Selasa, Juli 05, 2011

Tersangka Kolik bilier



4 hari yang lalu, sore hari datang berobat Sdr.  MN, 25, diantar oleh Bibinya, Ny. KL, 35. MN keluar dari sekolah SMP dan ia tidak melanjutkan study dan ia tidak bekerja apapun. Sayang… orang muda, tetapi kok tidak ada aktifitas sehari-hari yang positip atau minimal mendukung pekerjaan orang tuanya.

Keluhan MN adalah nyeri di daerah perut kanan atas sejak 2 hari yang lalu.
Tidak ada rasa Mual, Muntah, Diare atau Demam.

Konon 2 hari yang lalu MN sudah berobat di sebuah Balai Pengobatan, dekat rumah mereka. MN mendapat kabar bahwa  ia menderita Kolik Bilier yang disebabkan oleh Batu Empedu ( hebat juga ya, tanpa pemeriksaan penunjang sudah dapat membuat diagnosa penyakit ). Ia diberi suntikan dan beberapa macam obat. Sampai kedatangan ke tempat praktik saya, rasa nyeri itu belum reda.

Tekanan Darah: 120/80 mmHg ( normal). Jantung dan Paru: dalam batas normal.
Perut: terasa nyeri pada pemeriksaan Palpasi ( perabaan ) di regio Abdomen( perut ) kanan atas.

Seandainya ia benar menderita Batu Empedu, dari manakah dasarnya?

Dalam memori saya  penyakit Batu Empedu lebih sering terdapat pada 4 F: Female ( orang wanita ), Forty years old ( usia sekitar 40 tahun ), Four – Five children ( punya 4-5 orang anak ) & Fat ( badannya gemuk ).

Pasien saya ini: laki-laki, usia 25 tahun, belum menikah dan badannya tidak gemuk.
Sama sekali tidak cocok dengan 4 F yang Khas dari Batu Empedu.

Apa daya? Dari mana asal sakitnya itu?
Baiklah, mungkin ia keluar dari pakem yang biasa, tidak ada salahnya minta bantuan pemeriksaan lain.

Saya mesti minta bantuan Pemeriksaan Penunjang berupa USG ( Ultra Sono Graphy ) Abdomen Upper and Lower ( Atas dan bawah ).

Saya jelaskan rencana saya kepada Ny. KL. Ia setuju.
Saya buatkan Surat Pengantar ke Laboratorium Klinik  P yang  cukup memadai peralatannya. Semoga hasil USG tsb dapat membantu saya untuk membuat Diagnosa ( penentuan penyakit ) dan Terapi ( pengobatan ) yang tepat.

Kalau Diagnosa tidak benar, maka Terapi yang diberikan juga tidak benar dan penderitaan pasien tidak membaik.

Untuk sementara saya memberikan resep obat 10 Anti smasmodik dan 10 tablet penetralisir asa lambung kepada pasien saya ini agar rasa nyeri pada perut berkurang.

Kemarin sore mestinya hasil USG itu sudah datang. Ditunggu sampai sekitar pukul 17.45 tidak kunjung datang. Saya menelpon Lab. Klinik tsb dan bertanya apakah pasien MN, 25 th, sudah dilakukan USG dan hasilnya  tolong agar segera dikirim kepada saya.

Jawaban Petugas Lab. Klinik itu menyatakan bahwa kemarin dan hari ini tidak ada satupun pasien yang di USG Perut. Nama MN juga tidak ada dalam Catatan Pasien yang  diperiksa.

Saya membatin “Mengapa  pasien itu tidak melaksanakan pemeriksaan USG? Apakah dengan 2 macam obat yang saya resepkan, rasa nyeri perutnya sembuh total, sehingga ia tidak perlu USG lagi?

Kalau  benar, ya syukurlah. Tidak perlu keluar uang lagi untuk buat USG.
Lalu Diagnosanya apa?

Dispepsia? ( Maag ). Rasa nyeri itu karena kramp / spasme Lambungnya yang reda dengan pemberian tablet Antispasmodik yang saya berikan?

Saya  tidak yakin, sebelum melihat hasil USG tsb atau minimal pasien datang kembali untuk kontrol ulang.

Oleh karena pasien tidak datang, apalagi hasil USGnya, maka saya hanya bisa merenung: “Kenapa ya? Siapa yang salah: dokternya atau pasiennya?”

Kejadian  yang mirip ini sebenarnya  sudah sering saya alami pada pasien-pasien  dengan keluhan yang lain.

Kepala saya mendadak cekot-cekot. Saya menyeruput Teh hangat yang belum tersentuh di meja saya.

Nikmat juga…masih dapat menikmati Teh Hijau kesukaan saya yang banyak mengandung Polyphenol, suatu anti oksidan yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar