Senin, April 13, 2009

Pelayanan



Foto atas: Dr. Basuki Pramana & iteri, Dr. Hernita Basuki,ketika mengikuti suatu Seminar Kedokteran di Bandung tahun 2006.
Foto bawah: Foto bersama dengan sebagian warga Panti.
===

Suatu hari saya kedatangan pasien Pak. L, 60 tahun, sebaya dengan saya. Pak L adalah pasien lama, se-Gereja dengan saya dan kami sudah kenal satu sana lain.

Keluhan Pak L. batuk, pilek dan ingin cek tekanan darah. Semua dalam batas normal. Pak L hanya menderita Flu.

Ketika saya menulis resep, Pak L bertanya “Dok, boleh saya bertanya?”

“Boleh, silahkan Pak” saya menjawab.

Pak L melanjutkan “Kalau saya perhatikan Dokter setiap minggu memeriksa kesehatan para warga Panti Wreda Kasih milik Gereja. Saya ingin tahu mengapa Dokter mau melakukannya dan dapat honor berapa? Maaf saya bertanya sekedar ingin tahu saja. Dokter jangan marah ya ”

Saya menjawab dengan santai “Ah…engga apa-apa Pak. Bukan rahasia kok. Kalau ditanya mengapa? Jawaban yang pasti saya juga tidak tahu, tapi saya ingin bekerja di ladang Tuhan. Itu saja.”

Pak L mendesak lagi “Lalu apa lagi, Dok?”

Saya bingung juga menjawabnya, lalu disambung lagi “Usia saya yang sudah berkepala 6, semua sudah saya lakukan dan saya ingin hidup bahagia dengan menjalankan suatu syarat.”

Pak L heran dan bertanya lagi “Apa syarat itu, Dok. Saya ingin tahu, karena saya juga ingin hidup bahagia. He..he…”

Saya melanjutkan “Ingin Bahagia? Untuk sehari, pergilah mancing. Untuk sebulan, menikahlah. Untuk setahun, warisilah harta dan untuk selamanya tolonglah orang lain. “

Pak L berkomentar “ O…menolong orang lain. Jadi itu alasan pokoknya: melayani dengan bekerja diladang Tuhan?

Saya menjawab “Betul sekali, Anda sudah menangkap maksud saya.”

Pak L bertanya lagi dengan bersemangat “Berapa honor yang Dokter terima setiap bulan?”

Saya mengerti akhirnya UUD ( Ujung Ujungnya Duit ). Hampir semua hal di dunia saat ini akhirnya UUD juga.

Ditanya begitu saya lalu menjawab apa adanya “Saya tidak mendapat bayaran dari Pengurus Panti atau Gereja, selain transportasi antar dan jemput ke Panti dengan mobil Gereja setiap hari Jam’at. Itupun kalau diantara 3 mobil Gereja ada yang dapat mengantar saya. Kalau ada yang meninggal dunia atau ada tugas pelawatan ke rumah-rumah anggota Jemaat Gereja, semua mobil sibuk dan saya naik kendaraan sendiri pergi ke Panti”.

Pak L berkomentar :”Tidak dapat honor, Dok? Kok Dokter mau?”

Saya menjawab “Pak L, bekerja di ladang Tuhan jangan mengharap dapat uang. Badan tetap sehat saja sudah merupakan honor yang terbesar bagi saya. Saya kan masih dapat cari nafkah dari buka praktek setiap hari kerja. Tuhan selalu memberkati kami, jumlah yang kami dapatkan tidak menjadi soal”

Pak L berkomentar “Luar biasa. Dokter sudah menjadi saluran berkat Tuhan bagi orang-orang lain.”

Saya menjawab dengan satu kata saja “Amin.”

Pak L bertanya lagi ketika hendak meninggalkan ruang periksa “Berapa Dok yang harus saya bayar?”

Saya menjawab “Tidak usah Pak L. Uangnya untuk beli obat di Apotik saja.” Saya tahu kondisi sosial ekonomi Pak L.

Pak L tersenyum “ Terima kasih Dok. Tuhan memberkati. Hari ini saya mendapat satu pengalaman yang bagus sekali.”

Saya tidak tahu Pak L gembira karena digratiskan atau memang tulus dari dalam hatinya. Semoga kedua-duanaya benar. Amin.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar