Rabu, November 23, 2011

Kolik Ginjal



Sore ini datang seorang pasien Pak  K, 4o tahun. Pak K bekerja sebagai Satpam sebuah kantor Pemerintah. Ia datang diantar seorang temannya. Sebuah Becak mengantar Pak K.

Pak K tampak lemah dan harus dibantu untuk memasuki Ruang Tunggu. Sebelum memasuki Ruang Tunggu Pak K minta diantar ke Toilet untuk buang air kecil. Pak K muntah di Toilet. Saya persilahkan Pak K duduk disebuah kursi  di dalam Ruang Periksa. Pakaiannya basah oleh keringat.

“Pak siapa namanya” saya bertanya kepadanya.

“Nama saya K, Dok” jawab pasien degan lemah.

“Berapa usia Bapak?”

“Empat puluh.”

“Dimana rumah Bapak?”

“Di Sumber ( Kabupaten Cirebon ), Dok” jawab Pak K. Wah jauh juga ya.

“Apa yang Bapak rasakan saat ini?” saya bertanya kemudian.

“Pinggang saya nyeri sekali. Saya pernah mengeluarkan batu dari saluran kncing .”

Saat saya memasang manset Tensimeter untuk pengukuran tekanan darahnya, saya merasakan kulit lengannya dingin dan basah oleh keringat. Bajunya juga basah.

Wah …pasien ini rupanya menahan sakit yang hebat.

Tekanan darahnya 160/80 mmHg. Detak Jantung  cepat sekitar 100 / menit. Paru-paru: normal.

Secara spontan saya membuat Air Teh hangat dan manis.

“Pak, Bapak minum dulu Teh manis ini ya, agar badan Bapak lebih kuat.” Saya khawatir kalau pasien ini belum makan saat hendak bertugas malam ini.

Berkeringat banyak mungkin sekali selain menahan nyeri Batu Ginjalnya,  dapat juga karena keadaan kadar Gula yang menurun ( Hipoglikemia ).

Dalam sekejap air Teh itu habis diminumnya.

Saya perhatikan wajah pasien ini. Pucat. Keadaan umumnya lemah dan ia tampak sakit berat.

Saya berkata kepada teman sekerjanya yang turut mengantar Pak K “Pak, sebaiknya Pak K ini dirawat di Rumah sakit terdekat saja. Tubuhnya lemah dan pucat. Ia perlu mendapat pertolongan lebih lanjut.”

Pak K berkata dengan lemah “Dok saya tidak mau dirawat di Rumah Sakit, saya mau pulang ke rumah saja.”

“Pak K, apakah  isteri Bapak ada di rumah?”

“Isteri saya sedang mengajar. Di rumah tidak ada siapa-siapa lagi. Kedua putra  saya ikut isteri saya yang tua.”

Rupanya Pak K ini sudah bercerai dan ia menikah lagi dan belum mempunyai anak lagi. Jadi kalau  mau pulang, nanti siapa yang akan membantu atau merawat pasien ini?

Tidak lama kemudian Ibu M, isteri Pimpinan Kantor dimana Pak K bekerja, datang dengan 3 orang putra/inya. Mereka  datang setelah Kebaktian sore  di sebuah Gereja di kota kami.

Saya melaporkan kepada Ibu M ini bahwa, karyawanya Pak K ini sakit berat dan sebaiknya di rawat di Rumah Sakit sehari dua hari.

Ibu M ini tidak dapat memutuskan. Tidak lama kemudian datang Pak L, atasan Pak K.

Pak L ini memotivasi agar Pak K mau dirawat di Rumah Sakit sesuai anjuran saya.
Pak K tetap tidak mau di rawat di Rumah Sakit. Ia ingin pulang ke rumah saja.

Saya segera membuat sebuah Surat Pengantar dengan Diagnosa Observasi Kolik Ginjal untuk Dokter Jaga di Rumah Sakit setempat. Surat ini saya berikan kepada  Pak L dengan pesan agar Pak K segera dirawat di Rumah Sakit.

Kalau pasien ditanya “Apakah mau di rawat di Rumah Sakit atau tidak.”

Jawabannya hampir pasti “Tidak mau.”

Yang memutuskan dirawat ke Rumah sakit adalah orang yang sehat yang mempunyai pikiran yang jernih dan bukan pasien yang  dalam keadaan sakit tidak berpikiran jernih.

Saya pikir kalau seorang karyawan menderita sakit, pada saat ia menunaikan pekerjaannya maka pihak Kantorlah yang bertangung jawab atas biaya perawatan dan pengobatan karyawannya itu. Keputusan dirawat di Rumah Sakit atau tidak, tentu tanggung jawab pihak Pimpinan Kantor dimana Pak K bekerja.

Sebagai Dokter, memutuskan sebaiknya di rawat di Rumah Sakit malam ini. Kalau besok membaik bisa saja berobat jalan tidak perlu dirawat inap lagi. Semuanya tergantung dari perkembangan penyakit Pak K sebagai pasien.

Memang tidak mudah memotivasi pasien mau di rawat d Rumah Sakit. Ada banyak pertimbangnnya antara lain:
  1. Biaya
  2. Rasa takut
  3. Kapok karena pengalaman dirawat di Rumah Sakit sebelumnya
  4. Belum berunding dengan Keluarga
  5. Dll

Setelah saya memeriksa pasien-pasien lain. Saya melihat mobil yang akan membawa Pak ini sudah datang. Ibu M dan Pak L mohon pamit kepada saya.

Selamat malam.

2 komentar:

  1. saya pernah punya pengalaman serupa dok... suatu kali pasien sesak napas yang sudah diantar ke IGD rumah sakit... setelah dipasangin monitor dan EKG, kondisi semakin memburuk, keluarga bersikeras ingin pulang paksa dan kalau terjadi apa-apa "biarlah di rumah saja"...
    sering kejadian ada pasien yang harus dibawa ke rumah sakit namun keluarga tidak mau, sebaliknya ada yang sudah sampai di rumah sakit, malah bed/kamar yang nggak ada..

    BalasHapus
  2. To Mikhael,

    Terima kasih sudah berkunjung.

    Benar tidak mudah merujuk pasien ke Rumah Sakit. Ada banyak pertimbangan diluar jangkauan Dokter.

    Saya pernah berharap agar saya dberi kemampuan menyembuhkan penyakit pasien hanya dengan meraba / memegang anggota tubuh pasien, tetapi saya tidak mempunyai kemampuan seperti itu. Hanya Dokter Yang Agung yang mempunyai daya sembuh yang luar biasa. Amin.

    Salam.

    BalasHapus