Selasa, Januari 01, 2013

Terjepit restleiting celana



Suatu sore datang Pak S, 40 tahun bersama isteri dan putranya. Pak S pasien langganan saya.

“Met sore, dok” kata Pak S.

“Met sore Pak, siapa yang mau berobat?” saya bertanya.

Dengan malu-malu Pak S berkata “Ini dok, putra kami saat pipis, tititnya terjepit restleiting celananya. Ia kesakitan dan langsung saya bawa kemari.”

Putra Pak S ini berumur sekitar 4 tahun. Pada pemeriksaan saya melihat kulit praeputium ( kulit ujung penis ) terjepit restleiting celana pendek pasien.

Saya berkata kepada keluarga Pak S “Wah benar kulitnya terjepit restleiting. Kalau diangkat tentu akan ada luka, maka sebaiknya putra Bapak dikhitan saja sekalian. Nanti saya kirim ke Rumah Sakit Umum terdekat.”

Pak S berunding dengan isterinya. Akhirnya Pak S berkata “Dok, kami belum siap kalau putra kami dikhitan sekarang, karena biaya pesta khitanannya belum kami persiapkan.’

Saya menjawab “Tidak apa-apa, dikhitannya sekarang dan pestanya beberapa bulan kemudian setelah biaya terkumpul.” Pak S tetap tidak mau putranya sekalian dikhitan sekarang.

Akhirnya saya membuatkan Surat Rujukan ke Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum di kota kami.

Saran saya kepada kita semua kaum pria agar berhati-hatilah kalau akan membuka dan menutup restleiting celana yang kita pakai. Kalau tidak hati-hati kejadian yang serupa dengan ini bisa terjadi dan ceritanya bisa jadi panjang.-

4 komentar:

  1. Waduh. Ada juga kasus seperti ini. kejadian sepele berakibat besar. Dihitan kan nggak mesti ada pesta? Mungkin udh tradisi, ya.

    Pasien dokter unik2 juga, ya.

    BalasHapus
  2. To Kencana,

    Bagi umat Muslim, khitanan biasa secara tradisi dirayakan meskipun kecil-kecilan yg mau tidak mau mesti keluar biaya juga. Benar sudah tradisi.

    Unik? engga jugalah, kejadian itu bisa terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari, misalnya saat berkendaraan kita mesti berhati-hati.

    Meskipun sudah berhati-hati, bisa juga terjadi tabrakan kendaraan bermotor saat ada kendaraan yg nyelonong mengambil jalur kiri yg merupakan bagian jalur kita. Mungkin supirnya ngantuk atau habis minum Miras.

    Salam.

    BalasHapus
  3. Oh gitu, toh.

    Saat adik saya dikhitan, gak ada pesta2an segala. Mungkin karena saya bukan Muslim, ya.

    BalasHapus
  4. To Kencana,

    Bagi yang non muslim, khitanan dapat dilakukan anytime, anywhere tanpa perlu ada ritual keagamaan.

    Khitanan dilakukan karena alasan keagamaan dan karena alasan medis yang dapat dilakukan kapan saja tanpa ada pesta.

    Salam.

    BalasHapus