Pernahkah anda mengetahui atau mendengar berita kematian suami istri yang meninggal dunia dalam waktu dalam beberapa jam saja, bukan akibat kecelakaan?
Bila belum, inilah kisah nyata yang saya alami pada pagi hari ini.
Sejak saya menjadi dokter praktek tahun 1980, belum pernah saya membuat 2 buah Surat Keterangan Kematian dalam beberapa jam saja bagi pasangan suami isteri. Pagi hari ini saya telah membuatnya. Pasangan ini rupanya ingin sehidup semati.
Pagi hari ini pukul 09.15 saya kedatangan seorang wanita. Saya dimohon kedatangannya di rumah pamannya, Tn. A, 77 tahun. Dari kisah yang saya dnegar dari wanita ini Tn. A, pagi-pagi ke kamar mandi untuk b.a.k. Selesai keperluan kamar mandi, Tn. A bermaksud kembali ke kamar tidur. Ketika ia membuka pintu kamar tidur, mendadak ia terjatuh dan sukar bangun kembali. Tn. A oleh isterinya, Ny. A, 80 tahun dibantu berbaring diatas bed. Sejak pagi itu Tn. A tidak pernah kontak lagi dengan siapapun. Tn. A hidup bersama isterinya dan seorang pembantu. Anak-anak mereka tinggal diluar kota Cirebon.
Ketika saya memeriksa tubuh Tn. A pada pukul 09.30 saya mendapatkan bahwa ia sudah meninggal dunia. Pada lengan kanannya saya melihat luka robek sepanjang 5 cm yang rupanya ketika terjatuh lengan kanan yang berusaha memegang pintu kamar tidur dan lengan kanannya tergores anak kunci yang tipis yang melukai kulit Tn. A. Tampak darah sudah mengering.
Saya mengatakan kepada Ny. A bahwa suaminya sudah dipanggil Tuhan dan saya menyalami Ny. A sambl berkata saya turut berduka cita atas kematian suaminya. Tampak Ny.A sedih dan termenung sesaat ketika saya memberitahukan kematian sang suami. Saya mohon pamit kepadanya dan beberapa orang sanak famili yang datang kemudian. Tampak juga beberapa orang tetangga Tn. A datang berkunjung ke rumah mereka.
Pada jam 12.15 saya kedatangan seorang wanita lain yang memohon kedatangan saya ke rumah Tn. A, karena Ny. A tampaknya sudah tidak bernafas. Saya tidak percaya dan menduga bahwa Ny. A mungkin sedih dan shok ketika ditinggal suaminya.
Pukul 12.30 saya sudah berada di sekitar jalan Kesambi. Saya segera memeriksa tubuh Ny. A. Benar dugaan wanita, keponakan Ny. A yang memanggil saya. Ny. A sudah meninggal dunia. Ya Tuhan… Tragis sekali keluarga Tn. A ini. Sang suami belum di makamkan, sang isteri menyusul sang suami.
Tak lama kemudian Pak RT setempat datang menjenguk rumah Tn. A dan bertanya kepada saya, apakah benar Ny. A sudah meninggal dunia juga? Saya jawab, benar Tn. A dan Ny. A pagi ini sudah meninggal dunia. Benar-benar sehidup semati.
Saya menulis sebuah Surat Keterangan Kematian lagi, di rumah yang sama dan pada pagi yang sama juga. Saya belum pernah menulis Surat Keterangan ini berturut-turut 2 kali bagi sepasang suami-isteri. Saya ikut sedih dan berduka cita yang sedalam-dalamnya. Melihat umur dari KTP mereka memang mereka sudah tergolong Lansia.
Kita sebagai manusia tidak mengetahui apa rencana Tuhan. Yang pasti kita semua pasti akan dipanggil Tuhan satu demi satu pada saatnya.
dalam adat dan budaya Hindu, ada satu upacara yang mengikrarkan satu pasangan untuk sehidup semati.
BalasHapusBiasanya dilakukan saat usia sang pasangan sudah 60 tahun keatas.
Kalo ndak salah namanya 'Ngeteg Pulu'.
Jika sudah melakukan upacara ini, biasanya kalo salah satunya meninggal, maka akan diikuti oleh pasangannya tersebut.
Boleh dipercaya, boleh tidak. :)
To: Pande Baik yang rajin berkunjung, Tn A dan Ny. A rasanya bukan beragama Hindu. Terima kasih atas info tentang Ngeteg Pulu ini. Selama 28 tahun jadi dokter baru kali ini saya membuat Surat Keterangan kematian berturut-turut 2 buah dalam kurun waktu 3 jam bagi suatu pasangan suami isteri. Saat itu saya diliputi perasaan sedih, prihatin, turut berduka cita. Akhirnya saya turut berdoa agar arwah mereka diterima disisi Tuhan Yang Maha Agung. Amin.
BalasHapusJarang diupdate Pak Dokter ?
BalasHapusLihat kemari, Pak.
http://pandebaik.com/2009/01/06/pande-baik-berpindah-ke-lain-hati/
To Pande Baik: kalau mood kurang baik, agak susah menulis nih. Coba nanti saya nulis lagi. Makasih sudah rajin berkunjung ke Blog saya.
BalasHapus