Kemarin sore seorang Ibu memasuki Ruang Periksa saya. Ia ditemani
oleh seorang anak wanita umur sekitar 6 tahun.
Saya bertanya “Siapa nama Ibu, berapa umur Ibu dan dimana
alamat Ibu?” untuk dicatat dalam Catatan Medis Pasien.
Ia menjawab pertanyaan saya.
Tampaknya ia tidak sakit, lalu saya bertanya kembali “Ibu,
apa yang bisa saya bantu?”
Ia menjawab “Saya ingin suntik KB, Dok”
“Ibu sudah pernah disuntik KB?”
Ia menganggukkan kepalanya.
“Boleh saya lihat Kartu Akseptor Ibu?”
“Tidak dibawa, Dok”.
Melihat wajahnya yang acuh tak acuh, saya tidak yakin
kalau ia punya Kartu Akseptor KB. Kalau
benar ia seorang Akseptor KB, maka biasanya
Kartu itu dibawa dan diperlihatkan kepada petugas medis dimana saya (
dokter, bidan, Puskesmas, Klinik KB ). Suntik KB dapat dimana saja , tidak
harus selalu pada petugas yang sama. Kalau kebetulan sedang berada di kota
lain, akseptor dapat minta diruntik oleh petugas kesehatan setempat. Kalau tidak
bawa Kartu Akseptor, petugas tidak yakin apakah benar ia adalah seorang
akseptor KB atau bukan.
“Kapan, tanggal jatuh tempo Ibu harus suntik ulang?” Saya
bertanya untuk mengetahui tanggal berapa ia harus disuntik ulang dan apakah
tanggalnya sudah terlewati atau belum?
“Begini, Dok, suami saya bekerja ikut sebuah kapal yang
berlayar. Ia pulang tiap sekitar 6 bulan
sekali. Nah suami saya mau pulang dan
kami tidak ingin punya anak lagi. Kami sudah punya 2 anak dan ini anak yang
bungsu. Jadi sekarang saya ingin disuntik KB agar tidak hamil lagi.”
“Baik, saya menghargai Ibu dan Bapak yang sudah mengikuti
program KB. Kalau Ibu ikut KB dengan cara suntik KB, maka Ibu harus disuntik
secara teratur tiap 1 bulan atau 3 bulan sekali tergantung obat yang disuntikan
ke badan Ibu. Kalau suami akan pulang Ibu baru disuntik KB, kalau suami tidak pulang
Ibu tidak suntik KB. Ini cara yang tidak baik, Bu. Kalau Ibu tidak ingin hamil
lagi, kalau mau berhubungan dengan Bapak, mintalah suami memakai Kondom agar aman.
Kalau Ibu ingin lebih praktis maka pasanglah Spiral dalam rahim Ibu. Seumur
hidup Ibu aman dan tidak pusing lagi kalau suami mau pulang ke rumah.”
Ibu A mengangguk-anggukan kepalanya. Semoga ia dapat mengerti
apa yang saya jelaskan kepadanya.
Saya berkata lagi “Silahkan Ibu berpikir dahulu. Sementara
ini Ibu bisa beli Kondom di Apotik atau Toko Obat terdekat,” sambil membuka
pintu keluar Ruang Periksa.
---
Selama saya melayani pasien sejak tahun 1980, baru kali
ini saya menjumpai pasien seperti Ibu A. Minta suntik KB musiman.
Selamat pagi.-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar