Minggu, November 08, 2009

Penyesalan


Pak H, 60 tahun, mengeluh nyeri dada ( chest pain ) sejak 2 bulan. Sudah berobat kepada Dokter Ahli Jantung dan sudah minum obat-obatan. Chest pain berkurang tetapi tidak hilang 100 %.

Hasil Tekanan Darah dan pemeriksaan darah atas Kolesterol dll dalam batas normal.
Tampak Pak H ini masih cemas, seperti tidak PD ( Percaya Diri ) padahal sudah berobat kepada Dokter Ahli Jantung.

Akhirnya saya menganjurkan agar dicek ke RS Harapan Kita Jakarta. Pak H setuju dan minggu depan akan berangkat.

1 bulan kemudian Pak H datang berobat kepada saya lagi.
Pak H melaporkan bahwa ia sudah pergi ke Penang, Malaysia atas dukungan dan biaya dari anaknya yang bekerja di Jakarta.

Singkat cerita, putra Pak H ini yang mensponsori pemeriksaan Jantung ayahnya di Malaysia. Di salah satu Hospital disana, Pak H telah diperiksa dan dipasang 2 buah ring ( sten ) pada pembuluh darah Koroner Jantungnya. Pulang dari RS Pak H mendapat bekal obat-obatan untuk selama 2 bulan dan diajurkan untuk kontrol setelah obat-obat habis. Tampaknya Pak H ini menderita penyempitan pembuluh Koroner pada Jantungnya yang menyebabkan chest pain.

Meskipun demikian Pak H ini seperti tidak happy. Ia masih mengeluh.

Saya bertanya “Mengapa anda masih berkeluh kesah, kan sudah diberikan tindakan pengobatan yang benar. Putra anda sudah menjadi sponsor pengobatan anda.”

Pak H “Itulah Dok, saya menyesal atas perbuatan saya dulu.”

Saya bertanya “Menyesal? Apa maksud ada?”

Pak H “Saya menyesal sekarang bahwa dulu saya sangat tidak peduli dan tidak memperhatikan anak saya itu. Saya telah mempunyai isteri lagi. Sekarang anak sayalah yang mau membantu kesehatan saya agar saya sehat kembali, padahal saya sudah membuat ia banyak menderita.” Wajah Pak H sedih, murung.

Saya menjawab “Pak H, seorang anak akan selalu mengingat dan berterima kasih kepada ayah dan ibunya yang telah melahirkan dan membesarkan anak-anaknya. Pak H mesti bersyukur bahwa anak anda telah membantu biaya trasport dan pengobatan anda di luar negeri. Anda mesti mengubah sikap anda terhadap anak-anak dan isteri anda. Berbuat baiklah kepada mereka. Kalau anda telah berbuat tidak baik kepada mereka, tetapi mereka masih mau berbuat baik kepada anda, maka anda harus berterima kasih kepada Sang Pencipta. Maukah anda berbuat begitu?"

Saya melihat dua tetes air mata di wajah Pak H.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar