Minggu, Mei 26, 2013

Doctor fee yang terlalu murah?


Suatu sore di pertengahan bulan Mei 2013 terdengar dering telepon di Ruang Periksa pasien.

Terdengar suara seorang pria “Halo, ini dokter Basuki?”

Saya menjawab “Benar, ini siapa ya?”

“Saya A, teman Pak P yang pernah memanggil dokter saat ibunya sakit.”

“O..ada apa Pak” saya bertanya.

Pak A menjawab “Begini dok, saya mau minta tolong minta dibuatkan Surat Keterangan Kematian untuk ayah saya yang barusan meninggal dunia. Nanti dokter akan saya jemput ya.”

Saya menjawab “Boleh, datang saja.”

Tidak sampai 10 menit datanglah sebuah Sedan yang masih cukup baru.
Pak A, pria usia sekitar 50 tahun memperkenalkan diri “Dok, saya A, yang tadi menelepon dokter, mau menjemput dokter.”

Dalam perjalanan ke rumahnya Pak A berkisah bahwa ia tinggal dengan ayahnya, Pak HS yang sudah berusia 82 tahun. Pak HS ini sudah keluar masuk Rumah Sakit dan tadi sore sekitar pukul 17.30 meninggal dunia dan akan dibawa ke Rumah Duka di kota Cirebon. Pekerjaan pak A ini berjualan mobil bekas pakai dan mempunyai showroom di sebuah jalan di kota kami.

Tiba di rumahnya yang cukup besar saya melihat di halaman depan ada diparkir 4 buah sedan yang masih bagus-bagus dari merek terkenal. Di dalam garasinya ada 2 buah mobil Sedan yang masih baru. Saya pikir wah...benar nih Pak A berprofesi sebagai penjual mobil yang cukup bonafid.

Di sebuah kamar tidur yang ber AC, tampak berbaring seorang pria yang sudah lanjut usianya. Badannya kurus, rambut banyak beruban dan sudah tidak bernafas lagi. Segera saya membuat sebuah Surat Keterangan Kematian untuk Pak HS ini dengan data yang sesuai dengan apa yang tertera dalam KTPnya

Saya sampaikan ucapan bela sungkawa kepada Pak A atas kepergian ayahnya. Saat kami akan kembali ke rumah saya, tampak sebuah mobil jenasah sudah tiba untuk membawa jenasah Pak HS ke rumah duka.

Pak A bertanya “Berapa dok, fee nya?’

Saya menjawab sejumlah fee kalau dipanggil datang ke rumah pasien yang besarnya 2 kali doctor fee bagi pasien yang diperiksa di tempat praktik saya.

Mendengar jumlah ini, Pak A berkata lagi “Dok, apakah tidak terlalu kecil fee nya?”
Saya terkejut mendengar pertanyaan Pak A ini.

Saya menjawab “Enggalah Pak, cukup segitu saja.” Lagi pula dalam keadaan berduka cita, saya tidak tega memungut doctor fee yang besar. Sering kali, saya juga tidak sampai hati memungut doctor fee kalau keluarganya tidak mampu saat ada anggota keluarganya yang meninggal dunia.

Bagi Pak A jumlah tersebut mungkin terlalu kecil, maklumlah sosial ekonomi Pak A tergolong diatas rata-rata. Pak A mengucapkan terima kasih, kemudian mengantarkan saya kembali ke rumah saya yang juga merupakan tempat praktik.

Selamat jalan Pak HS…..