Minggu, Januari 28, 2007

Serangan Jantung

Awal Agustus 2005:
Saya mendapat e-mail dari putra kami A. P. bahwa ia akan di wisuda pada tgl 15 Des 2005. Sejak 1998 ia melanjutkan study Kedokteran Umum di UNSW, University of New South Wales, Sydney, NSW, Australia. Kami gembira dan sudah sejak lama kami berdoa agar studynya dapat selesai pada waktunya. Penantian yang lama ini akhirnya terjawab. Kami bersyukur kepada Tuhan.

Saya dan isteri mempersiapkan Pasport dan Visa kunjungan yang kedua kalinya ke Australia. Sejak Kedubes Australia mendapat ancaman bom pada tahun 2004, tidak mudah memasuki Gedung Kedubes Australia di Jakarta. Untuk permohonan Visa saya lakukan melalui e-mail. Kami diberi Multiple Visa Turist selama 3 bulan 11 Okt 2005 – 11 Jan 2006.

Kami mendapatkan tiket promosi pesawat Qantas Jkt – Syd – Jkt yang lebih murah US$100 dari pada biasanya, US$515/orang. Kami akan pergi dan kembali tanggal 7 – 21 Des 2005. Bila kami tidak berangkat tgl. 7 Des 2005 tiket akan hangus. Bulan Desember adalah bulan high season karena ada liburan Natal dan tahun Baru, sehingga perlu pesan tiket pesawat jauh-jauh hari.


Sabtu 3 Des 2005:
Bangun tidur pk, 04.00 pagi setelah b.a.k. saya merasa nyeri pada dada kiri. Saya taruh 1 tablet Cedocard ( pelebar pembuluh darah Koroner ) di bawah lidah ( sublingual ). Sampai pk. 05.00 nyeri tidak juga mereda. Saya kena serangan Jantung! Isteriku menelepon Dr. S. Sp.JP, FIHA, Ahli Jantung. Beliau menginstruksikan agar kami segera ke UGD ( Unit Gawat Darurat ) R.S.U. GJ. 05.15 saya diatas brankar masuk UGD dan segera dibuat rekaman jantung, EKG ( Elektro Kardio Grafi ). Ada penyempitan pembuluh darah Koroner sebelah kanan bawah!

Saya segera didorong masuk ke ICU ( Intensive Care Unit ), lengan kiri ditusuk beberapa kali untuk mengambil sample darah untuk bermacam-macam pemeriksaan. Lengan kananku ditusuk untuk memasang cairan infus & obat-obatan. Ke 2 lubang hidungku disumbat 2 slang kecil untuk memberikan gas Oksigen.

Pk. 08.35 infus Strepokinase 1,5 juta Unit dalam Glukose 5 % masuk kedalam tubuhku. Obat ini mesti diinfuskan dalam waktu, golden periode 6 jam setelah serangan tiba. Jadi maksimal pk. 10.00 saya sudah harus mendapat infus obat ini. Bila tidak, maka keadaan makin memburuk, bokongku disuntik 2,5 mg Pethidin ( Morfin sintetik ) untuk meredakan nyeri dada saya.

Ah…..menjadi pasien sungguh sangat tidak nyaman, kalau bisa janganlah sakit. Setelah 1 jam nyeri banyak berkurang, meskipun belum 100 %. Saya bersyukur. Saya masih diberi kesempatan hidup lebih lama oleh Tuhan.

Pk. 13.00 saya mendapat suntikan Pethidin ulangan.
Sore hari sekitar pk. 15.30 saya merasa sudah tidak sakit kembali. Saya merasa sehat. Terima kasih kepada Tuhan yang telah menyembuhkanku melalui tangan Dr. S.

Sore hari pk. 17.00 saat makan malam tiba saya mendapat jatah makan berupa bubur, ayam, tempe dan tahu ( semuanya tawar, tanpa garam ). Enak tidak enak, makan malam ini harus saya telan juga, dari pada kelaparan yang sejak dini hari perut belum diisi makanan.

Dukungan PT Askes Indonesia dalam pemberian obat-obatan sangat membantu kami. Kartu Askesku oleh isteriku segera diperbaharui. 1 botol kecil yang berisi bubuk obat Thrombolytic yaitu Streptokinase 1,5 juta Unit seharga Rp. 3 juta pun ditanggung Askes. Sejak menjadi PNS saya menggunakan Askes hanya untuk meminta penggantian Lensa kacamata saya. Saat itu saya sangat membutuhkan bantuan untuk menunjang obat yang mahal harganya untuk meringankan penderitaanku.

Seminggu sebelum 2 Des 2005 saya melakukan pemeriksaan Darah, USG Perut dan Foto Thorax ( jantung dan paru-paru ). Hasil cek up kesehatan tsb dalam batas normal. Saya merasa tidak ada masalah dengan kesehatan, selain masalah kelebihan berat badan. Memang sakit bisa datang tanpa diundang.
Mengapa beberapa hari sebelum saya terbang menuju Sydney saya mendapat seranganJantung


Senin 5 Des 2005:
Pukul 14.15 saya dipindahkan ke ruangan perawatan biasa, Sebagai Pensiunan PNS ( Pegawai Negeri Sipil ) Gol. IV a, saya mendapat jatah ruangan Kelas I. Oleh karena tempat tidak tersedia, maka saya meminta Kamar Super VIP ( sekali-kali saya ingin merasakan nyamannya kamar ini ). Saya masuk kamar No. 2. Disini saya merasakan sebagai orang normal kembali. Dapat bernafas tanpa slang Oksigen, jalan, mandi hangat, keramas, mendengar dan melihat siaran TV tentang Resufle Kabinet R.I. yang diumumkan Presiden SBY. Banyak tamu dan teman yang berkunjung dan mendoakan agar saya lekas sembuh.
Ada yang berkomentar “Kok dokter bisa sakit.”
Saya jawab ”Meskipun dokter, bisa saja sakit dan banyak pula yang meninggal dunia. Jangankan Dokter, Presiden dan semua manusia akan meninggal dunia pada waktunya.” Mereka mengiyakan perkataanku. Saya merasa lebih nyaman menempati ruang perawatan ini, yang termahal tarifnya di R.S. ini, tetapi kenyamananku ini segera berakhir.

Selasa 6 Des 2005:
Pukul 10.00 isteriku mendapat SMS dari adik iparku di Jakarta, bahwa tiket hangus bila tidak dipakai berangkat ke Sydney tgl 7 Des 2005.
Kami sebenarnya ingin diundur tgn 12. Des 2005, agar saya bisa recovery minimal 1 minggu lagi, tetapi set pesawat tidak tersedia. Jadi mau tak mau kami harus terbang ke Sydney tgl 7 Des 2005. Kami minta ijin Dr. S, untuk boleh meninggalkan RSUD GJ tgl 6 Des 2005, hari itu juga. Pulang paksa.

Saya membatin “Mengapa beberapa hari sebelum saya terbang menuju Sydney saya mendapat serangan Jantung dan mengapa sehari sebelum menuju Sydney kesehatan saya sudah membaik?” Tuhan mempunyai rencana lain terhadap hidup saya. Saya sangat bersyukur Tuhan masih memberi hidupo kepada saya.

Rabu 7 Des 2005:
Pukul 06.10 pagi WIB saya dan isteri dengan adikku berangkat ke Jakarta naik kereta api Cirebon Expres. Kami beristirahat di rumah adikku, menunggu waktu berangkat ke Sukarno-Hatta airport.

Pukul 16.30 kami mendapat telepon dari Pak A. dari Qantas bahwa keberangkatan pesawat Qantas yang akan membawa kami terbang ke Sydney diundurkan waktu keberangkatannya dari pukul 20.45 menjadi pukul 22.20 karena ada sedikit kerusakan pesawat dibagian bagasinya.
Pesawat yang akan kami tumpangi ini berasal dari pesawat yang datang dari Sydney. Jadi pesawatnya itu-itu juga. Ganti Pilot, Co Pilot, awak kabin, isi bahan bakar ( avtur ), diperiksa oleh petugas tehnisi pesawat dan terbang lagi menuju Sydney. Saya mengirim SMS kepada puitra kami, A.P. yang akan menjemput kami di Sydney airport tentang hal ini agar menjemput kami tepat waktu.

Pukul 22.10 para penumpang QA 42 mulai memasuki pesawat Boeing 727, Jumlah penumpang 167 orang. Kami melihat masih ada beberapa seat yang kosong. Posisi seat 2-3-2. Disamping kiri dan kanan masing-masing 2 seat dan di tengah 3 seat. Kami mendapat seat nomer 43 D dan 43 E. Seat 43 F disampingku sampai pesawat take off, terlihat masih kosong. Oh... Tuhan Maha Baik kepada saya. Berarti 2 seat dapat kupakai rebahan. Setelah Dinner saya berbaring dengan kepala dipangkuan isteriku. Saya dapat beristirahat dengan nyaman di atas pesawat.
Siang hari sebelum ke airport kami memesan Vegetarian meal sebagai makan malamku ke Qantas melalui Travel Biro Perjalanan tempat kami membeli Tiket pesawat. Dibandingkan dengan Garuda, makanan yang tersedia bagi para penumpang lebih baik dan enak serta pelayanan awak kabin lebih ramah.

Pukul 22.45 setelah lepas landas para awak pesawat menghidangkan makan malam kami, vegetarian meal.
Sarapan pagi berupa kue mangkok yang cukup besar dan air teh / kopi dihidangkan 1 jam sebelum kami landing di Sydney airport.
Selama perjalanan Jakarta – Sydney pesawat terbang dengan mulus, tidak ada gangguan cuaca dll. Pesawat berada di ketinggian 37.000 feet dan suhu diluar pesawat -37 derajat Celcius. ( air membeku pada suhu -4 derajat Celcius ).
Perbedaan waktu antara WIB dan Sydney adalah 4 jam. Waktu Sydney: WIB + 4 jam, cukup membuat jam biologis yang ada di badan kami masih belum menyesuaikan, padahal perjalanan ini adalah yang ke 2 bagi kami. Yang pertama kali yaitu pada akhir Januari 2000 saya terbang ke Sydney untuk yang pertama kalinya. Akhir tahun / awal tahun merupakan musim panas ( summer ) di Sydney sehingga cuaca mirip dengan udara dan cuaca Jakarta / Cirebon.


Kamis, 8 Des 2005:
Pukul 09.00 ( Sydney time )
Kami dijemput putra kami Ari, pesawat Qantas QF42 landing pukul 09.00 ( on time ). Turun dari pesawat kami menuju ke Bagian Imigrasi. Pasport isteriku segera distempel dan dikembalikan. Pasportku diserahkan kepada petugas lain. Saya bertanya “Any problem with my passport, Sir?”
Ia menjawab “Your pasport. Follow me.”
Ia menyerahkan kepada temannya, seorang wanita. Ia segera men-scanning pasport saya. Saya melihat sebuah wajah yang ada di pasportku di layar monitor.
Mungkin wajahku seperti wajah terorist. Saya berdoa “Ya, Tuhan jangan ada masalah dengan pasportku.” Kalau ya, maka sangat mungkin saya akan dideportasikan dengan pesawat berikutnya kembali ke Jakarta. Ia memeriksa sebentar, kemudian ia dengan wajah yang simpatik membubuhkan stempel tanda kedatanganku ke Sydney.
“Oh Tuhan terima kasih.” Ia berkata “Please, that way”, sambil menunjuk ke arah mana saya meninggalkan bagian Imigrasi untuk selanjutnya mengambil 2 koper pakaian kami di 3 ban berjalan.

Masalah berikutnya kami alami lagi.
Semua koper penumpang dari pesawat QA42 diturunkan dan diletakkkan di 3 ban berjalan berputar. Para penumpang segera mengambil koper-kopernya. Kami menunggu koper kami di ban berjalan ke 1. Sekitar 15 menit kami menunggu dengan sia-sia. Koper-koper kami tidak ada di ban berjalan ini demikian juga di ban berjalan ke 2. Saat itu tersisa 3 penumpang yang tampak menunggu kopernya. Penumpang lainnya sudah menuju pintu keluar. Akhirnya ke 2 koper kami nampak berputar di ban berjalan ke 3. “Terima kasih Tuhan.” Kalau tidak mau dipusingkan dengan waktu menunggu koper dan stres kehilangan koper, sebaiknya semua bawaan di masukkan ke dalam koper kecil / handbag yang boleh dibawa masuk ke dalam kabin pesawat. Kalau traveling selama 2 minggu dan membawa titipan-titipan putra/i kami, rasanya tidak mungkin hanya membawa 2 buah handbag saja.

Dengan sebuah troley, semua barang bawaan kami kami dorong menuju filter terakhir yaitu bagian pemerikaan dengan sinar X. Para petugas dengan simpatik membantu setiap penumpang untuk menaikkan ke ban berjalan yang menuju ke pesawat sinar X untuk memeriksa adakah barang yang mencurigakan ( senjata api, senjata tajam, bom dll ).

