.00. Para Relawanpun demikian, dibagi 2 kelompok: Kelompok Pagi dan Kelompok Sore.

Penulis sendiri mendapat tugas dalam Seksi Kesehatan. Pada seksi ini terdapat 6 personalia yang terdiri dari 3 orang dokter umum dan 3 orang tenaga paramedis. 6 orang petugas ini mendapat tugas pelayanan dalam 2 Kelompok Pagi dan Sore.

Pelayanan Peduli Kasih Pemudik ini semuanya bersifat gratis dan memberikan pelayanan dalam bentuk:
1.Menyediakan tempat istirahat bagi para pemudik, khususnya pengendara sepeda motor.
2.Memberikan makanan ( PopMie ) dan minuman dingin dan panas ( macam-macam Kopi, air mineral dingin dalam gelas plastik, ale-ale dingin ).
3.Memberikan pelayanan Kesehatan dalam bentuk pelayanan P3K.
4.Menyediakan 2 orang Tukang Pijat

Sehari sebelumnya Seksi Perlengkapan membangun 2 buah tenda di halaman parkir SPBU dan membuat alas yang empuk bagi para pemudik. Juga Panitia telah melaporkan kegiatan Pelayanan ini kepada Kepala Sektor Kepolisian setempat.

Lokasi Pos Peduli Kasih ini cukup memadai karena di SPBU ini selain berhalaman yang cukup luas, juga terdapat Minimarket, Toilet, Tempat sembahyang. Para pemudik setiap saat banyak yang mengunjungi SPBU Bandengan ini untuk mengisi Bensin atau Solar untuk kendaraan mereka.

Penulis bertugas pada tanggal 3 dan 7 Agustus dalam Kelompok pagi. Setiap hari pukul 07.00 ( bagi Kelompok Pagi ) dan pukul 13.00 ( bagi Kelompok Sore ) Panitia dan Relawan/wati sudah siap diberangkatkan dengan 3 mobil Minibus.

Setibanya di Pos Peduli Kasih pemudik, Panitia dan Relawan/wati segera menyiapkan meja-meja dan kursi-kursi yang akan dipakai untuk menyediakan makanan dan minuman bagi para pemudik. Juga dibagian belakang disiapkan kompos gas Elpiji 3 kg untuk merebus air panas untuk membuat hidangan Popmie. Cukup sibuk juga pekerjaan mereka yang dikerjakan dengan hati yang riang dan penuh kasih.

Beberapa orang Panitia dan Relawan bersiap di SPBU untuk mengundang para pemudik untuk beristirahat di tempat yang telah disediakan dan juga untuk mendapatkan hidangan dan minuman panas / dingin yang diberikan secara gratis.

SPBU juga sibuk melayani para pemudik yang hendak mengisi bahan bakar bagi kendaraannya. Tidak henti-hentinya para pemudik mengisi bahan bakar di tempat SPBU ini. Para petugas SPBU ini juga mendapat jatah makanan dan minuman dari Panitia.

Ibu Pendeta K. dan Bapak Pendeta H. juga aktip melayani para pemudik. Selain membagikan hidangan juga ikut membantu memberikan tetes mata Rohto dan Visine bagi mata para pemudik. Bila ada pemudik yang memerlukan bantuan tenaga medis, saya yang bertugas pagi itu segera memeriksa kesehatan pemudik yang bersangkutan. Selama pagi dan siang itu, penulis sedikitnya telah memberikan pelayanan medis kepada 3 orang pemudik yang mengalami luka-luka lecet di kaki mereka akibat terjatuh atau keserempet kendaraan lain. Bagi pemudik yang merasa pusing kepala akibat perjalanan yang jauh, penulis memberikan obat pain killer berupa tablet Panadol sebanyak 2-3 tablet setiap orang.

2 orang pemijat ( suami dan isteri ) juga cukup sibuk memijar para pemudik yang sedang beristirahat di Pos ini. Saat sedang sepi ada juga para Panitia dan Relawan/wati yang minta dipijit. Mumpung gratis. Para pemijat ini setiap tahun rutin diminta bantuannya oleh Panitia untuk membantu memijat di Pos Pelayanan ini dengan imbalan yang memadai setiap harinya. Cukup banyak juga orang yang dipijat oleh mereka.

