Selasa, Juli 31, 2007

Akseptor KB


Kepercayaan kepada seorang Dokter bagi pasien ada benarnya. Bila Dokternya sedang ke luar kota atau alasan lain sehingga sang Dokter tidak praktek, maka pasien tsb tidak mau berobat kepada Teman Sejawat lainnya.

Saya dan isteri sama-sama dokter umum. Ketika isteri sedang keluar kota untuk beberapa hari, saya menggantikan praktek sorenya. Saya memasang pengumuman bahwa praktek digantikan oleh saya dengan mencantumkan nomer SIP ( Surat Ijin Praktek ) saya agar para calon pasien yg mau berobat dapat mengetahuinya.

Datanglah seorang akseptor Suntik KB yang ingin mendapatkan suntika ulangan yang biasa dilakukan setiap 3 bulan sekali. Ketika sudah dipersilahkan duduk, ibu akseptor KB ini bertanya " Mana Ibu Dokternya"
Saya menjawab bahwa istri saya sedang ke luar kota dan digantikan oleh saya seperti pengumuman di pintu masuk Ruang Praktek. Ia tidak bersedia disuntik oleh saya, meskipun soal suntik menyuntik di bokong sudah biasa bagi saya, tetapi rupanya sang akseptor malu bila bokongnya disuntik oleh dokter laki-laki. Ibu ini lebih baik pulang dan menunggu kedatangan isteri saya. Saya katakan bila anda malu suntik di bokong, suntikan dapat dilakukan pada lengan atas. Sang akseptor menggelengkan kepalanya. Ya udah mau apa lagi. Saya katakan jangan campur dulu dengan suami sebelum disuntik ulang.

Pasien seperti ini sedikitnya ada 3 orang.
Fakta ini mendukung pernyataan bahwa sugesti yang telah terbentuk yaitu kepercayaan kepada seorang Dokter tidak mudah digantikan oleh Dokter lain. Bagaimana kalau sang Dokter sudah tidak praktek lagi? Saya tidak bisa menjawabnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar