2 Pebruari sore hari di kota Cirebon turun hujan besar Selama
berjam-jam. Demikian besarnya sehingga terjadi banjir di beberapa daerah di
kota Cirebon. Beberapa Mall besar yang ada di kota kami juga terendam banjir. Baru saat itu banjir besar terjadi di kota kami.
Banyak kendaraan bermotor yang terjebak banjir. Banjir menyebabkan
banyak kerugian dan penderitaan
masyarakat. Rumah dan jalan disekitar rumah kami tidak terjadi banjir, hanya
banyak genangan air yang segera surut.
Surat Ijin Mengemudi A saya habis masa berlakunya tepat pada
tanggal 31 Januari 2012. Tanggal 3
Pebruari sebelum saya mengunjungi Panti Wreda Kasih, saya bermaksud akan
memperpanjangnya. Dengan diantar Supir Minibus Gereja, kami pagi-pagi sekitar
pukul 08.15 menuju Kantor Polisi Kota Cirebon.
Saat menunggu difoto, saya
menerima panggilan melalui handphone dari sebuah keluarga, Pak. AN. Dia
mengabarkan bahwa ada salah satu keluarganya yang meninggal dunia pukul 03.00
dini hari dan ingin minta Surat Kematian dari Dokter.
Saya menjawab “Kalau saat ini saya tidak bisa dating, sebab
sedang berada di Kantor Polisi untuk keperluan perpanjangan SIM A.”
Pak AN menjawab “Tidak apa-apa Dok. Kapan Dokter bisa
kerumah kami?”
Saya pikir kalau sudah meninggal dunia berarti bukan keadaan
gawat darurat, sehingga tidak perlu tergesa-gesa mengunjunginya. Sebelum
membuat Surat Keterangan Kematian saya
wajib melihat dan memeriksanya terlebih dahulu.
Saya berkata “Baiklah kalau begitu, bagaimana kalau pukul
13.00 anda jemput saya di rumah, setelah saya kembali dari Panti Wreda. Pagi
ini saya akan memeriksa kesehatan Oma dan Opa dahulu. Mobil jemputannya sudah
ada di dekat saya.”
Pak AN menjawab “Baik Dok pukul 13.00 saya jemput dokter di rumah.”
Pagi itu Jum’at 3 Pebruari 2012 saya memeriksa Oma dan Opa
di Panti Wreda Kasih. Ada seorang Opa TTL, 77 tahun yang baru masuk. Opa ini
pindahan dari sebuah Panti di kota Semarang.
Selesai tugas di Panti saya kembali ke rumah dan makan siang
sebelum Pak AN datang menjemput.
Pak AN datang menjemput saya pukul 13.15. Kami langsung menuju
rumah keluarga yang berduka cita di jalan Amp. Saya tidak melihat banjir di
jalan-jalan menuju rumah mereka.
Di ruang depan sebuah rumah saya melihat ada sebuah peti jenasah. Di
dalamnya terbaring jenasah seorang Oma. Tanda-tanda kehidupan sudah tidak ada.
Suhu tubuhnya sudah dingin, reaksi anak mata ( pupil ) sudah Negatip dan terjadi
pelebaran pupil ( midriasis ). Oma U ini sudah meninggal dunia dan segera saya
membuat Surat Keterangan Kematian. Rencananya Oma U ini akan dikremasikan pada
hari Minggu pukul 10.00.
Saya bertanya kepada pihak keluarga bagaimana kisahnya
sampai Oma U ini meninggal dunia. Adik Oma U yaitu Ny. P berkisah bahwa Oma U
ini sejak lama sakit-sakitan, kesehatannya menurun. Saat tadi malam banjir datang,
mungkin Oma U ini kedinginan. Air di rumah mereka setinggai 50 Cm dan baru surut pada keesokan harinya.
Kematian Oma U ini datang
bersamaan dengan datangnya banjir yang melanda rumah mereka dan sekitarnya. Oma
U sudah terbebas dari penderitaan dunia. Sebagai manusia kita tidak dapat
menawar hidup kita, setiap saat kematian dapat terjadi. “Selamat jalan Oma “.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar