Rabu, Mei 18, 2011

Curug Si Domba


Curug atau Air terjun. Lokasi air terjun tentu di daerah pegunungan. Air akan mengalir ke tempat yang lebih rendah.

17 Mei 2011 merupakan hari libur nasional ( Waisak ). Kami ingin sekedar refreshing, meninggalkan sejenak rutinitas kami. Kebetulan adik wanita saya  datang dari Jakarta menengok Ibu kami seperti biasa. Adik saya datang bersama seorang teman wanitanya yang gemar melancong.

Pukul 09.15 kami bertujuh ( termasuk ) supir, drive sebuah Minibus Toyota. Kami memutuskan akan berkunjung ke objek pariwisata Cibulan ( Puncak bagi warga Jakarta ). Jarak kota kami, Cirebon  - Cibulan sekitar 25 Km, ke arah kota Kuningan. Cibulan berlokasi di daerah pegunungan G. Ciremai yang berudara sejuk.

Kami semua sudah ber-ratus kali mengunjungi Cibulan. Selain udara yang sejuk ( maklum berada di kaki G. Ciremai ), disini ada kolam renang berair sejuk yang dihuni  ratusan Ikan yang dianggap keramat oleh penduduk sekitar. Ikan ini berwarna hitam dan ada yang berukuran sepanjang 60 – 70 Cm. Orang yang berenang di kola mini akan ditemani berenang oleh ikan-ikan yang jinak ini.

Selain Cibulan kami mendapat informasi dari seorang famili, ada objek pariwisata di dekat Cibulan yaitu Desa Si Domba. Kami semua ingin mengetahui Si Domba ini. Disini konon pemandangan alamnya bagus, ada air terjun, tempat / kios makan, kolan renang dll.

Sejak kecil sampai setua ini, saya pribadi belum pernah mendengar ada Desa Si Domba di dekat Cibulan. Supir kami dan semua peserta piknik ini belum ada yang tahu tentang Si Domba tsb. Ada apa gerangan di Si Domba ini.

Konon objek pariwisata ini dikelola oleh pengelola sebuah Pondok Pesantren pada tahun 2004. Mendekati Curug Si Domba kami melihat ada sebuah Gedung Bertingkat  yang cukup besar dan megah yaitu Pondok Pesantren.

Kami bermaksud hendak bertanya dimana lokasi desa Si Domba ini. Saat kami melintas jalan raya sebelum mencapai Cibulan, kami melihat sebuah papan penunjuk arah yang berukuran kecil yang bertuliskan “Curug Si Domba” ( rupanya disponsori oleh Perusahaan Teh Botol ). Penunjuk arah ini hanya terbaca saat kita  melintas dari Cirebon menuju Kuningan. Kalau dari arah Kuningan – Cirebon, penunjuk arah ini tidak akan terbaca sebab hanya dibuat 1 sisi saja.

Penunjuk arah ini berada di tepi jalan raya disebelah kiri jalan. Kira-kira 100 meter sebelum berbelok jalan ke kanan menuju Cibulan, penunjuk arah ini dipasang. Dari informasi seorang tukang ojek, jarak Curug Si Domba ini sekitar 3 Km ( menurut kami rasanya sedikit lebih jauh ).

Jalan aspal mulai mendaki, maklum daerah perbukitan. Jalan berkelok-kelok. Sayang tidak ada rambu lalu lintas atau penunjuk arah menuju Desa Si Domba ini. Yang  membuat kami kagum adalah jalanan di daerah menuju Si Domba mulus beraspal hotmix dan tidak ada jalan yang rusak sedikitpun. Hebat juga nih perawatannya.

Saat Minibus kami akan berbelok kanan, kami melihat ada 2 Bus Pariwisata yang belok dari arah yang berlawanan. Rupanya Bus tadi akan menuju objek pariwisata yang sama.

Pada saatnya kami berhenti di sebuah lokasi tempat penjualan karcis masuk. Taripnya: Rp. 5.000,- /orang dan Rp. 2.000,- /Sedan. Minibus. Retribusi ini setiap hari ( terutama weekend / libur ) tentu akan berjumlah besar. Jumlah orang yang banyak ( sekitar 1.000 an ) yang kami temui di lokasi ini.

Setiba di halaman parkir, kami  melihat sudah banyak mobil sedan, minibus, bus pariwisata berada disana. Di area utama, sebuah halaman  cukup luas dan berudara sejuk, kami melihat: sebuah podium Musik untuk menghibur pengunjung, kios-kios tempat makan, kios penjual Sovenir ( patung Domba / kambing jantan dari bulu artificial, T-shirt berlogo / teks Si Domba, jam dinding dengan background Si Domba, Sandal jepit dll.

Saat kami naik dari Curug, kami mendengar seorang wanita remaja sedang in action di iringi alunan sebuah Band Musik. Para pengunjung juga diperbolehkan untuk menyumbangkan suaranya.

Kami juga melihat lalu lalang  beberapa mobil yang berhias Domba di bagian depan kendaraan yang berfungsi sebagai pengantar pengunjung yang ingin melihat lingkungan area pariwisata Si Domba ini dengan membayar biaya naik. Kondisi jalan aspal yang mendaki ini membuat supir harus menancap gas agar mobil yang mengangkut sekitar 10-12 penumpang ini dapat melaju dan membuat suara gaduh dari knalpot kendaraan tadi.

Ada beberapa tempat parkir di daerah perbukitan ini yang banyak pepohonan rindang. Di setiap lokasi yang strategis  dibangun sebuah tempat bernaung berukuran 4 x 4 meter dan berlantai keramik mengkilap berwarna biru. Ada banyak pengunjung yang duduk-duduk sambil menyantap makanan yang dibawa dari rumah. Persis piknik, nyaman di alam terbuka dan berudara sejuk, ber AC alam.

Di tempat-tempat sepi tampak banyak sepeda motor yang diparkir. Pengendaranya pria dan wanita remaja, asik ngobrol, duduk berduaan. Saat Minibus kami melintas, mereka tampak menutup wajahnya malu-malu ketahuan ada orang yang lewat. He…he…



Minibus kami terus melaju  mendaki dan menurun mengikuti area perbukitan. Kami melihat juga semacam Kebun binatang (?). Tampak kandang Domba, Monyet Burung dll hewan pelihraan. Di sisi lain kami melihat tempat berayun-ayun. Cocok untuk anak Balita.

Di sisi lain ada beberapa lapangan kosong. Di tengah lapangan saya melihat bekas api unggun. Rupanya disini juga disediakan camping area. Di tepi lapangan tampak bangunan Toilet-toilet. Pada di tepi  tiap lapangan saya melihat ada selokan  berair jernih mengalir menuju ke tempat yang lebih rendah. Pas cocok untuk mereka yang  gemar camping. Suasana yang aman, damai, sejuk. Bagus untuk refreshing dari kesibukan perkotaan.



Disuatu bukit kami melihat ada beberapa orang yang akan mencoba menurun dengan melayang bergantungan ( Layang gantung ? ) di bawah seutas kabel baja sejauh sekitar 100 meter. Umumnya para remaja. Kami tidak melihat orang berusia lanjut yang mencicip Layang gantung ini. Takut kali ye?

Di bagian lain area ini tampak bangunan Gedung Pemasaran yang bersatu dengan Swimming pool, kolam renang. Saya lihat ada tulisan di loket karcis yang menunjukkan tarip masuk ke Kolam renang ini  Rp. 10.000,-/orang baik berenang atau tidak. Saya melihat ada kolam renang yang cukup luas dengan dasar kolam dar keramik berwarna Biru tua.Air yg sejuk di bawah sinar matahari pagi cocok untuk berenang dan  melemaskan otot.

Kami memasuki area Curug / air terjun yang berlokasi di sebelah kanan Podium musik / Band.Disambut rindangan pohon-pohon Bambu Hijau, kami melihat tangga dari semen menuju ke bawah dimana terdapat kolam ikan mas berwarna warni dan 2 air terjun kecil ( sekitar  8 meter ).



Mengingat curamnya anak tangga ini ( sekitar 60 derajat, nyaris tegak lurus ) sudah terbayang susahnya naik kembali. Ibu kami yang sudah sepuh ( 82 ) harus melapangkan dada duduk ditemani oleh adik wanita saya, di sebuah naungan tempat duduk  yang memang tersedia bagi pengunjung. Kami sempat membuat  beberapa foto disini sebagai kenang-kenangan.



Saya dan isteri sempat duduk sejenak di tepi kolam ikan dekat air tejun. Kami merasa nyaman, menghirup udara segar, melihat  ikan-ikan berenang kesana kemari dan mendengar gemercik suara air terjun.

Saat kami kembali naik tangga dan tiba di tempat makan, tidak melihat ada  penjual sate Kambing. Kalau makan siang dengan lauk Sate dan Gulai Kambing tentu cocok dengan nama Curug Si Domba ( Kambing Jantan ).
 
Kami menuju objek Pariwisata yang lain, Cibulan.
Setiba di area parkir. Luar biasa….. ada banyak 5 Bus Pariwisata dan puluhan Sedan/Minibus yang parkir. Rp.4.000,- / mobil cukup banyak duit yang masuk ke kocek pengelola parkir disini.

Kami tidak masuk ke area kolam sebab kami sudah tahu keadaan disini dan tentu ada banyak orang berada di tepi kolam atau yang sedang berenang di air yang dingin dari pegunungan G. Ciremai. Keluarga dapat duduk-duduk diatas Tikar yang dapat disewa dari penyewa Tikar yang mencari nafkah disini. Juga dapat dipesan Air Teh, Kopi panas. Mie Rebus instant dari bermacam merk, dll.

Disini juga konon terdapat Kepiting Mas yang dikeramatkan oleh penduduk setempat. Konon orang dapat melihat Kepiting ini akan mendapat keberuntungan. Benar tidaknya ??

