Jumat, Februari 12, 2010

Pasien tidak sembuh






Pasien yang sudah berobat dan belum sembuh pada umumnya datang kembali ( kontrol ) kepada dokter semula.

Setelah berobat, tentu sang pasien dan sang dokter berharap agar pasien dapat sembuh. Kalau mungkin sembuh dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Kesembuhan pasien tergantung dari:

1. Faktor pasien: kepatuhan minum obat ( obat diminum sesuai takaran / dosis yang sudah ditentukan ), sugesti pasien ( ada pasien yang hany amau berobat kepada dokter tertentu / langganannya dan tidak mau berobat kepada dokter lain ) dan obat dibelikan sesuai resep obat dari dokter ( setengah resep atau satu resep penuh ).

2. Faktor penyakit yang diderita pasien: penyakit pada stadium dini ( awal ) lebih mudah disembuhkan dari pada penyakit stadium lanjut ( menahun ) dan lama terapi tiap-tiap penyakit berbeda-beda ( ada yang perlu waktu 1 minggu dan ada yang perlu terapi selama minimal 6 bulan , mislanya pada TBC paru ).

3. Faktor Keluarga: peranan Keluarga pasien juga berpengaruh terhadap kesembuhan pasien, terutama pasien dengan sakit berat. Keluarga pasien sangat diharapkan membantu kebutuhan pasien ( makan, minum, dll kebutuhan pribadi sehari-hari ) agar pasien dapat segera sembuh. Tanpa kesediaan Keluarga membantu pasien maka lebih baik kalau pasien dirawat di Rumah Sakit saja ( itupun kalau tersedia dana untuk biaya perawatan).

Contoh kasus:

1. Ibu Umi ( bukan nama sebenarnya ), 40 tahun, yang menderita Infeksi Saluran Kencing diberi resep obat untuk selama 10 hari. Obat dibeli setengah resep. Hari ke 4 pasien datang kembali dan mengeluh penyakitnya belum sembuh tuntas, pasien masih mengeluh adanya rasa tidak nyaman di bawah pusar ( lokasi Kandung Kemih ), demam sudah hilang. Setelah diperiksa kembali, dokter menyarankan agar sisa obat segera dibeli dan dimum habis sesuai atruran minum. Hari ke 12 pasien datang kembali, melaporkan obat sudah habis dan semua gejala penyakit hilang. Hasil pemeriksaan Urin ( ulangan ) dari Lab. Klinik pada Urine: tidak ditemukan kelainan alias pasien sudah sembuh dari ISK.

2. Bapak Edi ( bukan nama sebenarnya ), 45 tahun berdasar hasil: wawancara, pemeriksaan Fisik dan pemeriksaan Foto Toraks ( Jantung dan Paru-paru ) menderita TBC paru . Pasien diberi resep 4 macam kombinasi obat spesifik untuk TBC paru selama 1 bulan dan diberitahukan agar kontrol setiap obat habis dan lama terapi minimal 6 bulan tenpa terputur-putus. Selain itu juga dianjurkan agar stop merokok, hindari asap rokok sekitarnya dan mengkonsumsi ekstra Protein ( susu, telur, tahu, tempe, kacang-kacangan ). Tiap bulan pasien datang kontrol untuk selama 3 bulan saja.1 bulan berhenti minum obat dan bulan ke 4, pasien datang kembali dan mengeluh sering batuk-batuk lagi. Disini pasien tidak patuh untuk kontrol dan bahkan obat yang seharusnya 6 bulan dihentikan pada bulan ke 3. Jadi pasien tidak patuh minum obat karena pasien merasa penyakitnya sudah sembuh ( sudah tidak mengeluh ada batuk, sesak dll ), meskipun selera makan menurun. Penyakit pasien belum sembuh. Lama minum obat tidak terpenuhi.

Dari ilustrasi di atas maka dapat disimpulkan bahwa tidak mudah menyembuhan penyakit pasien, bila pasien tidak turut membantu penyakitnya sendiri. Anjuran dokter perlu diikuti dengan kepatuhan pasien dalam rangka penyembuhan penyakitnya.

Sering kali keputusan ada di tangan pasien. Mau sembuh atau tidak?
Kalau sudah sembuh, sangat dianjurkan agar penyebab penyakitnya jangan diulangi lagi, misalnya merokok harus dihentikan ( merokok aktip atau perokok pasip ). Bila setelah dinyatakan sembuh lalu merokok kembali maka penyakit TBC paru yang dideritanya dapat kambuh kembali.

Jadi anjuran berhenti merokok memang ada alasannya, yaitu alasan kesehatan dan alasan penghematan uang yang dapat dibelikan untuk hal-hal yang lebih berguna.

8 komentar:

  1. tentang TBC, saya juga pernah menemukan kasus stop OAT, karena pasien menemukan urin dan air matanya berwarna kemerahan (rifampicin) shg mjd takut dan tidak mengkonsumsi obatnya lagi, hal ini mgkn dikarenakan dokter yang memberi resep kurang memberi edukasi tentang efek samping obat yang perlu diketahui pasien.

    BalasHapus
  2. To J. Haryanto,

    Benar. Setiap memberikan resep Rimfampicin, pasien diberitahu, kalau nanti warna urinenya menjadi merah itu o.k. zat warna obat bukan karena darah. Dg demikiana pasien mengerti dan akan patuh minum obatnya

    BalasHapus
  3. Dok,
    Salam kenal Dok, nama saya jake. Saya sudah tuntas minum obat TBC selama 1 thn, dan selama minum obat saya juga perokok aktif. Hala yg saya mau tanyakan, knapa badan saya masih nyeri2 sepertinya daya tahan tubuh naik turun2 dan kadang tdk kuat dingin.Apakah virus TBC nya masih ada Dok.? trimakasih.

    BalasHapus
  4. Setelah anda minum obat kombinasi anti TB selama minimal 6 bln, mestinya peny. anda sdh sembuh.

    Buatlah Foto Thorax ulangan utk melihat kemajuan terapi ( silahkan anda berkonsutasi dg dokter terdekat ).

    Kalau tubuh anda belum fit maka ubahlah pola hidup dan pola makan anda menjadi lebih sehat. Stop Rokok! Maaf percuma anda berobat kalau Rokok tetap jalan terus. Kanker paru dan TBC paru lebih banyak tdp pd pasien yang seelumnya adalah Perokok.

    Makanlah makan yg bergizi: susu, telur, sayuran dan buah2an setiap hari.

    janagn lupa berdoalah,ohon agar tubuh anda tetap sehat dan kuat. Anda masih muda seharusnya tubuh anda lebih kuat dari pada tubuh saya. Amin.

    Salam sukses.

    BalasHapus
  5. Anonim9:00 AM

    dok,salam kenal..nama saya suci.
    tentang tbc..saya terkena penyakit tbc paru sejak tanggal 7 juli 2009 kemudian saya ikut program rujukan pengobatan di puskesmas sampai tanggal 20 desember 2009. Pengobatan tersebut telah dihentikan dengan alasan sudah selesai tahap pengobatan 6 bulannya..
    yang saya tanyakan
    1)apa jangka waktu 6 bulan tidak dihitung dari bulan pertama sejak kita minum obat?karena menurut hitungan saya sebagai orang awam..pengobatan saya baru berlangsung 5 bulan.
    2)selama di puskesmas tes dahak saya slalu negatif, tapi setelah pengobatan itu saya kembali cek ke RS,dan ternyata setelah dironsen, saya harus menjalani pengobatan lagi hingga paru2 saya bersih. yang saya tanyakan, apakah klo tes dahak sudah negatif, tbc kita belum tentu sembuh total?
    3)saya sudah menjalani pengobatan selama hampir 1 tahun, apa obat2an tbc yg saya konsumsi, terutama rifampicin dan inh memiliki efek smping di masa yang akan datang?mengingat saya masih berusia 21 tahu dan belum menikah..
    apa penyakit tbc ini bisa menurun,jika nantinya saya masih belum sembuh total?
    mohon tanggapan jawabannya..
    terima kasih,pak..