Panitia dan Relawan/wati yang haus juga dapat meminta minuman Kopi / air mineral dingin. Tersedia juga makanan ringan / sanck bagi yang memerlukan.

Pukul 11.30 tibalah mobil yang mengangkut jatah makan siang bagi Panitia dan Relawan/wati. Secara bergiliran mereka mengambil hidangan di bagian dapur Pos Pelayanan ini, berupa Nasi putih dan lauk pauk sederhana.

Bagi yang memerlukan Toilet juga tersedia Toilet yang cukup bersih. Untuk Panitia dan Relawan/wati dengan memakai tanda pengenal Panitia tidak dipungut biaya alias gratis.

Pukul 13.30 datanglah Kelompok Sore yang akan menggantikan tugas Kelompok Pagi. Penulis selaku petugas Seksi Kesehatan melakukan serah terima obat-obatan yang terdapat dalam 3 buah dus karton kepada Ibu I. yang akan bertgas di Kelompok Sore ini.

Penulis pulang ke rumah diantar mobil Ibu M. yang membawa mobil pribadi dengan seorang supir. Pukul 14.30 penulis tiba di rumah kembali dengan selamat. Terima kasih Ibu M.



“SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1434H”
“MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN”



Rabu, Juli 24, 2013

Meninggal dunia


Tanggal 22 Juli 2013 pukul 06.30 di kota Cirebon turun hujan cukup besar. Terdengar ada ketukan pintu praktik kami. Ternyata yang datang adalah Pak. I, 45 tahun, pasien isteri saya.

Ia berkata “Dok, tolong datang ke rumah famili saya.”

Saya menjawab “Siapa yang sakit?”

Saya dapat telepon dari Om saya, katanya tolong panggilkan dokter sebab Tante sakit.

“Baik, tunggu sebentar, saya ambil tas saya dahulu.”

Kami naik mobil Kijangnya. Sesampai di rumah Tantenya di sebuah Gang, saya segera memasuki kamar tidur pasien.

Saya bertanya kepada suaminya “Bagaimana ceritanya Om?”

Om ini berkata “Kemarin isteri saya bersin-bersin seperti yang mau kena Flu. Tadi pagi bangun tidur katanya badannya lemes, tidak dapat bangun. Dok, tolong periksakan isteri saya.”

Saya segera memeriksa Tante I, 68 tahun ini. Saat diajak bicara dan ditanya pasien tidak menjawab.
Tidak ada kontak. Tekanan darah dalam batas normal, Jantung dan Paru-paru juga dalam batas normal.

Saya menduga badan pasien lemes karena belum sarapan.

Saya berkata kepada suaminya “Om berikan Tante segelas air teh manis agar badannya tidak lemes.”

Saya membuat resep berupa tablet untuk menambah energi dan tablet Multivitamin.
Setelah itu kami mohon pamit.

----

Pukul 11.30 Pak I datang kembali ke rumah kami dan berkata “Dok, tolong Dokter datang ke rumah pasien yang tadi pagi. Bisa tidak, Dok?”

Saya menjawab “Emang ada apa?

Pak I menjawab saya katanya ia mendapat telepon dari Omnya, katanya Tante sudah tidak bernafas.

Kaget juga saya saat mendengar keterangan Pak I ini. Saya tidak menduga sama sekali akan kejadian ini.

Segeralah kami meluncur ke rumah Tantenya itu.

Saat diperiksa, pasien Ny. I, 68 tahun ini, Pupil midriasis ( melebar ) dan reflex pupil: Negatip.

Bunyi Jantung dan pernafasan: Negatip. Benar pasien sudah meninggal dunia.

Saya berkata kepada suaminya “Om, Tante sudah pergi. Saya turut berduka cita. Nanti akan saya buatkan Surat Keterangan Kematiannya”.

Saya segera menulis Surat Keterangan tersebut dan menyerahkannya kepada suami pasien ini.

Ah…kematian dapat datang kapan saja dan tidak ada seorangpun yang tahu kapan maut datang menjemput kita.

Keluarga ini mempunyai 2 orang anak yang saat ini semuanya berada di luar kota. Saya melihat Om ini tampak kebingungan karena ditinggal pergi oleh isteri tercintanya.-

Kamis, Juli 18, 2013

Terkecoh penampilan pasien



Tahun 1996 saya menjadi salah satu dokter anggota Tim Kesehatan Untuk Rekomnendasi Surat Ijin Praktek (SIP ). Diantara 5 anggota, 4 diantaranya adalah Dokter Ahli dari berbagai disiplin spesialisasi ( S2 ) dan hanya saya sendiri yang dokter umum ( S1 ). Tugas Tim ini adalah memeriksa dan membuat Surat Keterangan Sehat bagi para dokter yang akan melakukan praktek swasta ( praktek sore hari ) di kota Cirebon.

Sudah banyak Teman Sejawat yang datang ke tempat praktek saya untuk meminta S.K. Sehat tersebut. Pada umumnya mereka adalah dokter umum dan beberapa dokter spesialis. Sehubungan dengan tugas itu ada kejadian yang lucu dan sulit terlupakan oleh saya.

Kisahnya demikian:
Suatu sore terdengar ketukan pintu Ruang Periksa saya. Setelah pintu saya buka, saya melihat seorang laki-laki, tinggi badan 150-155 cm, umur sekitar 40-45 tahun dan berpakaian cukup rapih. Ia tersenyum kepada saya dan saya memepersilahkannya masuk ke Ruang Periksa. Dari penampilannya itu saya menyangka ia adalah seorang pasien yang ingin berobat.

Setelah duduk berhadapan saya bertanya “Anda tampaknya tidak sakit, apakah anda ingin berobat?”

Tamu saya menjawab “Tidak, dok” sambil tersenyum.

“Ada keperluan apa kiranya ?”

“Saya Dokter Ahli Paru, ingin membuat Surat Keterangan Sehat untuk mendapatkan SIP saya” sambil menyerahkan Kartu Namanya.

Glek, saya tertegun.

“ Wah maaf, saya kira anda mau berobat. Maaf deh, habis saya belum kenal dengan anda.”

Malu juga saya menghadapinya, tapi bagaimana lagi kalau memang belum kenal. Dari penampilannya yang imut-imut, saya tidak menyangka bahwa laki-laki yang berhadapan dengan saya adalah seorang Dokter Ahli.

Akhirnya kami saling memperkenalkan diri lebih lanjut. Ternyata tamu saya ini adalah Dokter Ahli yang semula bekerja di salah satu Rumah Sakit di kota Jakarta. Saat ini ia bekerja di RSUD Gunung Jati. Singkat cerita urusan S.K. Sehat selesai dan beliau pamit dari tempat saya.

Masih sering saya bertemu dengannya di acara Seminar atau Simposium tentang Penyakit atau Obat yang sering dilakukan oleh IDI Cabang Kota Cirebon. Bila bertemu dengannya saya teringat kejadian saat beliau minta S.K. Sehat dari saya.

Semoga banyak pasiennya, Dok.-

Rabu, Juli 17, 2013

K o m a



Saya pernah mempunyai seorang pasien, Pak A, 56 tahun, seorang tukang listrik yang mengalami penurunan kesadaran ( Koma ) pada tahun 1999-2001 sebanyak 3 kali dengan selang waktu sekitar 6 bulan.

Sebagai penderita Tekanan Darah Tinggi, ia tidak berobat secara teratur. Ia mempunyai tekanan darah antara 160/90 – 210/100 mmHg. Ia akan merasa tidak enak badan dan sakit kepala bila ia mempunyai masalah keluarga atau pekerjaan. Bila diukur tekanan darahnya menunjukkan 210/100 mmHg.

Akhir 1999 pertama kali ia mengalami penurunan kesadaran, saya sebagai dokter langganannya diminta oleh istrinya untuk datang ke rumah mereka. Ia berkata bahwa suaminya tidak bangun-bangun sejak 2 jam yang lalu.

Saya mendapatkan tensi 210/100 mmHg, ia tampak tertidur dan sama sekali tidak memberi reaksi apapun ketika saya mencubit kulit tangannya. Refleks Pupil mata menunjukkan hasil yang Negatip. Hal ini menyatakan bahwa pasien sedang dalam keadaan penurunan kesadaran yang dalam ( Koma ). Isterinya menolak ketika saya menganjurkan agar suaminya dibawa ke Rumah Sakit.

Sambil menunggu pulihnya kesadaran pasien ini saya mempijit-mijit ibu jari kaki kirinya selama sekitar 5 menit. Setelah itu saya menunggu di ruang tamu yang bersebelahan dengan kamar tidur pasien. Tak lama kemudian pasien ini sadar dan anak perempuan yang menungguinya menangis, mungkin karena gembira ayahnya sadar kembali.

Saya menganjurkan agar ayahnya diberi minum air teh manis. Ia minum 2 teguk air teh tersebut.

Ia bertanya kepada saya ”Kok dokter ada dirumah saya?”

Saya menjawab “Iya Pak, saya kebetulan lewat rumah Bapak dan saya mampir kesini.”

Setelah saya yakin bahwa Pak A sadar betul, saya bertanya kepadanya “Tadi Bapak pergi kemana, kok lama sekali?”

Pak A menjawab “Saya cape sekali. Saya telah pergi jauh. Saya melewati suatu lorong yang panjang dan diujung lorong saya melihat cahaya yang terang sekali. Saya tidak dapat mendekati cahaya itu.”

Saya terkejut sekali mendengar jawabannya itu.
Kalau seseorang sudah masuk ke suatu terowongan yang panjang dan di ujungnya ada cahaya terang berarti ia sedang menuju ke ajalnya. Saya pernah membaca 2 buku tentang pengalaman seseorang yang pernah mengalami mati dan hidup kembali ( mati suri ?) dan menceritakan hal yang sama.

Pak A ini mengalami hal tersebut sebanyak 3 kali yang saya tahu.
Pada kejadian ke 2 dan ke 3 ketika saya dipanggil keluarga Pak A saya tak dapat berbuat banyak. Kami hanya menunggu semoga Pak A sadar kembali.

Akhirnya Pak A memang sadar kembali, tanpa cacad dan sampai saat ini ia masih bekerja di suatu perusahaan swasta dikota Cirebon. Ia penderita Tekanan Darah Tinggi. Orangnya baik tetapi ia mempunyai masalah keluarga, terutama anak sulungnya yang sering meminta banyak uang kepada ayahnya, meskipun ia sudah berkeluarga, tetapi tidak bekerja.

Pak A adalah seorang laki-laki yang menakjubkan. Ia pernah mengalami koma sebanyak 3 kali. Believe it or not.


Selasa, Juli 16, 2013

Alergi Antalgin


Keadaan alergi tidak diinginkan oleh banyak orang, tetapi keadaan yang bersifat bawaan lahir ini sering terjadi di masyarakat. Alergi yang merupakan manifestasi dari keadaan tidak tahannya seseorang terhadap sesuatu yang menimbulkan gejala-gejala berupa : gatal, kaligata/biduran, sesak nafas dan bahkan anafilaktik shok serta kematian. Sesuatu itu dapat berupa: makanan, minuman, kosmetik, obat, perubahan hawa, tepung sari dan lain-lain.

Suatu malam pada tahun 1990, rumah kami didatangi oleh sepasang suami-isteri yang ingin berobat. Waktu menunjukkan pukul 21.30 malam, setelah mempersilahkan pasien yaitu sang suami dengan umur sekitar 35 tahun berbaring di bed periksa, saya mewawancarai isterinya ( melakukan heteroanamnesa dari isterinya ) keluhan, riwayat penyakit dsb.