Di tepi area parkir kami menyunjungi penjual Buah Adpokat, snak Lepet ( ketan putih, kacang tanah dan parutan kelapa di bungkus daun kelapa yag dikukus, besarnya sekitar 2 jempol tangan ). Lepet ini hanya ada pada hari Minggu dan Libur saja, sebab di hari-hari lain Cibulan miskin pengunjung dan para penjual lepet kawatir kalau Lepetnya tidak ada yang beli. Rasanya gurih dan nyam nyam. Selain itu juga ada penjual Sovenir: Kipas dari bambu, Uleg-uleg batu alam untuk menghaluskan Bumbu dapur. Gantungan Kunci dari Batok Kelapa, dll.

Keinginan makan Sate Kambing kami puaskan di tempat makan “ Simpang Tiga” yang berlokasi di desa Beber ( sekitar 5 Km dari Si Doma ) ke arah kota Cirebon. Warung makan ini favorit kami. Disini ada banyak Rumah Makan yang menyajikan menu Sate dan Gulai Kambing. Kami memesan Sate Kambing ( tanpa lemak ) dan Sate Hati Kambing ( tanpa lemak ) untuk  menghindari Kolesterol, Sayur Asam, Lalaban Kubis, Tomat, Mentimun dan Sambel Terasi.

Badan lelah, perut lapar, sambil nyeruput Air Teh hangat yang harum, kami merasakan Lunch yang sangat nikmat. Berbahagialah orang yang masih dapat menikmati makannya.

Piknik kami cukup memuaskan dan ketika Minibus kami meluncur  kembali ke kota Cirebon, ada banyak anggota keluarga kami yang ngantuk dan tertidur sejenak.

Sekitar pukul 15.15 kami tiba kembali di kota Cirebon. Home sweet home.

Untuk Dinner kami merencanakan akan menikmati makanan yang lain di tempat makan yang lain, yang berada di dekat rumah kami. he…he… makan lagi nih.

18 Mei 2011 pagi, saya mengantar adik saya dan temannya ke stasiun kereta api Cirebon. Kereta Argo Jati pukul 05.45 akan membawa mereka kembali ke stasiun Gambir, Jakarta. Mereka akan melakukan tugas rutin kembali. Bye.-

---

Kalau bangun tidur hari sudah siang, maka rejeki sudah diambil orang.

2 komentar:

  1. wah menarik sekali dok tempat2 wisatanya... minggu lalu saya juga melintas Cirebon tapi tidak sempat jalan-jalan baik di kota maupun sekitarnya (tidak singgah/nginap),.. tapi sempat mencicipi sebungkus nasi lengko (nasi jamblang?) yang katanya khas Cirebon (minus empal gentong),
    kapan2 saya harus coba nih buat jalan2 ke sini.. hehe
    salam

    BalasHapus
  2. To Mr. Sectiocadaveris yang rajin berkunjung,

    Benar kapan-kapan Anda dapat berkunjung ke kota kami, Cirebon dan rasanya perlu bermalam 1-2 mlam utk menikmamti objek pariwisata disini. Jangan lupa ajak kami ya. he..he..

    Makanan khas daerah kami adalah:

    Nasi Lengko ( nasi putih ditemani rebusan Taoge, irisan Mentimun, Goreng tahu, goreng tempe yang ditaburi irisan daun Kucai dan Goreng Bawang. Semuanya itu di beri kucuran Kecap dan sambel.

    Empal gentong ( semacam Soto yang berkuah santan berisi potongan daging Sapi, Babat, Usus, ditaburi Goreng bawang dan irisan Daun Kucai, plus Lombok kering yg dihaluskan, Mie Kocok, berupa rebusan Mie yg direndam air panas dan di-kocok2, diberi rebusan Taoge, irisan Kubis, diberi paste Tepung tapioka bercampur Santan, taburan bawang Goreng dan Sambal.

    Nasi Jamblang.
    Nasi putih dibungkus Daun jati dg lauk pauk berupa: goreng Tempe, Tahu, Kuah tahu pedas, goreng Hati ayam, Ampela, Paru2, Sambal Lombok Merah,sate Kentang, Kerang goreng. Minum Air Teh hangat yg diseruput. Makan bersama-sama, ber-ramai2 dg teman / famili.

    Tahu Gejrot.
    Tahu goreng yg berdinding tipis ( khas Cirebon )yg diberi kuah semacam kecap manis encer dicampur dg ulekan Lombok rawit dan bawang Merah. Rasanya manis, pedas, segar dan nyam-nyam. Harganya Rp. 5.000,- / porsi=piring kecil yg terbuat tanah liat. Dapat juga sebagai teman Nasi putih.

    Swike kuah, Swike Goreng Saos Mentega, Swike goreng Saos Mentege yg khas Jatiwangi ( daerah Kab. Majalengka ) yg juga banyak dijual disini.

    Manisan bermacam buah-buahan: Mangga, Pepaya muda, Belimbing, Jeruk nipis dll yg anyak dijual dikios-kios penjual Jajanan khas Cirebon.


    Malam hari banyak kuliner di kaki lima yang menjajikan bermacam Seafood spt di Kelapa Gading ( diemperan sebuah Mall ).

    Dan masih banyak lagi yg lain.

    BalasHapus