Diatas pesawat kami diberi 2 lembar kertas karton yaitu Declaration card, formulir yang harus diisi setiap penumpang. Apakah kami membawa alkohol dll barang yang tidak diijinkan masuk ke Au, dimana alamat kami tinggal selama kami berada di Australia, berapa lama kami akan tinggal dan harus di tanda tangani.

Karena kami tidak membawa barang yang terlarang maka kami isi semua pertanyaan dengan “NO”. Jadi kami keluar airport tanpa melewati pemeriksaan koper lagi. Kami melihat orang-orang bule yang membawa sovenir ukiran kayu dll (mungkin dari Bali ) yang di declare sangat repot karena semua koper bawaannya dibuka dan diperiksa teliti oleh para petugas airport yang memang sudah tugas mereka.

Selain kartu Declaration, kami juga diberi sebuah kertas formulir keberangakatan dan kedatangan kembali kami ke Indonesia oleh petugas Check in di Bandara Sukarno-Hatta. Helai bagian keberangkatan kami di sobek / diambil oleh petugas Bandara sebelum kami memasuki perut pesawat. Helai kedatangan harus kami simpan sampai kami kembali memasuki kembali negara Indonesia. Tanpa helai ini ( misal hilang ) maka kami akan mengalami kesulitan keluar dari Bandara Sukarno – Hatta Jakarta.

Pemeriksaan sebelum check in di Bandara Sukarno – Hatta sekarang makin ketat. Semua koper diminta dibuka dan di sacnning dengan alat metal detector untuk mencari bom dll. Bila semua o.k. maka koper harus ditutup dan dikunci lagi agar jangan sampai kehilangan isi koper diambil oleh tangan-tangan jahil.

Lewat semua pemeriksaan, kami merasa lega. Akhirnya kami jadi juga memasuki negara Kangguru ini.

Udara di luar airport panas menyengat seperti udara Jakarta, karena saat itu Summer time. Selama perjalanan menuju Flat putra kami, kami melihat perbedaan yang sangat mencolok dengan keadaan di negara kita. Jalan hotmix mulus, bersih, lalu lintas teratur, jarang sekali klakson mobil dibunyikan, pejalan kaki ( pedestrians ) sangat dihormati dengan memberi kesempatan bila mereka akan menyebrang jalan di area Zebra cross.

Setelah makan siang rasa kantuk menyerang kami akibat kurang tidur semalaman diatas pesawat.

Pukul 17.15: putri kami N.P.pulang dari tempat kerja di kampusnya. Akhirnya kami sekeluarga dapat berkumpul bersama-sama. Sudah 2 tahun kami tidak bertemu dengan putra/i kami. Kami dapat melepas rindu.

Pukul 18.30 sore hari tetapi kami masih dapat melihat sinar matahari bersinar terang. Sinar matahari tidak terlihat lagi sekitar pukul 19.30. Kami pergi menuju Mall terdekat membeli sayuran, buah-buahan dan sedikit daging untuk sarapan pagi. Selesai Dinner kami melihat siaran TV. Pukul 11.00 p.m. kami tidur.

Jet lag akibat jeda waktu 4 jam juga menghinggapi kami.
Saya terbangun pada pukul 06.00 a.m. waktu Sydney ( pukul 02.00 dini hari WIB ). Setelah b.a.k. saya sulit tidur lagi. Saya mengirim SMS kepada adikku di Jakarta tentang keadaan kami di Sydney. Beruntung saat ini handphoneku yang ber SIM Card kartu Halo dari operator Telkomsel sudah bekerja sama dengan operator Vodaphone di Australia sehingga saya dapat saling berkirim SMS dengan semua keluarga di Indonesia.


Jum’at, 9 Des 2005:
Pukul 10.00, teman kami Mr. H. se Fekultas Kedokteran di Bandung mengunjungi kami. Sekarang menjadi seorang Bussinesman yang bolak-balik ke Bandung setiap 3 bulan sekali. Oleh karena kami pk, 11.00 akan ke tempat praktek Dr. L., Dokter Umum ( asal dari Sukabumi, Jabar ), setelah ngobrol dan nostalgia, ia turut mengantarkan kami ke Dr. L. yang sudah dikenalnya.
Dengan surat Rujukan dari Dokter Umum, kami baru bisa berkonsultasi dengan Dokter Spesialis. Di Indonesia, pasien-pasien bisa nyelonong langsung ke Dokter Spesialist. Beliau memberikan Surat Rujukan kepada Dr. Wilfred Saw, MB BS FRACP Cardiologist, Ahli Jantung. Kami taksir ia orang Hongkong. Umurnya masih muda mungkin sekitar 35 tahunan. Dengan simpatik beliau memberikan pelayanan berdasarkan Surat Rujukan tadi.

Beliau bertanya riwayat penyakit dsb. Dengan bantuan putra kami, kami dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris dengan santai, apalagi ketika mengetahui bahwa kami adalah keluarga Dokter ( ayah, ibu dan putra ).

Hasil pemeriksaan: ECG: normal, Echo Cardiogram: ada sedikit penebalan pada Septal / dinding pembatas Jantung.
Beliau memberikan Surat Pengantar untuk tgl 10 Des 2005 di satu Lab. Klinik.
Beliau memberi resep untuk sementara tablet Metoprolol 25 mg, penurun tekanan darah 1 tablet sehari dan 10 tablet Flavix, pencegah penebalan dinding pembuluh darah dan 10 tablet Lipitor, penurun Lemak darah ( gratis ).
Wah….. senang sekali saya bahwa penyakitku tidak begitu parah dan diberi gratisan obat yang harganya mahal bila dikurs dengan uang IDR kita. Semua biaya konsultasi dan pemeriksaan kami harus mengeluarkan $AU 350 an. Beliau menyarankan agar BBku diturunkan dan diet makanan.
Lebih baik makan vegetariant diet kalau mau terhindar dari Heart attact lagi.
Wah…. Dokter juga rupanya turut menentukan umur manusia ( berdasar Statistik Kedokteran ). Beliau juga meminta agar saya datang kembali pada tanggal 13 Desember 2005 dengan membawa hasil pemeriksaan darah.

Pukul 19.00:
Kami berempat pergi ke Cooge beach. Di pantai ini masih banyak orang yang berenang ditepi pantai, angin berhembus dingin. Kami sempat mengambil beberapa Foto.

Pukul 20.00 langit mulai gelap dan perut terasa lapar.
Kami Dinner di suatu Resto Thai. 4 macam masakan yang kami pesan rasanya cukup enak tetapi sedikit pedas. Baru pertama kali saya mencicipi masakan Thai. Pengunjung Resto ini cukup banyak, Rata-rata Resto di daerah ini penuh dengan pengunjung. Ada Resto Thai, India, Itali dll. Sydney adalah kota multirasial, sehingga tidak heran ada banyak macam Resto.

Dalam perjalanan pulang ke Flat kami berhenti di Dep. Store Cooles untuk membeli barang keperluan sehari-hari dan 2 kotak a 1 liter susu Kedelai yang low fat. Ada sumber yang mengatakan bahwa Soy bean milk dapat meninggikan HDL ( High Density Lipid ), asam lemak baik, utk mencegah penebalan dinding pembuluh darah.

Setelah pukul 21.00 saya tidak makan apa-apa lagi karena besok pagi pukul 09.30 saya dalam keadaan puasa akan diambil darah utk macam-macam pemeriksaan a.l. Gula darah puasa, profile lipid puasa.


Sabtu , 10 Des 2005.
Pukul 09.00:
Kami menuju ke Laboratorium di daerah Bondi Junction NSW, sekitar 4 km dari Flat putra kami.

Pukul 09.30 saya dalam keadaan puasa / belum sarapan pagi diambil darah dari lengan kiri. Jarum wing needle yang biasa dipakai utk memasang infus bayi ditusukkan ke Vena lengan kiri. Darahku secara otomatis tersedot dan ditampung di 3 tabung gelas khusus. Hasilnya akan dikirimkan langsung kepada Cardiologist Dr. Wilfred Saw yang kemudian bill nya datang via post sebesar AUD 77.55 beberapa hari kemudian.
Selesai urusan ambil darah saya sarapan pagi berupa Roti Gandum dan sebotol Soya bean milk / susu kacang kedelai yang kami bawa dari rumah.

