Jumat, April 02, 2010

Rahasia






Kemarin datang berobat Pak K, 35 tahun yang berkerja di salah satu perusahaan swasta.
Keluhan Flu memang banyak diderita pada saat ini dimana hujan masih banyak turun dan udara menjadi agak dingin.

Setelah mendapat pelayanan kesehatan dari saya dan menerima resep obat, Pak K minta diberi Kwitansi pembayaran seperti lazimnya karyawan yang berobat kepada saya.

Permintaan Pak K. agar pada Kwitansi itu dituliskan Diagnosa penyakitnya inilah yang menggelitik saya.

Saya bertanya “Pak, sebenarnya untuk apa sih pihak perusahaan anda mengetahui penyakit para karyawannya?”

Pak K “Iya dok, saya juga tidak tahu untuk apa. Lagi pula kalau dokter menuliskan diagnosa penyakit, apakah yang berwenang di kantor saya dapat mengerti.”

Saya melanjutkan “Pak, sebenarnya antara dokter dan pasien ada rahasia jabatan. Dokter tidak boleh memberitahukan penyakit pasiennya kepada pihak ketiga ( suami / isteri / orang tua / mertua / anak / anak mantu / atasan / baweahan / bendahara di kantor dll ), kecuali kalau penyakitnya itu merupakan penyakit Wabah seperti Demam Berdarah dll. Dokter boleh membocorkan rahasia ini bila pasien menyetujuinya. Nah bagaimana kalau pasien / karyawan itu sakit kelamin setiap bulannya? Pasti Bendahara di kantor anda mengetahui penyakit anda dan dapat pula membocorkan kepada orang lain. Akibatnya anda akan mendapat malu yang sebenarnya tidak perlu diketahui oleh orang lain.”

Pak K menjawab “Benar kata doter itu, tetapi kalau pada kwitansi tidak tercantum diagnosa penyakit, saya tidak mendapat penggantian dari kantor.”

“Ya Tuhan.... sudah salah kaprah. Pihak Kantor dapat mengetahui isi perut ( gaji semua karyawan ) dan juga semua rahasia kesehatan para karyawannya. Hak azasi para karyawan sudah dilanggarnya. Anehnya tidak ada satu karyawanpun yang protes atau demo. Pasrah demi mendapatkan penggantian biaya berobat. Pihak karyawan selalu dikalahkan oleh pihak pemberi kerja.

---

Beberapa bulan yang lalu saya ingin mengetahui berapa saldo tabungan saya di salah satu Bank. Saya pikir sambil mengambil kwitansi pembayaran PLN, PDAM dan Telepon yang didebet oleh Bank saya itu, saya bertanya kepada salah seorang Customer Service yang bertugas saat itu.

Saya bertanya “Ibu, saya ingin tahu berapa saldo tabungan saya, ini nomer rekening tabungan saya. Saya lupa membawa kartu ATM saya sehingga saya tidak dapat melihat saldo di mesin ATM.”

Sang CS menjawab dengan anggunnya “Saya tidak bisa memberitahukannya, kecuali kalau Bapak punya rekening Giro ( yang dapat dipakai untuk membuat Giro / Cek ).”

Saya ngeyel “Mengapa tidak boleh mengetahui uang saya sendiri di Bank ini.”

Sang CS menjawab “Itu rahasia Bank!”

Glek…saya terhenyak. Rahasia Bank? Dokter juga punya Rahasia Pasien yang tidak boleh pihak Bank mengetahuinya, tetapi tetap bila karyawannya berobat minta diberikan Diagnosa ( Rahasia Pasien ) pada Kwitansi pembayaran. Dunia sudah terbalik-balik.

Para Nasabah tidak boleh bertanya berapa sisa saldo tabungannya langsung kepada pihak CS. Boleh diketahui hanya dengan melihatnya di mesin ATM atau melalui Internet Banking yang tidak semua nasabah dapat mengaksesnya sebab masih Gaptek atau tidak punya Komputer.

Hari itu pengetahui saya bertambah satu lagi yaitu tentang sebuah Rahasia Bank dan Rahasia Pasien. Sama rahasianya tetapi beda pelaksanaannya!

---

Saldo di Bank bukan ukuran dari kekayaan anda.
Kekayaan adalah apa yang ada disekeliling hidup anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar