Minggu, Oktober 07, 2007

Mengapa Dokter Hewan?


Suatu sore, 3 bulan sebelum Ujian akhir SMA pada tahun 1965, saya berbincang-bincang dengan ayah.

Ayah bertanya kepada saya “Sebentar lagi kamu Ujian SMA dan setelah lulus ujian kamu akan melanjutkan ke Falultas apa?”
Saya kaget juga ditanya begitu. Ujian saja belum mulai dan apakah saya lulus atau tidak, juga belum tahu.

Setelah berpikir sejenak lalu saya menjawab, ”Kalau saya lulus nanti, saya ingin menjadi menjadi Dokter Hewan, sekolahnya di IPB, Bogor”

Mendengar jawaban saya, wajah ayah sedikit tegang dan berkometar “Apa bagusnya jadi Dokter Hewan?”

Saya menjawab dengan pasti “Dokter Hewan lebih pandai dari pada Dokter Manusia. Saya ingin melanjutkan sekolah yang dapat membuat saya menjadi orang yang paling pandai.” Jawaban saya ini rupanya membuat ayah kecewa.

Ayah bertanya dengan wajah tegang “Apa buktinya kalau Dokter Hewan lebih pandai dari Dokter Manusia?”

Saya berargumentasi “Yah, kalau saya jadi Dokter Hewan, saya dapat mengobati Sapi yang sakit. Sapi tidak bisa bicara, tetapi saya dapat menyembuhkan penyakitnya. Kalau manusia, ketika ditanya oleh Dokter, apanya yang sakit, sudah berapa lama sudah minum obat apa. Ia akan menjawab: badan saya demam, sudah 3 hari dan saya sudah minum obat Aspirin tablet. Nah penyakitnya kan sudah dikasih tahu oleh pasiennya. Jadi Dokter akan mudah mengobati pasiennya. Kalau Sapi sakit kan tidak bisa kasih tahu sakit apa. Jadi Dokter Hewan lebih pandai dari pada Dokter Manusia, kata saya.

Ayah terpojok mendengar jawaban saya, tetapi ayah saya tetap ngotot agar saya menjadi Dokter Manusia.

Saya bertanya “Mengapa ayah ingin agar saya menjadi Dokter Manusia sih”

Ayah menjawab dengan nada lebih lembut “Ayah ingin agar ada anak ayah yang menjadi Dokter Manusia, sebab diantara keluarga besar kita belum ada yang menjadi Dokter.”

Saya bertanya lagi seperti anak yang bego “Apa rasanya sih kalau saya menjadi Dokter Manusia?’

“Kita akan bangga dan kalau ada keluarga yang sakit, kamu dapat mengobatinya tanpa harus membayar lagi. Kamu dapat menolong orang lain.”

Saya terdiam beberapa saat.
Ayah bertanya kepada saya “Mengapa kamu diam. Kamu mau kan?”

Saya menjawab dengan suara kecil “Mau sih mau, tapi...”

Ayah terus mendesak “Tapi apa? Kok ada tapinya”

Saya berterus terang ”Ada 2 masalah yang harus saya hadapi”

“2 masalah apa, coba sebutkan saja.”

Saya berkata “Masalah yang kesatu adalah masalah uang. Kalau saya sebagai anak sulung dari 7 bersaudara, banyak menghabiskan uang ayah untuk sekolah Dokter, lalu apakah 6 adik-adik saya masih dapat sekolah atau tidak, sebab Sekolah Dokter membutuhkan biaya yang besar.”

Ayah segera berkata “Masalah uang biar ayah yang tanggung dan tugas kamu adalah sekolah sampai lulus jadi Dokter. Masalah yang kedua apa?”

Saya menjawab dengan nada yang lebih kecil lagi “Selanjutnya apakah saya mampu menjadi Dokter, sebab sekolahnya sulit.”

Dengan mantap ayah menenangkan perasaan saya dengan berkata “Asal kamu rajin belajar pasti kamu dapat lulus Sekolah Dokter.”

Ayah menyebutkan 8 nama Dokter Umum yang praktek di kota Cirebon. Saat itu memang hanya ada 8 orang Dokter yang praktek di kota kami. Saat ini Oktober 2007, sudah ada sekitar 180 orang Dokter dan Dokter Spesialis, belum termasuk Dokter Gigi.

“Kalau mereka dapat menjadi Dokter, maka kamu juga bisa menjadi Dokter.”

Saya membatin ‘Aduh. Ayah kok ngotot banget sih, minta agar saya menjadi Dokter.” Apakah saya mampu? Saat itu saya tidak tahu, apakah saya mampu atau tidak memenuhi permintaan ayah. Rasanya saya mempunyai beban berat di pundak saya.

Tahun demi tahun saya sekolah Dokter dan akhirnya saya dilantik menjadi Dokter sesuai keinginan ayah. 6 adik-adik saya tidak seorangpun yang tidak sekolah. Tuhan Maha Pengasih. Ayah minta ada 1 anak yang menjadi Dokter, tetapi Tuhan memberikan ayah 2 orang Dokter masuk ke dalam keluarga besar kami. Mengapa? Karena saya menikah degan teman sekuliah dan tahun berikutnya ia lulus menjadi Dokter juga dan setelah menikah dalam keluarga kami ada 2 orang Dokter. Keinginan Ayah sudah terkabul.

Ayah sangat puas dan nampak bahagia dapat menyekolahkan saya menjadi Dokter Manusia dan bukan Dokter Hewan seperti keinginan saya.

Ketika bulan Desember 2005 kami menghadiri wisuda anak kami yang sulung mendjadi Dokter di UNSW, Sydney, berarti ada 3 Dokter dalam keluarga kami. Ayah tentu merasa senang sekali. Minta satu dapat tiga. Puji Tuhan.

Ayahku tidak mengetahui bahwa dalam keluarga kami sudah ada 3 Dokter, bukan hanya 1 Dokter. Ayah telah dipanggil oleh Tuhan pada 4 Mei 1992. Saya yakin disana ayah tersenyum, keinginanya mempunyai anak yang Dokter sudah terkabul.-

32 komentar:

  1. dr Basuki pengalaman anda mirip dengan pengalaman saya pribadi.Saya sulung dari 5 bersaudara.Saya menjadi dokter karena keinginan dari mami saya.Sebenarnya saya ingin jadi insinyur kimia.Well tapi ternyata is good to be a doctor.Saya tak menyesal.
    GBU
    markus

    BalasHapus
  2. To Markus,
    Memang akhirnya saya juga menyenangi profesi saya itu sampai masa pensiun.
    Sama-sama menolong mahluk hidup. Terima kasih anda sudah berjunjung. Sukses selalu.

    BalasHapus
  3. saya juga punya cerita rada-rada hampir mirip dok, bedanya beberapa waktu lagi saya jadi dokter hewan.
    lhoo..., itu ma beda banget!
    salam kenal dok...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hyy, kak
      kakak kuliah dimana fkh nya?

      Hapus
  4. To: Ali Naftuh,
    Terima kasih sudah berkunjung.
    Salam sukses.

    BalasHapus
  5. waahh.. saya pikir akhirny anda jd ambil dokter hewan, ternyata malah akhirnya dokter manusia ya.. jadi agak menurunkan semangat saya jadi dokter hewan. karena saya juga ada kemiripan dengan bapak.

    tgl menghitung hari sblm ujian masuk univ dan keputusan. smg saya bs putuskan yang terbaik. GBU

    BalasHapus
  6. Dok, selamat!!!
    Dokter manusia atau dokter hewan sama saja.
    Btw, saya lebih beruntung dari anda, mempunyai ayah yang membiarkan saya memilih belajar yang saya sukai. Saya masuk fakultas kedokteran hewan karena saya suka dan saya ingin berpraktek sbg dokter hewan. Kenyataannya saya jadi masuk kuliah di FKH di IPB lagi.... Persis yang anda inginkan dulu. Dan menurut saya kuliahnya lebih berat dibanding dengan kedokteran manusia.....
    Sekarang saya sudah lulus dan menjadi dokter hewan proktek di kota kelahiran saya, reog city alias ponorogo. Sukses selalu, Dok.
    Viva veteriner....

    BalasHapus
  7. To: Windam & Vivindwi, saat saya sudah pensiun saya selalu membenarkan bahwa semua profesi tadi semuanya baik sesuai dengan jalurnya. Cintailah pekerjaan kita. Itulah mottonya. Salam sukses.

    BalasHapus
  8. Eyyo Nucleuse Luis Wicaksana10:57 PM

    bnyak org mngeluhkan ttg profesi dokter hewan drpd dokter umum.
    tp saya mau sampaikan. Saat org meremehkan suatu profesi yg tdk bs smua org dpatkan, ttapi anda dpt mnunjukkan bukti nyata bhwa dg profesi dokter hewan, anda brhasil. Maka saat itu anda telah mendeklarasikan kpd org bodoh dg pikiran pendeknya, bhwa bkn dnilai dr profesinya yg salah/ gagal, tetapi manusianya sndiri yg tdk berkompeten melakukan tugasnya sbgai dokter. Tunjukkan, Allahmu sanggup mbuat engkau mjd dokter hewan yg luar biasa drpd dokter umum yg krn gengsi. Ksalahan manusia, hnya mlihat mata dg modal telinga, TDK melihat dg hati dan ucapan syukur. Saya, calon dokter n jg calon dokter hewan. Saya akan hancurkan paradigma sesat manusia ttg profesi kdokteran n akan membuat malu manusia2 yg pnuh gengsi. knp bnyak dokter hewan tdk kompeten, krn sejaK MULANYA, apa yg dia pikirkan, itu yg akan mbuatnya trjadi. Bhkn prnah dlm konfrensi ttg Flu burung dlm kenegaraan, dokter manusia prnah dprmalukan sm dokter hewan. dlm kasus yg sama,tindakan dokter manusia tdk mmbuahkan hasil, tp dokter hewan, brhasil. Pengetahuan ttg mkhluk hdup sbg dasar titik temu prmasalahan suatu pnyakit, lebih dikuasai dokter hewan. Tdk berarti yg ini lebih baik dr yg itu. Smuanya, ditentukan oleh kputusanmu n bkn ikut kputusan org lain. Itu, yg membuatmu berbeda dg mereka. Engkau berhasil krn mengandalkan Allah n tdk mngandalkan manusia. Awalnya mereka mgkn mengolok-olokmu, ttpi akhirnya, Km akan tertawa atas mereka. Anda harus berani menentang cara krja dunia, dg mnunjukkan cara kerja Allah, yg tdk ada yg tdk mgkn. Tdk ada yg tdk berhasil dibuat-Nya.
    Abu =)

    BalasHapus
  9. To Eyyo NLW,

    Terima kasih anda sudah berkunjung dan memberi masukkan. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

    Salam

    BalasHapus
  10. wah...
    masukan'n bermanfaat semua....
    tp ada 1 pertanyaan..
    emng biaya dokter hewan lebih murah dari dokter manusia??

    BalasHapus
  11. To Agung Pryanda,

    Terima kasih sudah berkunjung.

    Saya berminat study Kedokteran Hewan bukan karena apakah biayanya lebih murah dp Kedokteran Umum, tetapi minat saya emang kesana.

    Study di Fak. Kedokteran Umum memang memerlukan biaya yang besar bila dibandingkan dengan study di Fakultas lainnya, sebab disini dalam kuliah tingkat Pre Klinik memerlukan Laboratorium utk Praktikum ( Biologi, Kimia dll ). Pada study di tingkat Klinik ( 2 tahun terakhir ) para student bekerja di Rumah Sakit Pendidikan. Kerja sama dengan RS Pendidikan juga memerlukan biaya yang besar.

    Semoga bermanfaat jawaban saya ini.

    Salam

    Jadi dapat dimengerti kalau study di Kedokteran Umum lebih mahal dibandingkan study di Fak. lainnya.

    BalasHapus
  12. sbelumnya trima kasih sudah mnjawab pertanyaan saya...

    sbnernya saya jg ingin menjadi dokter...
    tp krna masalah biaya saya sulit untuk memutuskannya....
    krna dengar2 dokter hewan lbih murah, jdi skrang sya ingin mmilih dokter hewan saja...

    trima ksih
    Bpak Basuki Pramana

    BalasHapus
  13. To Agung Pryanda,

    Study apapun baik, asal dilakukan dengan penuh pengabdian dan dicintai. Ya benar masalah biaya nampaknya masih menjadi penghalang dalam dunia pendidikan. Salah satu pemecahannya adalah dengan mendapatkan bea siswa.

    Jangan berkecil hati kalau anda tidak dapat study di Fak. Kedokteran Umum. Dunia masih luas.

    Saya mendoakan semoga cita-cita anda terkabul dan tetap semangat. Amin.

    Salam.

    BalasHapus
  14. Anonim8:18 PM

    selamat malam dok. saya seorang siswa yang baru saja lulus SMA, dan saya ingin melanjutkan di FKH Universitas Airlangga :)

    saya mau tanya dok, apakah benar Kedokteran Hewan itu lebih rumit daripada Kedokteran Umum?
    dilihat dari aspek mana saja itu dok?

    BalasHapus
  15. To Khairul Bariyah,

    Tiap Ilmu pengetahuan mempunyai kerumitan dan keasikannya sendiri. Dengan bertambah majunya Ilmu pengetahuan baik itu Kedokteran Hewan, Kedokteran Umum ( manusia ) dan Ilmu-ilmu lainnya, maka menurut saya ilmu pengetahuan yang satu tidak lebih jelek dari pada ilmu pengetahuan laiinya.

    Kedua ilmu pengetahuan kedokteran tsb sama-sama menolong mahluk hidup. Tergantung minat seseorang terhadap ilmu pengetahuan yang akan dipelajarinya, maka ia akan mempunyai pandangan tersendiri kelak.

    Ilmu pengetahuan Kedokteran Hewan sama rumitnya dengan Ilmu Pengetahuan Kedokteran Umum ( manusia ) dan sama asiknya dalam mempelajari Ilmu-ilmu tsb.

    Salam.

    BalasHapus
  16. Anonim3:04 PM

    Nama saya Nopi dok, ibu dari 3 orang anak. Anak saya yang pertama perempuan usianya 9 tahun, dari usia 7 tahun dia bercita-cita jadi dokter hewan. Cita-citanya di dukung dengan kesenangan dia memelihara binatang (walaupun kebanyakan mati), namun karena saya kurang mendukung (geli sama binatang) kadang sy anggap angin lalu cita-citanya. Membaca tulisan dokter , saya jadi tersentil dan berniat mewujudkan keinginan anak saya. Terimakasih dok , sangat menginspirasi.

    BalasHapus
  17. To Nopi,

    Ibu, profesi apapun kalau dilakukan dengan baik dan benar, maka akan memberikan manfaat bagi diri kita dan juga bagi orang-orang lain.

    Sebagai orang tua sebaiknya mendukung cita-cita putra/i kita, apapun itu.

    Contoh bila ada seorang anak yang berkeinginan menjadi ahli Matematika, tetapi Ortunya menginginkan anaknya menjadi seorang dokter. Ia masuk kuliah Fak. Kedokteran selama 1 tahun kuliah, tahun kedua ia keluar dari Fak. Kedokteran, karena minatnya berbeda dengan keinginan ortunya. Dia tidak bisa mengijkuti kuliahnya di Fak. Kedokteran. Akibatnya rugi waktu dan biaya selama 1 tahun.

    Saya mendoakan semoga putri ibu berhasil memenuhi cita-citanya. Amin.

    Salam.

    BalasHapus
  18. Terimakasih atas informasinya Pak. Sekarang menjadi lebih tau bahwa hewan itu juga perlu diberlakkan seperti manusia dalam bidang kesehatan nya...

    BalasHapus
  19. To Dwiya Diwangkara,

    Terima kasih sudah berkunjung dan memberi tanggapan.

    Anmda benar tiap mahluk hidup memerlukan kasih sayang termasuk manusia, hewan dan tumbuhan. Hewan yang diperlakukan dengan kasih oleh kita maka hidupnya akan lebih baik dari pada hewan yang tidak pernah disayangi oleh manusia. Demikian juga dengan tumbuhan/tanaman yang dipelihara dan disayangi oleh manusia maka tumbuhnya akan lebih baik. Apalagi manusia. Manusia yang di sayangi dan dikasihi oleh manusia lain, mereka akan tumbuh jauh lebih baik dari pada yang tidak disayangi oleh manusia lain. Kalau ada manusia yang hidupnya semerawut, tidak teratur, memberontak dll maka mereka sebenarnya tidak mendapat kasih sayang dari orang tuanya dan manusia disekitarnya.

    Salam.

    BalasHapus
  20. Saya siswa kelas 12 yang tahun depan akan melanjutkan studi ke perguran tinggi.
    Tulisan Bapak sangat menginspirasi, saya berencana melanjutkan ke FKH. Namun kelihatan nya orang tua saya kurang setuju, karena mereka pikir menjadi seorang drh, bukan profesi yang memberikan timbal balik yang baik atas investasi yang mereka keluarkan untuk membiayai saya.
    Saya ingin menjadi drh memang ingin melayani, bukan u/ mengejar materi yang melimpah. Namun saya merupakan putra sulung yang harus mensejaterahkan org tua dan adik2 saya. Saya mohon saran dr Bapak Dokter karena di satu sisi kita juga memiliki impian yang sama. Terima kasih Pak.

    BalasHapus
  21. To Leonardo Sanjaya,

    Saya dapat memahami pendapat orang tua anda. Utk menyekolahkan anak-anaknya memerlukan biaya, yang sering kali membutuhkan biaya yang sangat besar. Jadi wajar para orang tua menginginkan agar biaya yg sudah dikeluarkan kelak dapat kembali lagi.

    Salah seorang Dosen saya saat saya masih kuliah di FK thn 1968 berkata "Bila ingin kaya jangan jadi dokter, tetapi jadilah pedagang saja." Saya termenung mendengar ucapan sang Dosen ini. Setelah dipikir-pikir, ada benarnya juga. Pedagang yg mendapat keuntungan ( yg besar ) lama-lama akan menjadi kaya. Dokter dalam menjalankan profesinya utk dapat berpenghasilan utk kehidupan sehari-harinya saja sudah beruntung. Dokter jangan memperkaya dirinya sendiri diatas penderitaan para paseinnya. Ada juga Dokter yg kaya karena warisan dari orang tuanya, ada Dokter yang biasa-biasa saja dan bahkan ada Dokter yang mengabdikan dirinya utk masyarakat sekitarnya dan bahkan tidak menetapkan berapa tarifnya, boleh bayar boleh tidak. Tetapi Tuhan akan memberkati Dokter yang demikian, yang sudah banyak menolong orang banyak.

    Profesi apapun bagus kalau dipergunakan sesuai profesinya dan menolong masyarakat, apalagi yang tidak mampu. Masyarakat akan berterima kasih kepada orang yg berprofesi apapun yang sudah menolong mereka.

    Menjadi Dokter Hewan pun bisa menunjang kehidupan sehari-hari. Misalnya Dokter Hewan yang melayani vaksinasi kepada anjing-anjing peliharaan orang kaya, dapat mempunyai penghasilan yang cukup bagus. Dokter Hewan yang bekerja dipeternakan Sapi, juga berpenghasilan yg bagus.

    Dokter Umum yang bekerja di daerah perifer dengan mengandalkan gaji saja tidak akan cukup utk hidup sehari-hari. Mau praktik sore, juga masyarakat disana tidak mampu membayar Doctor fee, utk membayarnya mereka datang dengan membawa hasil ladang / kebun /sawah mereka. Kalau nanti sudah pindah ke kota besar mungkin kehidupan mereka akan berubah. Jadi tergantung dimana Dokter ini akan bertugas /. berpraktik. Kalau mau kaya dengan cepat janganlah menjadi Dokter, jadilah Pedagang saya. Ada benarnya pendapat ini.

    Sering kali yang ingin menjadi Dokter bukanlah anaknya tetapi orang tuanya. Orang tuanya yang punya dana utk membiayai study anaknya, jadi wajar juga kalau mereka ingin agar kelak kalau sudah jadi Dokter, ia dapat mensejahterakan mereka.

    Ayah saya saat berdiskusi dengan saya saat saya duduk dikelas 3 SMA mengharapkan agar saya mau study di Fak. Kedokteran. Alasannya:
    1. Belum ada diantara Keluarga Besar kami ada yang menjadi dokter. Jadi kalau kelak saya menjadi Dokter, ini akan mengangkat derajat keluarga kami. Maklum pada tahun 1960 an belum banyak jumlah dokter di kota kami.

    2. Nanti kalau ada keluarga kami yg sakit dapat berobat kpd saya dengan tidak usah membayar.

    Ayah saya tidak berharap saya menjadi kaya setelah menjadi Dokter, tetapi dapat menolong orang-orang lain.

    Kita mempunyai 2 tangan. Tangan yg satu utk menolong diri sendiri dan tangan yg lain utk menolong orang-orang lain.

    Keinginan ayah saya sungguh mulia. Ayah saya sudah meninggal dunia pd tahun 1992. Saat ini saya sudah usia 67 tahun dan sudah pensiun dari PNS masih berpraktik pagi dan sore hari. Isteri saya juga sudah pensiun dari PNS, masih praktik pagi dan sore hari utk menolong orang-orang yg membutuhkan pertolongan kami.

    Demikian jawaban saya. Semoga dapat menjadi pertimbangan Anda selanjutnya.

    Salam,
    Dr. Basuki Pramana.

    BalasHapus
  22. Dari sinilah saya selalu mencari informasi dari beberapa teman dan sahabat saya untuk memberikan masukan serta arahah agar aku bisa kuliah di fakultas kedokteran. Akhirnya saya diberikan Salah satu teman dari teman saya memberikan Saya NOMOR HP untuk saya Hubungi, hingga saya langsung menghubungi No HP tersebut, aku menelepon No HP itu sebanyak 2 kali baru bisa terjawab, akhirnya saya berbicara dan menyampaikan keluhan saya selama ini.

    Dia merespon pembicaraan saya dan saya diberi petunjuk Untuk mengikuti 1 kali tes lagi, tapi bukan melalui jalur SNMPTN dan alur kerjasama. Penyampainyannya begini kalau memang adik mau saya bantu dengan janji kelulusan, maka saya akan bantu, tapi dengan 1 catatan adik harus menuruti apa yang akan nantinya saya arahkan, DAN SAYA JAWAB IYA SAYA SIAP, akhirnya dia menyuruh saya UNTUK MENGIKUTI JALUR NONSUBSIDI. Dan Saya jawab bukankah melalui jalur itu harus membayar terlalu banyak, katanya YA benar yang adik bilang, bahkan bisa sampai membayar ratusan juta. Tetapi adik tidak usah khawatir, saya bisa meluluskan adik dengan pembayaran hanya sebesar Rp. 20.000.000, saya menjawab bukankah biaya itu sangat sedikit, untuk jalur nonsubsidi, Ya adik memang benar apa yang adik bilang,

    Dan saya jawab kalau biaya segitu pastinya saya sangat mau. Singkat cerita, hingga akhirnya berkat dia saya dinyatakan LULUS fakultas kedokteran UI yang saya idamkan. Dan itu menjadi rasa syukur yang amat mendalam bagi saya.