    BalasHapus
  6. To Anonymous,
    1. Benar anda bau minum 5 bulan 13 hari ( belum 6 bulan ), silahkan ditanyakan kpd Petugas di Puskesmas anda.
    2. Test Dahak mesti 3 kali ( 3 hari ) berturut-turut. Test yg Negatip perlu di konformasikan dengan hasil pemeriksan Laju Endap Darah (LED) dan Foto Thorax ( Jantung dan Paru ). BIla hasunya baik anda dinyatakan sembuh.
    3. Obat-obat anti TBC dapat mengganggu fungsi hati, sehingga idealnya sebelum dan sesudah minum obat-obat tsb diperiksa Fungsi Hatinya ( LFT, Liver Function Test ). karena dikhawatirkan adanya gangguan fungsi hati.
    Penyakit ini tidak menurun kepada bayi dlm kandungan ( bukan penyakit keturunan ) tetapi penyakit Infeksi yang dapat menular kepada orang lain melali air borne infection ( percikan air liur ). Setelah dinyatakan sembuh maka pasien tidak menularkan penyakit bagi orang lain.

    Penyembuhan penyakit ini juga mesti diimbangi dengan Gizi yang baik, udara bersih, tanpa merokok ( aktip / pasip ), minum obat teratur sesuai petunjuk dokter yg merawatnya.

    BalasHapus
  7. Anonim6:22 AM

    Salam.

    Dok saya mau tanya, biasanya klo kita minum obat TB. jika kita tes urin apakah akan ketahuan obat apa saja yang kita konsumsi?
    kemudian untuk masalah LED saya tinggi, apakah setelah minum obat TB LED saya bia normal y dok?
    karena mungkin dalam waktu dekat ini saya akan tes kesehatan untuk pekerjaan. saya khawatir tidak lolos...
    saya baru konsumsi obat TB 1 hari...
    mohon pencerahannya...

    Terimakasih.

    BalasHapus
  8. To Anonymous,

    Biasanya untuk pemeriksaan calon pegawai, tidak diperiksa atas Urine terhadap semua obat / zat yang ada di dalam Urine Calon pegawai.

    Yang paling mungkin test terhadap Narkoba, tergantung dari kemauan Panitia seleksinya. Terhadap obat anti TB rasanya tidak pernah dilakukan.

    LED yang tinggi bukan monopoli penyakit TBC saja tetapi dapat juga terjadi thd penyakit yang menahun lainnya spt: Radang Tenggorokan, Bronchitis, Infeksi Saluran Kencing dll ).

    Kalau penyakit TB nya sudah diobati selama beberapa buan dari 6 bulan yang seharusnya dilakukan, maka barulah titer LED akan menurun ( meskipun tidak sampai normal ). BIla penyakit sudah diobati selama minimal 6 bulan barulah LED menunjukkan titer yang normal / mendekati normal. Kalau baru 1 hari, rasanya tidak mungkin untuk normal.

    Bila ada calon pegawai yang ber-lED tinggi, bila ada dana maka dianjurkan buat Foto Thorax ( Jantung & Paru2 ). Bila tampak ada Flek pada foto ini, maka dicurigai ada penyakit TB, maka kemungkinan besar bisa tidak lolos seleksi dalam bidang Medis. Bidang2 lain juga patut dipertimbangkan.

    Bila tidak lolos, anda jangan kecil hati. Anda berobatlah sampai sembuh dan lain waktu dapat mengikuti test lagi. Semoga semuanya berjalan lancar. Amin.

    BalasHapus