Jumat, Juli 17, 2009

Laptop



Kemarin sore datang berobat pasien langganan saya yang sudah lama tidak berobat. Ibu Juju ( bukan nama sebenarnya ), 57 tahun, ketika melihat ada Laptop di meja kerja saya dan sebuah Desktop dimeja lain, bertanya “ Dok, itu Komputer ya?”

Saya menjawab “Benar, Bu.”

Ibu Juju berkomentar “Saya tidak perlu Komputer. Saya bekerja di Toko saya dari dulu tidak pakai Komputer, Dok.”

Saya menjawab “Kalau mau praktis, pakailah Komputer, Bu.”

“Ah… saya menghitung pun tidak pakai Komputer.”

Saya menjawab dengan sabar “Ibu, dulu Ibu menghitung pakai apa?

“Pakai Swiepoa ( Abakus, alat penghitung yang berasal dari RRC yang terbuat dari butir-butir kayu dalam rangka kayu juga).”

“Sekarang Ibu pakai Kalkulator kan?”, saya pancing dia.

“Betul, sebab Abakus saya sudah usang dan lebih enak pakai Kalkulator.”

Nah ketahuan juga bukan, ia mengikuti kemajuan tehnologi.

Saya berkata lagi “ Ibu, kalau kirim Surat Kilat Khusus atau bayar Pajak Bulanan di Kantor Pos, petugasnya pakai apa? Pakai Komputer bukan?”

Saya melanjutkan “Kalau Ibu beli Tiket Kereta api atau Pesawat terbang, Tiketnya dicetak dengan apa? Pakai Komputer juga bukan?”

Ibu Juju mengangukkan kepalanya.

Saya melanjutkan “Saya juga dulu mengetik surat pakai Mesin Tik biasa, sekarang saya pakai Komputer dan Printer. Kalau mau ambil uang Pensiun, saya datang ke mesin ATM bank saya, sebab sudah uang pensiun saya sudah ditansver dengan Komputer, jadi lebih cepat dan praktis.”

Ibu Juju ngotot dn bertanya “Apa bagusnya Komputer dari pada Mesin Tik biasa?”

Saya menjawab dengan sabar ”Kalau saya salah tik, maka huruf yang salah saya timpa dengan Tipex. Kalau banyak Tipexnya maka kesan si pembaca bahwa saya ini tidak pandai mengetik. Kalau pakai Komputer, maka kesalahan –kesalahan tik dapat diperbaiki dengan cara menghapus huruf tertentu sehingga hasil cetakan di Printer rapih tidak tampak kesalahannya.”

Saya berkata lagi “ Tempo hari ketika Ibu menikahkan putra Ibu yang sulung, mengundang saya. Kartu Undangan itu di buat dengan alat yang namanya Komputer sehingga hasilnya bagus, bahkan ada fotonya segala. Kalau jaman dulu kan tidak bisa diberi foto .”

Ibu Juju lama termenung, berpikir keras lalu berkata “Betul juga ya. Besok saya mau beli Komputer dan ikut Les Komputer. Kasir saya juga akan saya suruh ambil Les komputer agar Toko saya makin maju.”

Saya perlihatkan sebuah gambar yang saya download dari Internet yang menggambarkan 4 orang wanita yang sudah sepuh, tetapi masih getol dengan sebuah Laptop. Ibu Juju terheran-heran melihat gambar itu.

Saya berkomentar “Makanya , Bu jangan kalah sama mereka yang sudah nenek-nenek tapi masih mau berteman dengan Laptop ( komputer jinjing ).”

Wajah Ibu Juju tampak cerah.

Saya melanjutkan dengan berpromosi “ Maaf Bu, saya tidak memaksa agar Ibu membeli Komputer, tetapi kalau Ibu mau maju, milikilah Komputer dan ilmu untuk bekerja dengan Komputer. Percayalah Ibu akan lebih nyaman kalau bekerja dengan Komputer. Juga saat harga Komputer sudah lebih terjangkau. ”

Ibu Juju menjawab “Baik dan terima kasih, Dok atas penjelasan Dokter akan Komputer yang semula saya anti Komputer. Sekarang eh…kok malah jatuh hati kepada Komputer. he..he… Ibu Juju tertawa lepas.

“Dok, saya kesini bukan mau tanya Komputer, tetapi mau berobat.”

“Oh iya, maaf keluhan Ibu apa ya,” saya bertanya dst…dst….

---

Sore ini pengalaman hidup saya bertambah satu lagi.

---

Kutipan:

Anda bosan dengan hidup Anda? Tenggelamkan saja diri Anda ke dalam pekerjaan yang Anda yakini dengan sepenuh hati, hidup dan mati untuk pekerjaan itu, dan Anda akan merasakaan kebahagiaan yang tak terpikir akan Anda miliki ( Dale Carnegie ).





8 komentar:

  1. Memang dok, di Jaman sekarang sulit kalau tidak mengikuti perkembangan jaman, apalagi kalau masih mau hidup di arus globalisasi (kecuali mau hidup di hutan saja kaya tarzan). Tapi untuk orang-orang generasi tua kadang sudah tidak mau repot-repot mempelajari hal yang baru, padahal yang akhirnya bisa memudahkan dirinya sendiri. Ayah dan Ibu saya saja juga seperti itu, mau diajari menggunakan komputer standar saja belum apa-apa sudah menolak. Walaupun tidak semuanya begitu. Mudah-mudahan kalau saya sudah tua pun masih bisa dan mau mengikuti perkembangan.

    salam

    BalasHapus
  2. To Muliblog:

    Memang ada perbedaan pandangan antara generasi lama dan generasi baru.

    Tampaknya level pendidikan 2 generasi itu berbeda. Pada Generasi lama, lulus SD saja sudah lumayan bisa baca tulis.

    Pada Generasai baru: minimal punya pendidikan S1, baru bagus, meskipun cari pekerjaan saat ini masih susah juga ya.

    Saya berprinsip " Use it or lose it".

    Salam sukses.

    BalasHapus
  3. Sulit sekali meninggalkan komputer.

    BalasHapus
  4. To Huda,

    Ah....rupanya kita sudah "keracunan" kemajuan IT. Kalau itu menguntungkan, mengapa tidak kita ikuti? Kalau tidak mengikuti, kita akan ketinggalan.

    "Use it or lose it", setuju, bukan? Salam sukses.

    BalasHapus
  5. Gambarnya bagus sekali. Sangat jarang saya temukan tiyang sepuh (lanjut usia) masih mau menggunakan komputer, canggih pula (baca: laptop).
    Malu kan jika yang masih muda-muda justru masih ada yang ga mau tau dengan perkembangan teknologi yang memang semakin pesat.
    Perkembangan juga menunjukkan semakin bervariasinya fitur-fitur dan komponen-komponen pendukung laptop. Sewajarnya jika perkembangan ini harus diimbangi juga dengan sejumlah pemahaman tersendiri mengenai cara memanfaatkan fitur-fitur tersebut beserta permasalahan yang sering menjadi kendala dalam menggunakan laptop. Di masa depan, teknologi akan lebih maju lagi..Jangan sampai jadi 'gaptek'..
    Iklan Baris Gratis

    BalasHapus
  6. To Pasang Iklan Gratis,

    Pendapat anda benar.
    Urusan belajar tidak pandang usia tua atau muda. Selama mish ada kememauan, maka kita dapat belajar apa saja. Dari pada bengong menghitung hari, bukan?

    Salam sukses.

    BalasHapus
  7. Wah, Pak. Ibu saya juga sama. Ibu saya gaptek. Gak bisa pakai komputer. Beliau juga gak berminat belajar pakai komputer

    BalasHapus
  8. To Kencana,

    Saat ini usia Ibunda anda berapa?

    Sebagian dari generasi tua "malas" mengikuti perkembangan tehnologi. Bagi yang ingin maju, mereka juga akan belajar dan mengikuti perkembangan tehnologi, asal ada kesempatan dan minat yang kuat.

    Saya sendiri belajar Komputer secara autodidak, membaca buku-buku komputer yang sudah banyak dijual di Toko Buku Gramedia yang ada di kota saya dan bertanya kepada orang-orang yang sudah paham komputer.

    Akhirnya saya dapat bekerja dengan komputer misalnya mengetahui berapa Saldo uang saya di Bank tertentu, mengirim uang via Bank tadi ke toko buku saat saya membeli buku, dapat membuat Blog pribadi, menulis surat dengan Komputer, membuat laporan dengan Komputer dll.

    Saya pernah membaca sebuah artikel tentang seorang Ibu Rumah Tangga yang mempunyai putra yang study di USA. Untuk berkomunikasi dengan Ibunya, sang putra menyarankan agar Ibunya membeli dan belajar Komputer ( ikut kursus Komputer ). Beberapa bulan kemudian, Ibu dan putranya yang tinggal jauh di negara lain dapat saling mengirim email. Ini berkat kemauan sang Ibu yang ingin berkomunikasi dengan putranya dengan lebih cepat dan lebih praktis via email ( komputer ).

    Dimana saja, kapan saja, siapa saja ( spt slogan Cola-cola ), akan dapat berkomunikasi, asal ada Komputer yang terkoneksi dengan Internet.

    Motivasilah Ibunda anda agar ia mau belajar Komputer sehingga ia dapat berkomunikasi dengan orang-orang yang dicintainya.

    Semoga dapat membantu.

    Salam.

    BalasHapus