    Dan darisinilah saya mengetahui kalau orang yang membantu saya hingga LULUS, adalah PEJABAT DIKTI DARI PUSAT, Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Ditjen Pendidikan Tinggi yang membidangi bagian kemahasiswaan.

    Dia Adalah Kepala Subdirektorat Kemahasiswaan.

    Bpk Dr. Widyo Winarso
    Ini No Hp-nya 0857-5619-0157.

    Anda mau seperti saya yang bisa kuliah di fakultas kedokteran, langsung saja m'hubungi No hp Bpk Dr. Widyo Winarso, Semoga beliau bisa membantu kelulusan anda seperti beliau meluluskan saya dengan hanya mengeluarkan biaya sebesar 20 juta saja.

    Semoga bermanfaat.

    BalasHapus
  23. terima kasih atas infonya. semoga bermanfaat bagi yg membutuhkan.
    salam.

    BalasHapus
  24. Dok saya adalah seorang siswi kelas 12 SMA sebentar lagi tentunya saya akan melanjutkan ke ptn. Sejak dulu saya bercita-cita sebagai dokter, saat sy SMP sy berpikiran untuk menjadi dokter kandungan karena sy kagum dg dokter kandungan. Lalu saat saya masuk SMA saya berubah pikiran ingin menjadi dokter gigi, hingga akhirnya saya berunding dengan ibu saya, beliau menginginkan saya agar saya menjadi dokter hewan, dan saya juga merasa tertarik dengan dokter hewan. Sampai sekarang pun saya sudah hampir mantap dengan pilihan saya, namun saat saya bercerita ke ayah saya, ayah saya tertawa persis seperti yang dokter alami. Ayah saya menyuruh sy agar menjadi dokter manusia. Sekarang saya sangat bingung apakah saya harus memilih FKH atau FK. Saya meyakini pilihan orang tua memang baik tapi ibu dan ayah saya bertentangan, dan saya memang tinggal dengan ibu saya. Disatu sisi ada benarnya yg ayah saya bilang bahwa menjadi dokter umum manfaatnya lebih baik karena dapat menolong sesama. Tapi disisi lain saya tinggal dengan ibu saya yang selama ini merawat saya, saya ingin memberikan kebanggaan untuk ibu saya. Disitu saya merasa sangat bingung. Saya harus memilih FKH atau FK. Menurut dokter bagaimana? Apa yang harus saya lakukan? Terimakasih dok

    BalasHapus
  25. To Putri Apriyanti,

    Sekarang saya menyadari bahwa semua profesi adalah baik, bila dikerjakan dengan sepenuh hati dan dilakukan dengan benar.

    Untuk keinginan ortu, memang dilematis. Begini salah, begitu salah.

    Sebenarnya yang baik adalah keinginan diri sendiri dan bukan menjadi apa yg diinginkan oleh ayah / ibu karena yang akan menjalani adalah diri sendiri.

    Bila menjalani study menurut keinginan Ortu, maka bisa jadi pada tahun ke 2, kita akan drop out dan pindah jurusan karena dirasa tidak sesuai dgn keinginan diri sendiri. Ini akan membuang waktu dan biaya study. Jadi sejak awal kita harus sepenuh hati ambil study yg sesuai dengan keinginan diri sendiri dan bukan keinginan Ortu. Yang sekolah kan anaknya bukan Ortunya. Sebagai Ortu yg bijaksana maka sebaiknya pilihan study diserahkan kepada anaknya yang akan sekolah.

    Berdoalah.memohon kepadaNya diberikan petunjuk yang baik.

    Semoga dapat bermanfaat.

    Salam.

    BalasHapus
  26. Pak, kalo jadi dokter manusia waktu kuliah kedokteran emang saingannya susah banget ya? Ditambah biaya yang gede. Saya bingung mau masuk fakultas kedokteran/kedokteran hewan... :-/

    BalasHapus
  27. begitu saya diterima di fakultas kedokterann hewan ada kekecewaan pada ibu saya, tetapi yg paling semangat adalah ayah saya...

    viva vet

    BalasHapus
  28. To Daffa A.P.

    Ikut testing pada kedua Fakultas ini saja. Nanti diterima dimana, ikuti saja.
    Emang biaya pendidikan di Fak. Kedokteran cukup besar. Untuk mengatasinya anda dapat cari bea siswa utk meringankan biaya.

    Salam

    BalasHapus
  29. To Iyan Kurniawan,

    Yang mau kuliah kan putranya. Mengapa ortu kecewa? Sebagai Ortu seharusnya mendorong keinginan anak-anaknya. Nanti kalau sudah lulus anda dapat berbakti kepada Ortu, kepada negara dan kepada masyarakat. Amin.

    Salam

    BalasHapus
  30. Perkenalkan Pak,saya murid kelas 11 sma yang InshaAllah 2tahun lagi akan melanjutkan studi dijurusan fakultas kedokteran hewan. Semenjak saya memelihara kucing dirumah sejak SMP,ada ketertarikan dan rasa kasih sayang saya yang timbul untuk mengobati dan merawat hewan sehingga saya memantapkan pilihan saya untuk mengambil kedokteran hewan. Saya berfikir andai kata ada banyak manusia yang berpikiran untuk mengambil jurusan kedokteran ataupun jurusan lainnya,lalu siapa yang nantinya akan merawat dan mengobati hewan disaat mereka sakit? Dari situlah saya betul-betul memantapkan pilihan saya. Namun saat saya bilang ke Ayah saya, beliau tidak setuju dengan pilihan saya. Ayah saya berkata bahwa kalau saya mengambil jurusan tsb akan sulit bagi saya untuk mencari pekerjaan,prospek kerja yang sempit. Disitu saya benar benar bingung mau jawab apa. Saya bingung bagaimana meyakinkan beliau. Tolong masukan dan sarannya pak.

    BalasHapus
  31. To Anisah,
    Memang dilematis kalau bicara tentang study. Ortu yg membiayai study putra/i nya ingin anak2nya sekolah seperti yang diinginkan oleh Ortu, misalnya jadi Dokter Umum/spe3sialis, Insinyur, Ahli Tehnik, Sarjana Hukum dll. Tetapi anak2nya lebih menyukai sekolah yg lain, misalnya Sekolah Musik, Olah raga dll.

    Sebenarnya yang mau sekolah itu siapa? kan anak2nya. Biarkan mereka sekolah di jurusan yg mereka senangi dan semoga bisa sukses.

    Saat ini mencari pekerjaan susah. Lulusan S1 juga banyak yang masih nganggur. Akhirnya mereka bekerja tidak sesuai dengan ilmu yg dimilikinya, misanya jadi Satpam di sebuah kantor jadi Pengemudi dll. Ilmu S1 nya tidak dipakai.

    Demikian juga sekolah Kedokteran Hewan mungkin tidak begitu diminati tetapi bidang pekerjaannya cukup menjanjikan, misalnya di peternakan Sapi, merawat hewan peliharaan spt Anjing, Kuda, Kucing dengan honorarium yg layak.

    Ada seorang anak dipaksa oleh ayahnya sekolah Dokter, Lulus tingkat 1, dia keluar tidak melanjutkan ke tingkat 2, karena ilmunya tidak diminati olehnya. Ahirnya dia daftar dan masuk sekolah Musik . Musik sejak dulu olehnya sangat disukai. Akhirnya dia lulus sekolah musik dan menjadi pemusik yg sukses. Nah..dari sini kita belajar bahwa biarkan anak masuk sekolah dgn jurusan yg diminati oleh anaknya dan bukan oleh ayahnya.

    Rejeki Tuhan yang memberikan dan manusia yang berusaha. Berdoalah selalu semoga Tuhan memberikan jalan bagi anda. Amin.

    Salam.

    BalasHapus