Minggu, Mei 17, 2009

Kleptomania



Saya pernah mempunyai seorang kenalan ( Pak S ). Rumah keluarga S ini disebrang sebuah Mall. Ibu S sering berurusan dengan pihak Keamanan Mall tsb. Persolannya karena Ibu S ini beberapa kali ketahuan mengambil barang-barang dari Mall tsb. Akhirnya Pak S yang membayarnya dan berpesan bila Ibu S mengambil barang, dihitung saja berapa ? nanti Pak S yang melunasi harga brang yang sudah dimabil isterinya. Ibu S akhirnya diketahui sebagai pengidap Kleptomani. Pak S meninggal sekitar 3 tahun yang lalu. Ibu S sudah pindah ke kota lain turut dengan kedua putrinya yang sudah bekerja.

---

Kleptomania ( bahasa Yunani ) kleptein = mencuri, dan mania = kegemaran berlebihan.

Kleptomania adalah penyakit Jiwa yang membuat penderitanya tidak dapat menahan diri untuk mencuri. Benda-benda yang dicuri umumnya barang-barang yang tidak berharga ( gula, permen, ssisir atau lainnya ). Penderita biasanya merakan tegang subjektip sebelum mencuri dan merasa lega atau kenikmatan setelah melakaukan tindakan mencuri tadi. Tindakan ini harus dibedakan dari tindakan mencuri biasa yang biasanya didorong oleh motivasi keuntungan dan telah direncanakan sebelumnya. Tidak ada batasan umur atau jabatan atau kaya dan miskin. 

Penyebab:
Penyebabnya tidak diketaui persis, kemungkinan ada faktor genetik. Penyakit ini muncul pada usia Puber dan sampai Dewasa. Dapat terjadi pada jenis kelamin pria dan wanita, pada wanita frekwensinya lebih banyak. Pada beberapa kasus, Kleptomania diderita seumur hidup. Penderita mungkin menderita kelainan Jiwa lainnya, seperti: Kelainan emosi, Bulimia nervosa ( rasa lapar berlebihan ), Paranoid, Schizoid atau Borderline Personality Disorder. Kleptomania dapat muncul setelah terjadi Trauma ( benturan ) pada Otak dan keracunan Karbon Mono-oksida ( gas CO )

Gejala:
Para Kleptomania melakukan pencurian bukan untuk memenuhi kebutuhan pribadinya sendiri atau untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi sebagai tanda kebanggan atas dirinya sendiri dan untuk memenuhi rasa puas yang menguasai pikirannya, sehingga kadang-kadang para Kleptomania setelah mencuri akan membuang begitu saja hasil curiannya atau diberikan kepada orang lain sebagai hadiah, seolah-olah itu miliknya sendiri.

Asosiasi Jiwa Amerika menerbitkan buku panduan untuk mendiagnosa gangguan mental yaitu: Diagnostik dan Statistik Manual dari Gangguan Mental, edisi 2000, berisi daftar 5 kriteria diagnostik untuk kasus Kleptomani, yaitu:

1. Berulang pencurian benda-benda yang tidak perlu, baik untuk pribadi atau menggunakan nilai moneter.
2. Meningkatkan ketegangan segera sebelum pencurian.
3. Pleasure atau yang timbul ketika melakukan pencurian.
4. Pencurian tidak didorong oleh marah atau balas dendam dan tidak disebabkan oleh khayalan atau angan-angan.
5. Perilaku yang tidak baik menyumbang dengan melakukan kekacauan, manik episode atau Gangguan kepribadian antisosial.

Terapi:
Kleptomania membutuhkan Terapi rutin yang terus menerus untuk menumbuhkan rasa empati dan mengalihkan rasa emosi untuk menekan dan melatih diri meredam perasaan iningin memiliki barang orang lain. Ini memerlukan waktu panjang karena Kleptomania merupakan ketidaksadaran refleksi otak dan akan kembali kambuh bila terapi terabaikan, atau orang yang mensupportnya / kalangan / keluarga / orang yang sangat dipercayainya kurang perhatian. Pengidap Kleptomani ini harus mendapat perhatian yang cukup karena mereka yang ingin sembuh atau sadar akan kebiasaan jeleknya kadang akan malu sehingga selalu menghindari khalayak ramai atau suka hidup menyendiri.
Pengobatan termasuk Pskikoterapi seperti: Terapi kognitif-perilaku rasional dan terapi emosional.
Terapi farmakologi dengan obat-obatan dengan obat Anti depresant Fluoxetine dan Naltrexone juga dapat membantu.




9 komentar:

  1. kalo mencuri ide dari media buat bahan BLoG, termasuk kategori klepTo gak Dok ?
    -pengalaman pribadi-

    BalasHapus
  2. To PanDe Baik:

    Rasanya itu bukan termasuk Kleptomani, o.k. yg diambil bukan barangnya tetapi idenya. Pada Kleptomani yang diambil memang barangnya.

    Ide itu bisa berkembang menjadi produk lain.

    BalasHapus
  3. Anonim1:28 PM

    saya juga baru menyadari klo anak saya yg berumur 7 thn menderita klepto..emg biasaada barang2 yg dibw dr sekolah seperti mainan ato alat tulis, ketika ditanya pasti itu diberi oleh teman atodia pinjam...beberapa hr yg ll sepupunya kehilangn duit dan dia dituduh ll buat penyangkalan setelah ditanya 2trs akhrnya mengaku..dam itu bersamaan dgn dia mengambil dompet dr tetangga sebelh,setlh ditanya dia blg krn udah lm kepingin dompet itu,sy malu dgn keluarga..apa yg hrs saya lakukan agar anak saya tdk mengulang kembali dikarenakan dia mash sangt kecil,terima kasih

    BalasHapus
  4. Anonim9:45 PM

    pengalaman saya terjadi setelah menikah,........
    dimana hati, tak dapat mengungkapkan perasasan dan problem, tanpa direncanakan terjadilah keinginan tuk mencuri bila ke supermarket, yg barang2 kecil sebenarnya bisa saya beli ......... saya sadar perbuatan itu tak baik dilakukan, akan didenda lebih besar& saya rasakan hati kecil menolaknya tapi dorogan yg memenangkannya tak peduli akibatnya. maka sudah bbrp kali berurusan dg berwajib. bagai mana mencegahnya dg terapi yg baik??

    BalasHapus
  5. To Anonymous,

    Kalau anda sudah menyadarinya, bagus. Psychotherapy dapat membantu anda. Silahkan berkonsultasi dengan Dokter Psichiatry terdekat.

    BalasHapus
  6. Anonim11:35 PM

    salam sejahtera Pak Basuki...
    saya ika, mahasiswi psikologi tingkat IV.
    saya tertarik utk melakukan penelitian yg terkait dgn kleptomania.. tp saya bingung, bagaimana cara saya mendapstkan sampel...
    apakah ada saran utk saya?

    Note : apabila ada penderita kleptomania yg bersedia membantu saya untuk sharing, saya sungguh2 berterima kasih....

    salam hormat, ika..

    BalasHapus
  7. To Ika,

    Terima kasih sudah berkunjung.

    Untuk membuat Penelitian kasus ini memang bagus, hanya untuk mendapatkan penderitanya ( utk dilakukan wawancara ), cukup sulit. Sebabnya penderita dan keluarganya berusaha menurup diri agar orang lain tidak mengetahui bahwa ia menderita kelainan tsb.

    Kasus yang sering terjadi biasanya di Mall-mall. Bila anda punya relasi atau teman yang bekeja sebagai petugas Security ( Satpam ) atau Pimpinan Mall tsb, anda bisa mencari tahu siapa-siapa yang sering ketahuan mengambil barang-barang di Mall tsb. Biasanya mereka akan mencatat identitas diri orang-orang yang demikian.

    Bila anda mempunyai salah satu relasi/famili yg menderita kelainan ini ( cari tahu, dengar-dengar dari famili lain ) , tentu anda dapat melakukan tugas penelitian anda.

    Orang dalam artikel saya ini sudah hijrah ke kota lain dan saya tidak tahu dimana alamatnya. Bilapun diketahui alamat dan orangnya, belum tentu keluarganya bersedia / mengijinkan untuk dilakukan penelitian.

    Rasa malu merupakan penghambat terbesar utk menjalin komunikasi dengan penderita. Dapat 1 penderita saja sudah cukup bagus, karena tidak mudah mendapatkannya.

    Banyak Blogger yang bertanya kepada saya, tetapi mereka juga sering tidak ingin dirinya diketahui oleh saya ( mengaku sebagai Anonymous ) tapi mereka ingin mendapatkan sesuatu ( jawaban )dari saya. Jadi tidak imbang. Kalau ingin menerima sesuatu maka haruslah kita mau memberi kepada orang lain. Memberi harus lebih dahulu dari pada menerima sesuatu dari orang lain,misalnya memberikan Identitas diri, berkenalan dengan cara baik-baik.
    .

    Sebagai mahasiswi Psikologi tentulah anda sudah memaklumi hal tsb. Anda jangan berkecil hati. Anda dapat bekerja sama dengan rekan-rekan lain utk menyeleaikan penelitian anda.

    Salam,
    Basuki Pramana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anonim6:21 PM

      terima kasih banyak atas jawaban Anda pak Basuki..
      saya memang telah bertanya kpd byk pihak. sebenarnya banyak diantara teman saya yang mengenal penderita kleptomania. bahkan mungkin saya telah mendengar >5 kasus, pdhal saya baru sehari dua hari mencari informasi.
      namun yg menjadi kendala adalah semua org yg saya tanya berkata bahwa penderita kleptomania tdk mengakui bahwa dirinya kleptomania...
      sbenarnya saya sangat tertarik dgn penelitian ini karena saya sendiri terkejut dgn fakta bahwa banyak penderita kleptomania yg bertanya2 mengenai dirinya sendiri. saya sungguh ingin memberikan kontribusi terhadap masalah tersebut, namun saya sangat bingung bagaimana cara menemukan sampel yg bersedia untuk sharing.

      saya ingin bertanya lagi pak, misalnya apabila penelitian saya dilakukan dengan meminta penderita utk mengisi kuesioner secara online, apakah ada kemungkinan para penderita akan bersedia membantu saya ya? trima kasih banyak atas perhatian dan jawaban bapak, sungguh sangat membantu bagi saya :)

      salam, Ika..

      Hapus
  8. To Ika,

    Para penderita tidak mengatakan yang sebenarnya o.k. merasa malu, kelainannaya diketahui orang.

    Questioner secara online, bisa saja tetapi hasilnya masih ? Yang ideal adalah dengan bicara langsung.

    1. Kalau online data dapat dimanipulasi atau memberikan jawaban tidak sebenarnya. Jadi susah menilainya dan data tidak akurat.

    2. belum semua orang dapat mengakses Internet sehingga hasilnya kurang banyak juga.

    Salam,
    Basuki Pramana

    =========

    BalasHapus