Bulan yang lalu ketika saya dan Pengurus Panti Wreda Kasih suatu panti jompo milik Gereja kami di kota Cirebon menerima rombongan dari suatu Gereja dari kota Jakarta. Dalam pertemuan itu Warga Panti juga turut hadir dalm ruangan pertemuan Panti.
Rombongan yang terdiri dari belasan orang itu bermaksud berkenalan, menghibur dan memberikan bingkisan bagi Warga Panti. Rombongan ini dipimpin oleh seorang pendeta. Pak Pendeta ini bernama Pdt. B berusia sekitar 60 tahuan. Acara demi acara dilakukan oleh rombongan ini dengan menarik perhatian para hadirin. Dalam acara Pembukaan, Pdt. B ini banyak berbicara tentang Gerejanya, maksud dan tujuan kedatangan rombongan yang dipimpinnya.
Ketika Pdt. B ini melihat saya duduk di tengah hadirin, beliau berkata bahwa ia masih ingat akan Dokter Basuki ( saya ) yang sudah menjahit luka dikakinya pada tahun 1980 an.
Gleg... aku terkejut mendengar pengakuan Pdt. B ini. Saya sudah lupa kejadian puluhan tahun yang lalu.
Katanya suatu pagi ketika naik motor di kota Cirebon ( kota asal Pdt. B ) mengalami kecelakaan lalu lintas. Kakinya tertabrak motor lain dan mengalami luka pada kaki kanannya. Ia mencari Dokter yang praktek pada pagi itu dan tiba di tempat praktek saya.
Setelah Pak Dokter memeriksa luka saya, katanya kemudian beliau dengan cekatan menjahit luka saya. Luka saya sembuh beberapa hari kemudian. Saya berterima kasih kepada Dokter Basuki.
Wah... saya jadi malu karena saya sudah lupa akan kejadian itu. Maklumlah ada banyak pasien dan kejadiannya sudah puluhan tahun yang silam sehingga saya tidak dapat mengingat satu per satu pasien saya.
Pdt. B bertanya kepada saya “Apakah Dokter Basuki masih ingat saya, Dok?”
Saya menjawab “Maaf, saya saya sudah lupa kejadian itu. Yang saya ingat saya telah menolong anda sebagai pasien saya saat itu. Saya juga tidak tahu bahwa pasien saya itu adalah seorang pendeta”
Grrr.. hadirin tertawa atau mentertawakan saya.
Pdt. B berkata lagi “Kalau saya masih ingat sudah ditolong oleh seorang Dokter, meskipun Dokter-nya sudah melupakan pertolongannya.”
Saya berkata “Tidak apa-apa Pak. Yang penting Bapak sudah sembuh. Terima kasih Bapak masih ingat saya.”
Pdt. B melanjutkan pembicaraanya di hadapan para hadirin. Saya tidak memperhatikan lagi pembicaraan Pdt. B, karena pagi itu saya terharu mendapat pengalaman satu lagi yaitu saya masih diingat oleh mantan pasien saya yang saat itu berdiri dan berbicara di depan saya. Saya berharap misi rombongan Gereja ini memberikan banyak manfaat bagi para Warga Panti Wreda Kasih yang saya layani dalam bidang kesehatan setiap hari Jum’at pagi. Amin.
Rombongan yang terdiri dari belasan orang itu bermaksud berkenalan, menghibur dan memberikan bingkisan bagi Warga Panti. Rombongan ini dipimpin oleh seorang pendeta. Pak Pendeta ini bernama Pdt. B berusia sekitar 60 tahuan. Acara demi acara dilakukan oleh rombongan ini dengan menarik perhatian para hadirin. Dalam acara Pembukaan, Pdt. B ini banyak berbicara tentang Gerejanya, maksud dan tujuan kedatangan rombongan yang dipimpinnya.
Ketika Pdt. B ini melihat saya duduk di tengah hadirin, beliau berkata bahwa ia masih ingat akan Dokter Basuki ( saya ) yang sudah menjahit luka dikakinya pada tahun 1980 an.
Gleg... aku terkejut mendengar pengakuan Pdt. B ini. Saya sudah lupa kejadian puluhan tahun yang lalu.
Katanya suatu pagi ketika naik motor di kota Cirebon ( kota asal Pdt. B ) mengalami kecelakaan lalu lintas. Kakinya tertabrak motor lain dan mengalami luka pada kaki kanannya. Ia mencari Dokter yang praktek pada pagi itu dan tiba di tempat praktek saya.
Setelah Pak Dokter memeriksa luka saya, katanya kemudian beliau dengan cekatan menjahit luka saya. Luka saya sembuh beberapa hari kemudian. Saya berterima kasih kepada Dokter Basuki.
Wah... saya jadi malu karena saya sudah lupa akan kejadian itu. Maklumlah ada banyak pasien dan kejadiannya sudah puluhan tahun yang silam sehingga saya tidak dapat mengingat satu per satu pasien saya.
Pdt. B bertanya kepada saya “Apakah Dokter Basuki masih ingat saya, Dok?”
Saya menjawab “Maaf, saya saya sudah lupa kejadian itu. Yang saya ingat saya telah menolong anda sebagai pasien saya saat itu. Saya juga tidak tahu bahwa pasien saya itu adalah seorang pendeta”
Grrr.. hadirin tertawa atau mentertawakan saya.
Pdt. B berkata lagi “Kalau saya masih ingat sudah ditolong oleh seorang Dokter, meskipun Dokter-nya sudah melupakan pertolongannya.”
Saya berkata “Tidak apa-apa Pak. Yang penting Bapak sudah sembuh. Terima kasih Bapak masih ingat saya.”
Pdt. B melanjutkan pembicaraanya di hadapan para hadirin. Saya tidak memperhatikan lagi pembicaraan Pdt. B, karena pagi itu saya terharu mendapat pengalaman satu lagi yaitu saya masih diingat oleh mantan pasien saya yang saat itu berdiri dan berbicara di depan saya. Saya berharap misi rombongan Gereja ini memberikan banyak manfaat bagi para Warga Panti Wreda Kasih yang saya layani dalam bidang kesehatan setiap hari Jum’at pagi. Amin.
tidak gampang untuk melupakan seseorang yang pernah menolong kita Dok. Apalagi jika pertolongannya beneran mak nyus....
BalasHapusTo: Pande Baik,biasanya saya melupakannya kalau sudah menolong orang lain, tapi sebaliknya orang yg ditolong masih mengingat kejadian tsb. Kalau mengingat-ingat terus memori saya tidak cukup takut kalau jadi hang. Makasih sudah berkunjung ya. Salam sukses.
BalasHapusBenar Dok, kalau kita berbuat baik pasti orang tersebut akan selalu mengingat kita. Saya juga punya pengalaman seperti dokter. Kejadiannya sekitar delapan tahun yang lalu. Ketika itu saya naik taxi dari kantor hendak ke bandara. Saya kasihan mendengar kisah sopir taxi yang sambil terisak2 menceritakan bahwa istrinya yang hamil sekarang berada di rumah sakit dan akan operasi caesar tapi uangnya tidak cukup. Dan pihak rumah sakit tidak mau melakukan operasi kalau administrasinya tidak dilengkapi dahulu. Dan itu sebabnya sang sopir harus berada dijalan untuk mencari kekurangannya, meskipun ia tahu hampil mustahil untuk mendapatkan jumlah yang sesuai dengan yang dibutuhkan. Karena iba, meskipun saya tahu banyak sekali modus penipuan dijalan dengan bemacam cara saya tetap memberikan uang sejumlah yang dibutuhkannya. Eh, ternyata sebulan yang lalu ketika saya hendak ke kantor dari sebuah mall dan hendak masuk ke taksi, sang sopir keluar dan menyalami saya sambil tak henti2 nya mengucap terima kasih. Saya heran, karena tak mengenal sopir ini. Tapi kemudian sang sopir masih mengenali saya dan mengingatkan saya kembali akan cerita di atas beberapa tahun yang lalu dan menceritakan bahwa kini istri dan anaknya telah selamat. Dan akhirnya sang sopir mengantarkan saya ketujuan saya dengan gratis. he..he...he..jadi curhat nih.
BalasHapusTo Happy Cook70: He..he..anda juga pernah mengalami hal yg serupa. Saya lebih suka akan kejujuran dari pada kerjanya menipu / merampok. Kalau mereka jujur, mungkin sekali kita akan memberi lebih besar dp yg ia minta. Sudah banyak yg saya tolong, ada yang masih ingat dan ada yang sudah lupa akan perbuatan saya. Saya tidak peduli. Yang penting saya sudah nelakukan dan memberikan apa yangn bisa saya berikan. Saya iman kepada Tuhan yang juga sudah memberikan berkat utk saya. Mungkin bukan dlm bentuk materi tetapi hal-hal yg lain yg tidak dpt dinilai dg uang spt: kesehatan yg baik, punya banyak relasi, disegani pasien dll hal. Makasih sudah berkunjung. Anda org ke 2 yg paling rajin berkunjung dan memberi komentar. Salam sukses.
BalasHapus