Kami mampir di Book store disebrang jalan. Di toko buku DYMOCK ini saya membeli sebuah buku “Alternative Cures “, The most effective NATURAL HOME REMEDIES for 160 Health Problems karangan Bill Gottlieb seharga $AUD 35. Kalau dikurs dengan IDR, maka harga buku itu lumayan mahal harganya ( 1 $AU = Rp. 7.500,- )

Pukul 11.15:
Temanku Mr. H dan isterinya S.R. mengunjungi kami di Flat. Setelah kangen-kangenan kami diajak Lunch di daerah City, China town. Kami santap siang di Dragon Star Seafood Restaurant yang menyajikan Yamcha, Chinese food. Resto yang cukup terkenal dan mempunyai ruangan yang besar selalu dipadati oleh pengunjung. Kami harus menunggu sekitar 20 menit untuk dapat masuk, karena saat itu padat dikunjungi para pelanggan. Pk. 15.00 setelah perut kenyang kami diantar pulang ke Flat. Siang itu kami gembira dapat bertemu dengan teman-teman lama yang sudah berpisah sekitar 30 tahunan. 2 tahun terakhir S.R. saling kirim email dengan ku di Cirebon. Saya mendapat email addressnya dari Dr. S.S. adik kelasku di Univ Kristen Marantha, Bandung. Rasanya saya tidak perlu makanan malam padat tetapi cukup buah-buahan saja o.k. siang itu saya sudah cukup mendapat Protein dan sedikit Karbo hidrat.

Pukul 15.00 adik Ipar bungsu saya yang tinggal di Sydney. Mr. T.L. datang mengunjungi kami dengan membawa 5 macam buah-buahan khas Australia. Isteriku memberikan 1 amplop titipan kakaknya yang tinggal di Jkt, H.L. Kami ngobrol sampai pukul 17.30.

Pukul 20.30 adik Iparku Mr. M.L. dan isterinya Ny. I. yang tinggal di Sydney juga datang mengunjungi kami. Mereka sudah berjanji akan datang sore ini via telepon ke Flat putra kami. Mereka juga datang membawa buah-buahan. Kami juga banyak ngobrol a.l. tentang putrinya yang sudah bekerja di Paris dan putra bungsunya yang juga sudah bekerja di kota Sydney. Mereka pulang sekitar pukul 22.00. Hari sudah malam dan udara makin dingin di luar rumah. Mereka berjanji besok tengah hari setelah kebaktian Gereja, akan mengajak kami keluar rumah, jalan-jalan.

Acara keluar rumah setelah Dinner kami batalkan sebab kami menerima tamu. Iya tidak apa-apa, besok lusa kami bisa menonton film Harry Potter di bioskop East Garden atau pergi ke Sydney Harbour dimalam hari.

Sepulang tamu-tamu, kami berempat melihat film di siaran TV.

Pukul 23.00: kami tertidur.

Tanggal 21 Desember 2005, kami kembali ke Jakarta dengan selamat dan tiba di Cirebon dengan selamat pulan. Saya bersyukur saya masih diberi kesempatan hidup lebih panjang oleh Tuhan.

3 komentar:

  1. Ternyata dokter seorang yang rendah hati.... respectable for u

    BalasHapus
  2. Pak Nur, ah... anda bisa aja. Saya tulis apa adanya seperti air sungai mengalir ke laut. Coretan saya itulah yang saya lami. Saya bersyukur bahwa saya masih diberi hidup oleh Yang Maha Kuasa. lalui saya teringat kata bijaksana:"Kalau engkau ingin bahagia seumur hidup, maka tolonglah orang lain." Saya ingin seperti itu, lalu saya buka Ruang Konkes di http://crb.elga.net.id yg bersifat nonprofit Selain dapat membantu org lain juga jadi banyak kenalan di Internet. Terima kasih sudah berkunjung.

    BalasHapus
  3. Pak Nur, ah... anda bisa aja. Saya tulis apa adanya seperti air sungai mengalir kelaut. Coretan saya itulah yang saya lami. Saya bersyukur bahwa saya masih diberi hidup oleh Yang Maha Kuasa. lalui saya teringat kata bijaksana:"Kalau engkau ingin behagia seumur hidup, maka tolonglah orang lain." Saya ingin seperti itu, lalu saya buka Ruang Konkes di http://crb.elga.net yg bersifat nonprofit Selain dapat membantu org lain juga jadi banyak kenalan di Internet. Terima kasih sudah berkunjung.

    BalasHapus