Rabu, Mei 27, 2009

Histeria


2 hari yang lalu sekitar pukul 15.00 saya dipanggil ke sebuah rumah, dekat dengan tempat tinggal kami. Sebenarnya belum jam praktek, tetapi Pak Asikin ( bukan nama sebenarnya ) memohon kepada saya untuk memeriksa saudaranya yang mendadak pingsan.

Dengan dibonceng naik sepeda motornya, saya menuju ke tempat pasien berada. Sudah beberapa kali saya dijemput ke rumah pasien naik sepeda motor, dpl ( dengan perkataan lain ) dokter naik ojek.

Pasien ini, Ny. Aminah ( bukan nama sebenarnya ), 29 tahun ketika berjalan menuju rumahnya mendadak pingsan. Oleh penduduk sekitarnya Ny. Aminah di angkat dan di baringkan di sebuah bed di rumah terdekat yang kebetulan masih famili Ny. Aminah.

Dari anamnesa ( tanya jawab ) dari famili tsb, ternyata Ny. Aminah ini sudah cerai dengan suaminya sejak 1 tahun yang lalu. Ny. Aminah mempunyai seorang putra, usia 3 tahun. Tampaknya Ny. A kehilangan seorang suami yang dapat melindungi dan memberi nafkah kepadanya dan putra mereka.

Segera saya memeriksa Ny. Aminah. Tampaknya pasien ini dalam keadaan syncope ( pingsan ), tetapi naluri saya menyatakan ia tidak pingsan. Oleh karena itu saya mencoba kontak dengan Ny. Aminah yang kedua matanya terpejam ( tertutup kelopak mata ).

Saya tepuk-tepuk lengan pasien ini dengan disaksikan familinya.
“Ibu Aminah, apa yang dirasa?”, tanya saya.

Ny. Aminah tidak menjawab.

Saya mengajukan sebuah pertanyaan pancingan ( untuk memancing agar ia mau menjawab ) “Ibu Aminah, kepalanya pusing ya?”

Eh…ia mengangguk-anggukan kepalanya dengan lemah. Saya yang berhadapan dengan Ny. Aminah, tahu betul bahwa ia dapat mengangguk dan menjawab pertanyan saya. Jadi mana mungkin orang yang pingsan dapat mendengar perkataan saya dan mau menjawab dengan bahasa tubuh ( mengangguk-anggukkan kepalanya ). Jadi sebenarnya ia tidak pingsan tetapi ia masih sadar dan berperilaku seolah-olah ia pingsan dan menjatuhkan dirinya dijalan menuju rumahnya.

Untuk lebih meyakinkan, saya mengambil senter dan menyinari bola matanya ( setelah kelopak mata kanannya dibuka ). Saya melihat bola mata Ny. Aminah bergerak ke kiri dan kanan, seolah menghindari silaunya sinar dari lampu senter saya. Nah betulkan kata saya dalam hati, ia tidak pingsan, ia sadar tetapi selalu menutup kelopak matanya.

Saya ukur tekanan darahnya, ternyata normal ( 120/80 mmHg ), bunyi jantung dan paru-paru normal, nyeri tekan pada daerah perut tidak ada ( pasien tidak bereaksi ). Fisik ( jasmani ) dalam batas normal, hanya rohani ( psikis ) yang abnormal. Keadaan Ny. Aminah ini dapat digolongkan kepada Histeria.

Histeria lebih banyak terdapat pada wanita. Tindakan pasien Histeria lebih banyak m.p.o. ( menarik perhatian orang ). Wanita yang belum mempunyai kekasih dapat merasakan nyeri dada yang merupakan lambang keinginan untuk dipeluk oleh kekasih yang tidak kunjung datang.

Ny. Aminah menyatakan bahwa kepalanya pusing, yang menurut anggapan saya adalah merupakan lambang dari keinginan kepalanya dielus-elus ( mendapat rasa kasih sayang ) oleh suaminya yang sejak 1 tahun tidak ia dapatkan. Lalu ia merasakan pusing, ia ingin ada orang yang mengelus-elus kepalanya. Ia menjatuhkan dirinya di jalan untuk menarik perhatian orang sekitarnya. Pasien histeria selalu mencari tempat jatuh yang tidak berbahaya, jatuh di atas sofa dll tempat yang empuk dan tidak mau menjatuhkan dirinya misalnya ke kubangan air kotor atau lainnya.

Kepada familinya, saya bilang Ny. Aminah tidak apa-apa, ia sedang Stres, nanti juga akan bangun dengan sendirinya. Kalau ia bangun, tolong diberi air teh manis dan obat yang dibeli dengan resep dari saya. Saya memberikan resep tablet obat anti pusing dan tablet anti depresi untuk 3 hari saja.

Selanjutnya saya mohon pamit dan diantar pulang naik ojek yang tadi.
Selama saya praktek 29 tahun, baru kali ini saya menjumpai kasus Histeria. Selebihnya saya dapat dari materi ketika kuliah di Fak. Kedokteran dan buku text. Rentetan kisahnya jelas sekali dan mudah diikuti kronologisnya oleh saya. Bagi orang lain yang bukan tenaga medis, akan sulit mengetahui kisah penyakit yang tampak pada pasien yang bernama Ny. Aminah ini ( bukan nama sebenranya ).



4 komentar:

  1. Wah,,, hampir sama dg pengalaman saya pak,,
    Ada staf inisial Nn. R (28 th) sering "pingsan" di tempat2 yg enak, dan selalu dekat dengan cowok yg ternyata lg ditaksirnya. Udh 3x saya handle dia,,,,
    Betul ya pak, dia merindukan kekasih yg sampe skrg blm dia miliki. Dia sering mengeluh sakit kepala, sakit dada, tambahan lg karena dia mengidap asthma dan maag (hmm,, stress ulcer ya).
    Tp kayaknya Nn. N ini bukan hanya hysteria pak,, dia sering mengaku2 kalo cowo yg dia taksir itu adalah kekasihnya bahkan mengaku pernah hampir ML. Dan itu bukan hanya pada 1 cowo aja,, itu berlaku buat semua cowo yg dia suka. Termasuk laki saya yg pernah dia gosipkan, katanya laki saya itu dulunya mengejar2 dia,, yaaa,, kesal seh saya dengarnya, tp mau gmn lg, harus dimaklumi aja tph dia sakit jiwa. Tambahan lain, kalo ada org yg cerita hebat dan indah, dia selalu membayangkan bahwa dia di posisi org itu, dan dia ceritakan sm org lain bahwa dia dulu pernah spt itu,,, untung aja dia ga ngaku kalo dia mantan miss universe,, heeeheeheee,,,

    BalasHapus
  2. To Rodesandra:

    Sebenarnya mereka orang yang sakit dan mesti kita bantu pemecahannya.

    Therapy of choice sebenarnya mudah. Segera menikah. Masalahnya adakah Pria yang mau dengan dia / mereka, kalau ia tahu bahwa calon isterinya mempunyai personality yang demikian.

    Kalau tidak ada solusinya, maka kita khawatir ia bisa jadi Psychose. Lalu mendapat Waham pendengaran atau penglihatan, bahkan mungkin sekali mereka mempunyai Halusinasi. Klop sudah diagnosanya jadi Psychose.

    Dalam hidup kita ini ada banyak wanita /pria yang susah dapat jodoh. Entah mengapa, padahal apa yg kurang pada mereka.

    Yang paling enak cari teman sewaktu kita kuliah. Selesai wisuda langsung menikah, seperti kami.

    Kami sangat bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih untuk hidup kami. Kami banyak mendapat berkat dariNya.

    Wah...kepanjangan nih ngetiknya.

    Salam sukses.

    BalasHapus
  3. Litha7:20 PM

    dear Pak Basuki,
    Pak sebetulnya histeria itu bisa digolongkan sebagai penyakit ga? Apakah bisa disamakan dengan tidak dapat mengendalikan diri? Karena kerabat dekat saya ada yang seperti itu, kalau dia sudah tertekan, omongan & tindakannya sudah sulit dikendalikan, bahkan mungkin bisa ada percobaan bunuh diri kalau tidak diawasi betul. Sebagai orang awam, seharusnya bagaimana kita memperlakukannya ya pak? Thanks

    BalasHapus
  4. To Litha,

    Kerabat anda itu Pria atau Wanita? Umur berapa? Sejak kapan ia berperilaku begitu?

    Seseorang yang mengalami Stres dapat memberikan repons: sedih, diam, tidak mau makan, menyendiri, depresi dan kalau depresiya demikian hebat ia dapat melakukan tentamina suicide ( percobaan bunuh diri ) atau bahkan sebaliknya ia akan marah, menyerang orang lain, ngemil berlebihan.

    Pada orag normal, maka beberapa hari kemudian ia akan berperilaku normal lagi, apalagi kalau Stresnya sudah teratasi oleh dirinya sendiri atau dengan bantuan orang lain.

    Kalau perilakunya tidak berubah setelah beberapa minggu/bulan maka kita mesti waspada, apakah ia mengalami suatu kelainan jiwa ( somatoform disorder ), dengan bentuk yang macam-macam spt: Conversion disorder, Somatization disorder ( Hysteria ), Hypochondriasis dll.

    Sebaiknya kerabat anda berkonsultasi dengan seorang Psychiater terdekat.
    Beliau akan menganalisa psikhis kerabat anda dan selanjutnya akan memberikan terapi yang sesuai.

    Terima kasih sudah berkunjung.

    Salam.

    BalasHapus