Minggu, September 30, 2007

Sebuah harapan


Hari Jum’at pagi pukul 10.00 dua hari yang lalu, sebelum melaju ke Gedung Panti Wreda Kasih, mobil Gereja yang membawa saya mampir di Apotik P, langgangan Panti. Saya minta kepada supir untuk menyerahkan selembar resep untuk saya sendiri. Resep itu terdiri dari 2 macam obat batuk dan 1 macam kapsul suplemen. Obat yang diresepkan itu akan saya ambil setelah pelayanan kesehatan di Panti selesai, 2 jam kemudian.

Saya memberikan pelayanan bagi Opa dan Oma di Panti sejak beberapa tahun yang lalu. Pelayanan ini bersifat nonprofit. Dalam masa pensiun, saya ingin memanfaatkan waktu saya yang masih tersedia untuk melayani 12 orang Opa dan Oma yang tinggal di Panti. Usia mereka antara 60 – 88 tahun. Pendengaran dan penglihatan yang sudah banyak berkurang mengharuskan saya mesti sabar dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi mereka. Bicara harus keras dan berulang-ulang agar ucapan saya dapat didengar dengan baik oleh mereka.

Ketika kami tiba di Apotik P, saya menyerahkan sejumlah uang untuk menebus obat yang saya resepkan. Tidak berapa lama kemudian supir masuk kedalam mobil dan menyerahkan sebungkus obat dan catatan harga obat. Mobil melaju ke rumah saya. Dalam perjalanan saya melihat bahwa masih ada 1 macam obat yaitu kapsul suplemen yang tidak ada dalam kantong plastik. Wah…pasti ada kesalahan nih, pikir saya.

Saya minta agar supir kembali ke Apotik P. Saya tanyakan kepada petugas Apotik dan bertanya mengapa hanya 2 macam obat yang saya terima? Padahal seharusnya 3 macam. Petugas Apotik mengatakan 1 macam yang diresepkan tidak tersedia dan sudah menelepon Apotik lain tetapi katanya tidak ada. Saya berpikir dan berharap bahwa kapsul suplemen yang banyak dijual di toko obat dan tentu juga ada tersedia oleh Apotik P. Saya minta agar suplemen dapat diganti dengan merk lain yang sejenis. Petugas Apotik masuk kedalam untuk mencarinya.

Saya tidak sabar menunggu, hari sudah siang, saya ingin cepat kembali ke rumah untuk istirahat. 5 menit kemudian saya putuskan untuk masuk ke dalam mobil dan minta agar supir mengantar saya pulang ke rumah. Saya tidak berharap bahwa saya akan dapat menerima kapsul suplemen tsb di Apotik tadi. Saya akan mencarinya di Toko obat atau Apotik lain.

Setelah santap siang, ketika saya membalas beberapa email yang masuk ke Inbox saya, saya mendengar ada ketukan di pintu pagar halaman rumah kami. Beberapa menit kemudian pembantu kami, membawa sekantung plastik yang bersisi 10 kapsul suplemen yang saya serepkan beberapa jam sebelumnya di Apotik langganan Panti.

Surprise!! Saya sudah melupakannya kapsul itu. Saya tidak mengharapkan lagi mendapat suplemen tsb, tetapi akhirnya saya mendapatkannya.

Saya berpikir:

“Lebih baik tidak mengharapkan tetapi akhirnya mendapatkannya, dari pada mengharapkan sesuatu tetapi akhirnya saya tidak mendapatkannya.”
Seharusnya yang benar adalah:

“Berharaplah akan mendapatkan sesuatu, maka kita akan mendapatkannya.”

Ketuklah pintu, maka pintu akan dibukakan.
Kalau pintu tidak diketuk, mana mungkin pintu akan terbuka bukan?

Siang itu saya mendapat satu pencerahan lagi.

Seharusnya saya lebih sabar dan terus mengharap agar suplemen itu dapat saya terima. Ternyata petugas Apotik berusaha agar pesanan saya dapat dipenuhi dengan melakukan kontak dengan Apotik-apotik lain dan mengirimkannya kepada saya melalui seorang kurir Apotik. Saya salut kepada Petugas dan pemilik Apotik tsb.

Dari kisah diatas, saya mendapat suatu pembuktian bahwa bila kita memohon dengan sungguh-sungguh maka permintaan kita akan terpenuhi. Tuhan akan memberikan sesuatu kepada umatnya pada saatnya.



2 komentar:

  1. ya saya juga amat bersetuju dengan pendapat anda..sebaik-baik seorang manusia itu ialah mempunyai harapan..

    BalasHapus
  2. To: Ms. Sumandak, Malaysia.
    Terima kasih, anda sudah berkunjung ke Blog saya.
    salam sukses.

    BalasHapus