Rabu, April 21, 2010

Konsultasi jarak jauh







Siang ini sekitar pukul 11.30 saya mendapat telepon dari salah seorang famili Tn. E. yang minta saran tentang kesehatan putrinya Nn. L, 21 tahun yang berada di kota Yogya. L sudah menyelesaikan studynya dan sedang mencari pekerjaan di kota tsb.

Via HP Nn. L melaporkan bahwa ia dan seorang temannya sedang berada di salah satu RS di Jogya karena ia sakit perut kanan bawah. Apakah memang harus masuk RS untuk operasi atau tidak. Mereka minta advis dari saya.

Saya bicara langsung via HP dengan Nn. L.
Dari hasil pembicaraan kami di dapat data bahwa L sering mengeluh sakit perut kanan bawah ( lokasi khas Usus Buntu ). Mungkin sekali menderita Appendicitis Chronica ( Radang Usus Buntu Menahun ) dan sekarang kambuh lagi ( akut )

Dalam benak saya saya membuat Diferensial Dignosa bagi pasien ini.
Nyeri perut kanan bawah paling sering disebabkan oleh:
1. Radang Usus Buntu ( Appendicitis Acuta )
2. Batu Saluran Kencing sebelah kanan atau Batu plus infeksi.

Untuk membuat Diagnosa yang benar, saya perlu data hasil pemeriksaan penunjang seperti: pemeriksaan Darah, Urine dan Foto perut.

Terhadap Nn. L sudah dilakukan pemeriksaan Rontgen: hasilnya terdapat Appendicitis chronica ( Radang Usus Buntu Menahun ), Darah: menunjukan adanya peninggian jumlah sel-sel darah putih yang menandakan adanya infeksi dalam tubuhnya dan hasil Urine: Keruh dan banyak sel-sel darah Putih ( menunjukkan adanya ISK / Infeksi Saluran Kencing ).
Jadi pasien Nn. L ini terdapat 2 penyakit yaitu gangguan usus buntu dan gangguan saluran kencing.

Dokter Ahli Peyakit Dalam ( dokter yang pertama kali memeriksa Nn. L ) merujuk L ke Rumah Sakit tadi untuk operasi Usus Buntu ( Appendectomy ). Siang ini belum ada kamar kosong untuk merawat L, baru besok dapat masuk RS. Beliau juga menyatakan boleh masuk RS besok ( menunjukkan bahwa radang Usus Buntunya bukan Akut yang harus membutuhkan tindakan operasi segera / cito ).

Pertanyaan yang diajukan kepada saya via HP adalah apakah ia harus dioperasi atau tidak perlu.

Dari pada dikemudian hari ( mungkin pada saat penting spt: pernikahan / acara keluarga lain ) Nn. L menderita Appendicitis Chronica Exacerbasi Acuta, maka lebih baik sekarang saja dioperasi. Selesai operasi pasti ia akan diberikan obat anti Infeksi ( antibiotika ) sehingga dengan demikian ISK nya juga akan terobati.

Masalah sekarang adalah mencari kamar untuk merawatnya. Saya sayankan agar L menitipkan HP agar pihak Tata Usaha RS tadi dapat segera menghubungi L sore ini atau besok pagi untuk segera masuk RS bila sudah ada kamar kosong. Kepada orang tuanya saya sarankan agar mereka segera dari kota kami, Cirebon menuju Yogya untuk menengok putrinya itu. Mereka sudah setuju atas saran saya ini. Win-win solution.

Hebat! dengan sebuah alat sekecil HP, kami dapat berkomunikasi antar kota dan bahkan antar negara ( Indonesia – Australia ) yang sering kami lakukan bicara dengan putra/i kami di Aussie dengan mutu suara yang jernih dan tanpa perlu bicara keras-keras.

Kemajuan telekomunikasi saat ini sudah jauh berbeda dengan keadaan tahun 1950-an dimana kalau ayah kami bicara dengan relasi bisnisnya dengan susah payah menggunaan telepon ( belum ada HP ) yang mesti diengkol dahulu untuk dapat kontak ke Kantor telepon setempat guna minta disambungkan dengan nomer telepon seseorang di kota lain ( sambungan interlokal ). Setelah tersambung tidak jarang mesti bicara keras, nyaris berteriak-teriak agar suara terdengar dengan lawan bicaranya.

Kita patut bersyukur terhadap kemajuan Komunikasi di seluruh dunia sehingga tiap orang dapat bicara dan mengirim pesan ( SMS, Chatting, Browsing Internet ) semudah menjentikkan tangan. Tentu ada cost yang mesti dibayar oleh kita dan cost itu makin lama makin murah meriah termasuk tarif akses Internet yang Unlimited sekalipun. Tiap Operator seluler berlomba-lomba mempunyai user yang lebih banyak dari pada kompetitornya. Biasalah persaingan bisnis.-

4 komentar:

  1. HP emang praktis untuk komunikasi. tapi ada efek negatifnya juga.

    Coba Dokter search google dengan kata kunci "Bahaya Radiasi Ponsel", wuih... banyak sekali jumlahnya. Bahkan telepon lama-lama bisa kena kanker otak. Hiiii.

    Saya sendiri jarang telepon lewat HP. Tapi meletakkannya kira2 60 centi dari tubuh. Itu masih bahaya nggak ya? Hmmm... pendapat Dokter bagaimana?

    BalasHapus
  2. To Kencana,

    Meskipun ada banyak bahaya dari penggunaan HP, tetapi masih banyak orang berkomunikasi dgn via HP. Sampai saat ini HP rasanya masih dibutuhkan oleh banyak orang.

    Saya sendiri jarang bicara lewat HP. Lebih banyak dihubungi oleh para pasien yg akan datang berobat. Saya lebih banyak berkomunikasi via SMS.

    Salam.

    BalasHapus
  3. Baguslaha kalau begitu. Saya penasaran, sehari Dokter bisa bicara lewat HP berapa lama? Secara Dokter sering ditelepon pasiennya gitu.
    Mau jadi bahan referensi.

    Terima kasih.

    BalasHapus
  4. To Kencana,

    Pasien yang menelepon saya atau isteri saya bisa lewat telepon rumah atau lewat Hp kami masing-masing.

    Kalau pasien atau keluarga pasien lama bicara tidak panjang, paling sekitar 2-3 menitan lah. Bicara seperlunya saja kalau bukan ingin daftar utk berobat tentu menanyakan obat yang telah diresepkan.

    Kalau putra atau putri kami dari Sydney, mereka yang menelepon via telepon rumah bisa sekitar 30 menitan sekali bicara, tiap 1 atau 2 minggu sekali.

    Salam

    BalasHapus