Selasa, April 14, 2009

Nama



Siapa nama saya? 
Basuki Pramana / Basuki Prahmana / Basuki Permana?

Ini bukan sebuah Kuis!
===

Seorang Pujangga Inggris, William Shakespeare pernah bertanya “What is a name?”, apalah artinya sebuah nama.

Bagi kita, nama itu sangat penting. Sebaiknya jangan merubah-rubah nama kita!
Mengapa? Bisa berabe! Sebagai ilustrasi:

1. Salah nama, maka transfer uang via Bank bisa gagal. Petugas Bank akan mengembalikan uang kepada si pengirim karena salah nama si penerima uang. Sia-sia kita menunggu datangnya uang akibat kegagalan transfer karena nama yang dituju tidak sama dengan aplikasi pengiriman uang.

2. Salah menyebut nama pasien yang datang berobat, maka akan sulit mencari file Medical Record. Saya sering kali menghadapi pasien yang datang berobat tetapi File Medical Record-nya tidak ditemukan di Laptop saya.

Pasien Ibu Siti Aminah ( bukan nama sebenarnya ) tadi pagi datang untuk kontrol penyakitnya. Seminggu yang lalu Ibu ini berkunjung ke Jakarta dan berobat pada Dokter Ahli Penyakit Dalam untuk keluhan Jantungnya. Salah membaca nama pada Label obat yang dibeli di salah satu Apotik di Jakarta. Disitu tercantum namanya: Titi Aminah.

Setelah pasien pergi dari Ruang periksa, saya menelusuri nama pasien saya itu dalam Buku Bantu sebelum dilakukan Data entry catatan pasien tsb ke dalam Laptop. Ibu tsb ngotot bahwa bulan yang lalu ia pernah datang berobat kepada saya. Saya membuka catatan pasien bulan Maret. Tidak ada nama Siti Aminah. Yang ada nama Sarti Aminah. Agar tidak kacau, maka nama pasien saya edit dengan nama yang benar yaitu Siti Aminah. Nambah kerjaan lagi.

Nah…. pada satu orang dipakai 3 nama untuk berobat kepada 2 Dokter ( saya dan Dokter di Jakarta ). Ketika ditanya oleh saya, Keponakannya menjawab dengan nama Sarti Aminah. Ketika ditanya oleh petugas di Jakarta, Keponakannya yang lain menjawab dengan nama Tuti Aminah, padahal orangnya sama yaitu bernama: Siti Aminah.

3. Nama saya juga sering berubah-rubah, padahal orangnya tetap sama. Pada Label alamat sebuah Majalah yang dikirim setiap 3 bulan sekali dari salah satu Perusahaan Obat, nama saya tercantum: Basuki Prahmana. Pada Label Majalah yang lain tercantum: Basuki Permana. Meskipun namanya berbeda tetapi Petugas Pos yang sering mengantar surat atau kiriman lain ke rumah kami, sudah maklum. Biar salah nama, tetap masuk ke Kotak surat di pagar rumah kami. Saya kirim email kepada Redaksi Majalah-majalah tsb untuk meminta agar nama saya di-edit dengan nama yang benar sebab kalau tidak, maka saya harus buat Nasi Kuning untuk selamatan ganti nama. He..he..Dalam bilangan jam, pada sore hari saya menerima Reply dari Redaksi, permohonan maaf dan akan mengedit nama saya untuk pengiriman 3 bulan berikutnya. Terima kasih Bapak/Ibu Redaksi.

Sebagai akhir artikel ini, saya ingin mengusulkan kepada Netter yang kebetulan berkunjung ke Blog saya ini, bila punya anak, jangan memberi nama sembarangan, asal nama saja. Mengapa?

Coba bayangkan kalau kelak ia besar dan jadi seorang Dokter atau profesi lainnya.
Ketika ditanya “Siapa nama anda?”

“Nama saya Dokter Boncel.” Sang Dokter mungkin sekali tidak PD dengan nama itu dan merasa malu. Mau ganti nama bingung, karena itu adalah nama pemberian orang tuanya yang harus diterima.

Nama kok Boncel, seperti nama sejenis Ikan di sungai. Mungkin ketika Ibunya melahirkan, Bapaknya sedang mancing di sungai dan mendapat ikan Boncel. 
Lebih etis bila diberi nama Bambang atau Herman atau lainnya yang lebih keren.
Janganlah cuek dengan “What is a name?”, but please “Give him/her a nice name!”

Seorang wanita bernama Sartiyem dari sebuah Desa, ketika tiba di Jakarta merubah nama panggilannya dengan Susi. Nama Susi lebih keren dan lebih PD. Cocok dengan situasi kota besar. Ketika pulang mudik, ia pakai nama aslinya yang Sartiyem, sebab bila mengaku namanya Susi, orang-orang di Desa-nya tidak ada yang mengenal nama Susi. Ah kayak Bunglon aja, disini Sartiyem dan disana Susi. Nah lho…….




4 komentar:

  1. Terkadang pernah juga terlintas dikepala saya Dok. Apakah kelak Putri kami akan malu menyandang namanya yang masih kental dengan bau 'Bali ?
    Pande Putu Mirah Gayatridewi

    sedangkan beberapa teman juga saudara saya, dalam memberikan nama putra putrinya lebih banyak sudah mengacu pada paham modernisasi. Memberi nama seperti idolanya (yang hobi sepakbola, memberi nama Totti pada putranya). Memberi nama panjang dan banyak makna (Pande Putu Gede Aditya Kana Wiweka Nanda).
    Tapi ada pula yang memberikan Nama aneh agar mudah diingat. Seperti pemilik sebuah Bengkel sukses di Tabanan,
    (I Putu Gas untuk anak pertama. I Made Kopling untuk anak kedua. I Nyoman Rem untuk anak ketiga. I Ketut Starter untuk anak keempat, dan I Putu Balik Kunci Kontak untuk anak kelima).
    :)

    BalasHapus
  2. To PanDe Baik,

    Nama Pande Putu Mirah Gayatridewi, it is o.k.

    Nama yang bagus. Nama panggilannya Gayatri, mudah diingat. Wanita dg nama ini biasanya cantik. Percayalah.

    BalasHapus
  3. 1. "What's in a name? That which we call a rose. By any other name would smell as sweet." Nah di Indonesia hanya dikatakan: apalah arti sebuah nama. Jelas u/ sesuatu yg indah, mungkin pernyataan cukup sampai di sini. Tapi sesungguhnya sangat penting, bukan. Hehe..
    2. Wah, saya kalau ke Singapore dan bertemu dgn orang di reception keturunan India, terkadang mereka mengernyitkan kening melihat nama saya. Mungkin dikira mereka: keturunan Tiong Hoa tapi ada nama Dewa-nya, serta pakai kalung Cross (saya memang pakai kalung salib dgn Corpus). Saya bilang, "I'm Catholic. But I believe that God Visnu also be my guard." Mereka sangat senang bila mendengarnya.

    BalasHapus
  4. To Jodi Visnu,

    Nah benarkan? Suatu nama mempunyai makna.

    Kalau pakai nama Mandarin ( 3 huruf ) di Singapore, maka sebaiknya kita dapat bicara Mandarin.

    Kalau ditanya "Nie haw ma?" ( apa kabar ). Kita harus bisa menjawabnya. Kalau tidak maka kita akan disepelekan.

    Kalau belanja di Pasar tradisionil ( pasar katong )pakailah Mandarin, harganya bisa lebih murah dp kalau bicara English. he..he..

    BalasHapus