Sang Isteri mengatakan bahwa sang suami yang alergi tablet Antalgin, pada pukul 19.30 minum obat Antalgin ( yang dibeli di warung ) karena ia merasa pusing kepala. Oleh isterinya dilarang minum Antalgin tetapi karena saat itu sudah malam dan mereka tidak mempunyai obat pusing yang lain, terpaksalah Antalgin itu yang diminum sang suami.

Saya memeriksa keadaan suaminya itu: tekanan darah 100/60mmHg ( cukup rendah dari keadaan normal, gejala awal shok ), kesadaran menurun, kontak inadekwat, badan terasa dingin, tidak ada sesak nafas. Secepatnya saya mengatakan kepada sang isteri bahwa keadaan suaminya cukup parah dan sebaiknya segera dibawa ke Rumah Sakit ( ada 1 Rumah Sakit yang jaraknya hanya 100 meter dari rumah saya ).

Perkiraan saya dengan naik Jip yang dikendarai supir mereka dalam waktu cepat ( 2 menit ?) pasti sudah sampai di Bagian Gawat Darurat. Saya menuliskan Surat Rujukan ke RS tadi dan menyerahkannya kepada sang isteri. Tanpa mengharap jasa pelayanan, saya membukakan pintu ruang praktek agar mereka segera ke RS. Dengan dibantu isterinya pasien saya ini keluar dan ketika tiba di teras rumah, pasien ini muntah-muntah mengeluarkan banyak is lambung yaitu berupa nasi ( tanda shok lain muncul lagi ). Setelah mereka meninggalkan rumah saya, saya masih harus membersihkan lantai akibat muntahan pasien tadi ( sang pembantu rumah tangga sudah tertidur ).

Saya mengharapkan agar pasien saya ini mendapat pelayanan RS dan terhindar dari keadaan yang lebih buruk lagi. Keesokan hari pada pukul 06.00 pagi saya menghubungi RS dekat rumah saya untuk menanyakan adakah pasien saya tadi malam masuk RS dan bagaimana keadaannya sekarang? Sungguh terkejut saya mendapat jawaban bahwa tidak ada pasien dengan nama pasien tadi. Saya menghubungi semua RS yang ada di kota saya dan jawabannya sama dengan RS yang pertama. Saya bingung kemana pasien semalam dibawa? Pulang ke rumah ?

3 hari kemudian saya mendapat kunjungan seorang ibu yang ternyata isteri dari pasien saya ini yang ingin memeriksakan anaknya untuk berobat. Saya mendapat informasi tentang suaminya bahwa malam hari sepulang dari tempat praktek saya sang suami menolak masuk RS dan minta pulang kerumah saja.

Sampai dirumah sang suami tertidur dan terbangun keesokan harinya dengan keadaan sehat. Puji Tuhan, pasien ini tidak mengalami shok yang dapat membahayakan jiwanya. Beruntung sekali pasien ini yang sudah mengetahui bahwa ia alergi Antalgin, masih saja minum Antalgin dan ia sudah merasakan akibatnya. Semoga ia tidak berani lagi minum tablet Antalgin. Semoga.

Senin, Juli 15, 2013

Dokter dikerjain Napi?



Kisah ini terjadi pada pertengahan tahun 1999 ketika saya masih bekerja di Lapas I ( Lembaga Pemasyarakatan Kelas I ) Cirebon. Napi ( narapidana ) Udin ( bukan nama sebenarnya ), 25 tahun, dirawat diruang perawatan karena sakit maag yang khronis. Profil tubuhnya kurus akibat gangguan pencernaan yang menahun.

Napi Udin menempati kamar bersama napi Alimin ( bukan nama sebenarnya ), 30 tahun. Alimin dipidana mati karena tersangkut perkasa Narkotik. Alimin masih menunggu kapan dilakukan eksekusi hukumannya. Allimin pasrah akan nasibnya. Sehari-hari Alimin banyak menolong napi-napi yang menderita sakit. Ia turut membantu mengawasi dan memberi obat kepada napi yang sakit.

Suatu hari ada laporan bahwa mata napi Udin mengeluarkan darah. Laporan tersebut sudah terjadi sebanyak 2 kali. Hasil pemeriksaan fisik terhadap tubuh Udin tidak menunjukkan kelainan pada daerah sekitar kedua matanya. Saya hanya menemukan sisa bekuan darah yang merupakan garis lurus dari mata kiri Udin sampai ke daerah pipi kiri. Oleh karena saya menganggap keadaan Udin tidak mengkhawatirkan, saya hanya memberikan Kalk tablet untuk mempercepat proses pembekuan darahnya.

Saya belum pernah menemui pasien dengan gejala seperti napi Udin. Apa istilah Medisnya? Saya sampai saat ini belum menemukannya. Untuk menindak lanjuti gejala ini, saya mengusulkan kepada Kepala Lapas I Cirebon, agar napi Udin dilakukan pemeriksaan Darah di Laboratorium Klinik. Beliau menyetujuinya.

Petugas Lab. Klinik yang dipanggil datang untuk mengambil spicement darah Udin. Ternyata hasilnya normal. Saya mempunyai firasat jangan-jangan darah yang keluar dari mata Udin ini adalah tidak benar alias hasil rekayasa Udin sendiri.

2 hari kemudian kondisi napi Udin memburuk, tidak mau makan dan badannya lemas. Melihat kondisi Udin yang memburuk ini, Udin dirawat di Rumah Sakit Umum Gunung Jati, Cirebon. Kaki Udin dirantai ke tiang besi tempat tidur Rumah Sakit dan dipasang kunci gembok. Selama 24 jam secara bergantian napi Udin diawasi oleh petugas keamanan dari Lapas. Tindakan pengamanan ini dilakukan untuk mencegah kaburnya napi yang dirawat di Rumah Sakit.

Setelah napi Udin dirawat di R.S.U, napi Alimin mendekati saya dan melapor dengan bisik-bisik bahwa mata Udin sebenarnya tidak apa-apa. Saya tertegun.

Saya bertanya kepada Alimin, “Min, mengapa bisa ada darah keluar dari mata Udin?”
Alimin menjawab “Ia menggigit ujung jari tangannya sehungga berdarah dan darahnya itu ditempelkan kebawah mata kirinya sehingga seolah-olah mata kirinya mengeluarkan darah.”

“Bagaimana kamu tau, Min” saya mendesak.

Alimin menjawab, “Kebetulan suatu saat saya mengintip kelakukan Udin karena saya 1 kamar dengannya.”

“Min, mengapa kamu baru melapor sekarang?, saya meradang ( kesal karena dikerjaiin napi ).

Alimin menjawab, “Saya takut melaporkan hal ini, Dok.”

“Takut apa, Min “ saya bertanya.
Alimin tidak menjawab.

Mungkin takut akan diganggu oleh teman-teman si Udin yang statusnya sebagai napi juga. Firasat saya benar, darah yang keluar dari mata Udin adalah hasil rekayasa napi Udin sendiri. Ia berbuat demikian agar dianggap sakit berat. Napi yang sakit berat biasanya akan dirawat di Rumah Sakit Umum. Dalam perjalanan dari Lapas ke RSU dan selama napi dirawat terdapat peluang untuk melarikan diri/kabur.

Nah peluang ini yang dicoba oleh napi Udin. Udin kecele karena pengawalan yang ketat ia gagal kabur.

Sekembalinya dari perawatan di RSU, napi Udin saya gertak, “Din, rahasiamu sudah terbongkar. Mata kirimu tidak apa-apa, hanya pikiranmu yang sakit. Awas kau bila macam-macam lagi.”
Udin menunduk ketakutan. Sejak saat itu tidak ada lagi laporan bahwa mata napi mengeluarkan darah.

Kalau kita, petugas Lapas tidak waspada, kita pasti kena kibul alias kecolongan. Kadang-kadang kita mesti memanfaatkan Indera ke 6 atau perasaan hati kecil kita.

Pengalaman bertambah satu lagi ketika saya bekerja di Lapas I Cirebon ini. Bye.