Minggu, Juni 07, 2009

Sedan atau Anak



Manakah yang ingin anda miliki: Sedan / Anak / Keduanya?

1. Ada Pasutri yang memunyai keinginan mempnyai sebuah mobil Sedan. Bersusah payah menabung untuk dapat membeli Sedan dengan cara angsuran ( kalau beli kontan, bisa dicurigai, dari mana uang itu?). Kalau ada uang maka Sedan dapat dimiliki.

2. Ada Pasutri yang sudah menikah lebih dari 1 tahun, tetapi masih belum mempunyai seorang anakpun. Banyak uang dan doa sudah dijalankan tetapi masih belum juga mempunya keturunan. Akhirnya dengan suatu cara, misalnya Bayi tabung ( dengan biaya cukup mahal ), Pasutri ini akhirnya dapat mempunyai anak. Jadi anak ini termasuk anak yang mahal.

3. Ada Pasutri lain yang mempunyai Sedan dan Anak, tetapi anaknya disia-siakan. Lebih mementingkan Sedan dari pada mengasihi anaknya. Aneh tapi nyata.

---

Dalam Kebaktian pagi di Gereja kami, Bpk. Pendeta kami menceritakan sebuah ilustrasi yang sangat menarik:

Ada sebuah Pasutri yang sudah mempunyai anak, Anton ( bukan nama sebenarnya ), usia 4 tahun. Pak Harman ( bukan nama sebenarnya ) akhirnya dapat mempunyai sebuah Sedan baru, warna Putih idamannya. Suatu hari Pak Harman berangkat ke Kantor naik Sepeda motornya. Ia masih merasa sayang Sedan yang masih mulus itu tergores ketika dibawa ke Kantor tempat kerjanya.

Anton yang mulai gemar menggambar, hari itu dengan sebuah Spidol membuat macam-macam gambar diatas permukaan Sedan putih ayahnya. Anton bangga sudah dapat membuat gambar di hampir seluruh permukaan badan Sedan itu.

Pak Harman sepulang dari Kantor, langsung menuju garasi dan mendapatkan Sedan Putih mulus yang baru dimilikinya, penuh dengan coretan Spidol. Pak Harman bertanya kepada Pembantunya. Jawab Pembantunya “Saya tidak tahu Tuan, siapa yang melakukannya. Sepanjang hari saya bekerja di dalama rumah dan Dapur untuk menyiapkan makanan.”

Saat itu datanglah, Anton mendekati ayahnya dan berkata “ Ayah, bukankah gambar saya itu bagus?”

Bukannya memuji Anton, ia malah Pak Harman naik pitam dan berkata kepada putranya “ Anton, kenapa engkau mencoret-coret Sedan ayah? Engkau harus dihukum.”

Tanpa mau mendengar alasan Anton, Pak Harman mengambil sepotong Kayu. Kedua tangan Anton dipukulinya, akibatnya tangan Anton luka dan berdarah. Anton menangis keras-keras, tetapi ayahnya tidak peduli. Perbuatan Pak Harman baru berhenti setelah isterinya memohon agar Anton tidak dipukul lebih lanjut.

Oleh Ibunya, luka Anton dirawat dan diobati. Malang luka Anton pada keesokan harinya menjadi makin parah, tangan Anton bengkak. Pak Harman yang masih marah tidak mau membawa Anton ke Dokter untuk mengobati tangan Anton. Akhirnya tangan Anton mengalami infeksi berat dan harus diamputasi oleh Dokter Bedah. Kini Anton tidak mempunyai kedua tangannya lagi. Meskipun Pak Harman mempunyai Sedan ( idamannya ) dan anak ( kesayangannya ), tetapi untuk apa kalau kedua tangan anaknya buntung? Menyesal kemudian tidak ada artinya lagi.

---

Sampai disini kisah itu berakhir dengan tragis, tetapi kalau mau dilanjutkan maka kisahnya lebih tragis lagi: 

Ibu Anton sedih dan juga marah kepada suaminya yang telah tega berbuat begitu kepada putra mereka, satu-satunya anak yang merupakan keturunan mereka, tetapi kini tangannya cacad berat akibat perbuatan suaminya. Suaminya lebih mementingkan Sedannya dari pada anaknya. Akhirnya isterinya minta cerai, Anton dibawa ibunya. Hiduplah Pak Harman seorang diri dengan sebuah Sedan putih yang penuh coretan Spidol anaknya. Lalu untuk apa hidup ini?

---

Kalau Pak Harman berbuat dengan hati ( bukan dengan pikiran / otaknya ), maka mungkin kisahnya begini:

Anton dipuji bahwa ia sudah dapat menggambar ( tidak semua anak dapat menggambar dengan baik seusianya ). Kemarahannya diredam ( biarlah nanti catnya diperbaiki dibengkel cat mobil ). Untuk mewujudkan kasih sayang kepada ankanya, Anton selanjutnya disediakan sebuah Kanvas untuk melukis atau sebuah Papan Tulis putih ( white board ) sebagai sarana untuk pendidikan menggambar Anton. Pemecahan masalah yang Win-win solution.

---

Kalau anda menjadi Pak Harman, solusi manakah yang akan diambil?

---

Pesan moralnya:
Berpikirlah dahulu lalu bertindak, bukan bertindak dahulu baru berpikir.


---------------------------------------------------------------------------

Walau kecil talentamu, berikanlah yang terbaik untuk Tuhan

---------------------------------------------------------------------------


4 komentar:

  1. Secara pribadi, nyawa jauh lebih penting dari benda. Benda bisa diperbaharui kembali dengan sejumlah uang tertentu. Tapi nyawa ? walaupun teknologi kedokteran sudah makin maju, tetap saja tidak mampu memperbaharui secepat dan segampang memperbaharui benda.

    BalasHapus
  2. To PanDe Baik,

    Saya posting kisah ini agar kita para Ortu, lebih terbuka hatinya dan lebih menyayangi putra/i kita. Amin.

    BalasHapus
  3. Wah, kisah ini sudah berkali-kali saya dnegar dengan berbagai versi. Lebih miris si anak berkata, "Papa, kembalikan tangan Anton. Anton jadnji tidak akan nakal. kalau tidak ada tangan, bagaimana Anton bisa menggambar?" Hiks.

    Dok, apakah secara medis itu bisa? Tangan anak dipukul kayu, infeksi parah dan harus diamputasi?

    BalasHapus
  4. To Kencana,

    Luka pada anak itu tidak diobati dengan baik sehingga terjadi infeksi yg selanjutnya tangan itu membusuk. Dokter harus pilih menyelamatkan nyawa dg hilangnya tangan atau nyawa anak itu melayang dan tangannya juga melayang.

    Jadi menjawab pertanyaan anda, tentu bisa tetapi perlu waktu agar lukanya membusuk dan akhirnya tangan harus diamputasi.

    Salam.

    BalasHapus