Minggu, Juli 03, 2011

Sirkumsisi (03)



Sunat atau khitan adalah pemotogan kulit Praeputim ( kulup ) pada seorang laki-laki.
Biasanya  Khitan dilakukan pada usia 4-7 tahun. Pada usia yang lebih besar lebih saya sukai sebab pasien lebih kooperatif, dapat diajak kerja sama  dan tidak menangis atau meronta-ronta yang akan mempersulit tugas saya. Selain itu Penis sudah lebih  berkembang dan memudahkan pekerjaan saya.

Kemarin sore pasien saya ini A, 8 tahun diantar oleh Ibunya datang untuk saya periksa dahulu keadaan Penis yang akan di khitan. Bila ada kelainan, misalnya Hypospadia ( lubang kencing ada di bawah batang Penis ), maka saya anjurkan untuk dikhitan oleh Ahli Bedah di Rumah Sakit terdekat sekalian  lokasi lubang kencing diperbaiki dengan tindakan operasi.

Ternyata lubang Praeputium pasien ini kecil. Untuk b.a.k. masih lancar, tetapi saat ditarik ke belakang kepala Penis, lubang yang keci itu menghalangi kepala Penis dapat menonjol keluar. Ah…ada sedikit kelainan nih. Semoga  besok pagi saat dikhitan ada jalan keluarnya.

---

Pagi ini seperti biasa saya bangun pagi pk. 05.00. Kebaktian di Gereja yang biasanya pukul 06.00, kami mundurkan. Kami akan mengikuti Kebaktian yang kedua pukul 09.30. Jadi masih cukup waktu untuk melakukan khitanan.

Pukul 05.30 semua peralatan untuk khitanan sudah saya siapkan. Pk. 06.50 pasien A sudah datang Rombongan keluarga mereka  yang turut mengantar A, cukup banyak. Biasanya hanya kedua orang tuanya saja yang mengantar, tetapi kali ini ada  begitu banyak orang yang datang ke rumah kami. Wah..bisa 2 minibus nih.

Konon mereka sanak famili dari kota Ciamis. Setelah khitanan selesai, mereka akan kembali ke Ciamis dan 1 minggu lagi mereka akan menghadiri hajatan  post khitanan si A ini.

Kedatangan mereka  membuat saya dan isteri saya harus bekerja lebih hati-hati lagi. Malu kalau tidak berhasil melakukan khitanan yang baik pada si A ini. Sebenarnya si A ini adalah pasien isteri saya yang oleh orang tuanya minta dikhitankan.

Pada khitanan menurut saya yang paling utama adalah keberhasilan tindakan Blok anestesi pada pangkal Penis dengan cairan Lidokain 2 %  yang saya biasa pakai. Yang lain adalah sikap yang kooperatif dari pasien. Kalau usianya  sudah agak besar maka lebih mudah. Pendampingan ayah / ibu pasien juga penting. Biasanya saya minta untuk mendampingi putranya pada sebelah Kepala pasien. Dengan demikian pasien merasa lebih tenang. Tanpa adanya rasa nyeri akibat dibius local semuanya akan berjalan baik.

Sisanya adalah keterampilan yang akan mengkhitan. Untuk pemotongan kulit Praeputium saya  gunakan alat Elektro Kauter yang dialiri strom PLN. Pemotongan dengan cara ini tidak menimbulkan peradarahan yang kadang merepotkan dan pekerjaan akan menjadi lebih lama.

Setelah pemotongan, kepala Penis masih sukar menonjol keluar. Ternyata lubang  yang sempit ini mesti diperlebar dengan menggunting lebih ke dalam kulit Preutium tadi. Beruntung pada pasien ini tidak terjadi perdarahan yang banyak. Tindakan ini membuat proses khitan sedikit lebih lama. Juga karena antara kulit dan glans ( kepala ) penis  ada perlekatan dan smegma yang putih disekitar glans mesti dibersihkan dengan kapas ber-Betadine.

Setelah proses penjahitan kulit dan mukosa yang dibantu oleh  isteri saya selesai, maka pekerjaan sisanya dilakukan oleh sang asisten, isteri dengan memberkan salep antibiotika disekitar luka dan pemberian kasa pembalut untuk fiksasi batang penis.

Kepada Ibunya saya memberikan obat yang harus diminum oleh putranya dan untuk datang kontrol besok sore. Saya akan memeriksa hasil pekerjaan saya ini.

Saat rombongan keluarga mereka  meninggalkan  Ruang Tunggu, mereka  mengucapkan permisi dan banyak terima kasih kepada kami. Kami juga membalas salam mereka dengan rasa plong, sebab  kami sudah melaksanakan tugas  khitanan dengan baik. Terima kasih Tuhan yang sudah membimbing dan menyertai kami dalam tugas ini.

Ah...sudah pk. 09.00, sudah saatnya untuk  mengikuti Kebaktian di Gereja.

Have a nice day.-

2 komentar:

  1. mungkin bagian yang sulit dari khitanan bukan hanya pada proses bedah nya , tapi juga waktu menenangkan pasien yang meronta-ronta... takut bisa salah potong dok... hehe...

    BalasHapus
  2. To Michael,

    Terima kasih sudah berkunjung.

    Benar.

    Kalau anak yang mau dikhitan itu berdasar atas kemaunnya sendiri, lebih mudah diajak kooperatif dari pada anak yang disuruh dikhitan oleh Ortunya. Sering kali mereka lebih banyak berontak, nendang-nendang. Peralatan yang sudah steril bisa terbang kemana-mana.

    Dengan perlakuan yang lebih supel dan ramah, apalagi diberi sebungkus Biskuit merk apa saja, maka semuanya dapat diatur.

    Menghadapi anak ada trik khusus sih.......

    BalasHapus