Rabu, Juni 22, 2011

Berbagai karakter manusia



Setiap hari saya  selalu  bertemu dengn orang yang sudah dikenal dan yang belum saya kenal. Lokasinya bisa di tempat praktik, saat berada di Mall, di Gereja, di Panti Wreda dll tempat. Usia mereka  mulai dari Bayi sampai Manula. Jenis kelamin Pria dan Wanita.

Saya bersyukur kalau sampai saat ini di usia senja, saya masih dapat bekerja melayani orang lain, berjalan kaki, naik sepeda, naik becak, berkebun atau  mengendarai mobil

Kalau diperhatikan lebih lanjut manusia itu terdiri dari bermacam karakter atau sifat.

Tipe yang pertama:
Ada yang lemah lembut, ramah, sopan, enak diajak bicara, mudah, memaafkan orag lain, dll .
Tipe yang demikian lebih mudah diajak berbicara, nyambung dan enak punya  teman seperti ini.

Tipe kedua:
Ada pula yang sebaliknya: mudah tersinggung, pemarah, sombong, tidak mau mengalah, judes dll.
Tipe yang ini nyebelin, susah diajak bicara, lebih baik enggak ketemu dengan orang-orang  macam ini.

Demikian pula dengan karakter pasien.
Ada yang penuh pengertian, penurut bila diberikan advis. Biasanya  tipe ini menjadi pasien langganan, bertahun-tahun bersedia menjadi pasien saya.

Ada yang sombong dan suka mengatur dokter ( sering saya membatin “Yang jadi dokter saya atau mereka?” ), misalnya minta diberi obat ini dan itu, jangan banyak-banyak jumlahnya, tidak mau disuntik / minta disuntik juga, tidak sabar menunggu giliran diperiksa, dll.

---

Ada sepasang suami-isteri yang pernah datang berobat.

Yang menjadi pasien adalah sang suami, dengan keluhan batuk-batuk sejak 5 hari yang lalu.
Sang isteri ngomel-ngomel “Itu karena ia banyak merokok, dok. Sudah saya ingatkan agar berhenti merokok, tetapi suami saya bandel.”

Sang suami merasa dijelek-jelekin di depan dokter rupanya tersinggng berat dan membela diri “Mah, saya kan sudah mengurangi rokoknya. Kalau batuk kan bisa berobat kepada dokter. Mengapa Mamah selalu menyalahkan saya? Saya juga ingin sembuh dari batuknya”.

Saya yang menjadi pendengar pertengkaran itu, akhirnya membatin “Benar, paling enak menyalahkan orang, tetapi mencatat kebaikan orang itu ( sang suami / isteri ) terlupakan”.

Setelah saya memeriksa sang suami, saya berkata dengan lembut dan nada tidak menyalahkan  “Pak, batuknya akan sembuh dengan minum resep obat ini, tetapi juga Bapak harus bantu dengan berhenti merokok, ya. Jangan lupa minum air putih minimal 2 liter sehari.”

“Baik, Dok, advisnya akan saya lakukan.”

Sang isteri masih ngomel “Pah, ingat ya, sampai di rumah jangan merokok lagi.”
Rupanya ia mengerti betul suaminya yang sering  tidak mau berhenti merokok.
Ia jengkel banget terhadap suaminya.

Semestinya sebagai Isteri tercintanya berkata  lebih lembut dan penuh pengertian. Bukan malah  selalu menyalahkan dan marah-marah. Mungkin maksudnya baik, tetapi cara menyampaikannya tidak pas buat sang suami yang  telah bekerja keras untuk dapat menghidupi isteri dan anak-anaknya.

Dengan marah-marah bukan menyeleaikan masalah, tetapi akan menambah masalah. Percayalah.

Makin dilarang, biasanya  akan makin membandel.
Jadi untuk menginginkan suami berhenti merokok, mungkin ada baiknya kalau isteri berkata dengan lemah lembuh dan penuh kasih sayang . 

Misalnya dengan berkata "Pah, apakah Papah akan berhenti merokok kalau Papah sudah menderita Kanker Paru-paru? Saya dan anak-anak ingin agar kita dapat hidup sehat dan diberkati Tuhan. Mau kan Pak?"


Kalau sang suami mau terbuka dan pikirannya masih waras, maka dengan pendampingan isteri dan keluarganya maka sedikit demi sedikit suami akan berubah, mungkin perlu waktu untuk ia mau berubah.

Ada peraturan yang harus ditaati, tetapi kenyataannya tetap dilanggar, misalnya rambu-rambu lalu litas. Lampu sudah Merah, tetap jalan terus. Dilarang parkir disini, tetap saja parkir kendaraannya disitu. Peraturan bukan untuk ditaati, tetapi untuk dilanggar. Cape deh……

Kalau mau mentaati peraturan hidup sehat, maka sebaiknya mulailah sekarang. Jangan berlambat-lambat. Kalau sudah menderita sakit ( apalagi bila kena Kanker ) maka terlambat sudah. Waktu yang lalu tidak akan kembali lagi. 


Saat ini sakit bagi kebanyakan orang sudah merupakan suatu kemewahan. Sering kali untuk menyembuhkan penyakit yang parah akan memerlukan waktu dan biaya yang sangat besar. Meskipun sudah keluar uang banyak, tetapi penyakit tidak kunjung  sembuh juga. Menyesalpun tidak ada gunanya lagi. Terlambat sudah.....

Lebih baik punya badan sehat, meskipun punya uang  secukupnya saja, dari pada  punya banyak uang tetapi badan sakit-sakitan.

----

Ada orang yang penampilannya biasa-biasa saja, tetapi ia ramah, enak diajak bicara, tidak sombong. Dengan perkataan lain ia mempunyai Inner beauty yang bagus.

Ada orang yang cantik / cakep, tetapi ia sombong, tinggi hati,  jarang mau minta maaf atau memaafkan orang lain, pemarah, kikir yang luar biasa, tidak mau mengalah. Dengan perkataan lain mereka tidak mempunyai Inner beauty yang bagus.

Kalau kita diminta untuk memilih, pilih yang mana?

Benar, kita  akan memilih orang-orang yang mempunyai Inner beauty yang bagus, meskipun wajah atau penampilannya biasa-biasa saja. Inner beauty merupakan kompenssi pada orang yang berpenampilan biasa saja. Bila  mereka berpenampilan cantik / cakep dan memunyai Inner beauty yang bagus, tentu akan sangat baik. Masih adakah orang-orang yang demikian? Semoga masih ada, mungkin jumlahnya  tidak banyak,

Lebih baik kita mempunyai dan memelihara pohon yang berbuah bagus dan manis, dari pada bagus pohonnya, tetapi tidak pernah berbuah, apalagi buah yang manis. Lebih baik ditebang saja.

“Pohon Ara yang tidak berbuah, lebih baik ditebang saja” begitu ada tertulis di Kitab Suci.

Bagaimana pendapat Anda?

4 komentar:

  1. setuju dok... karakter manusia ada bermacam2... begitu juga pasien yg datang... biarpun ada yg nyebelin toh ndak bisa ditolak.. tetap harus diladeni dgn sabar... kata orang "yang waras mengalah saja"... he he
    salam

    BalasHapus
  2. To Michael,

    He...he...anda sependapat juga.
    Anda pasti akan menghadapi kisah-kisah yang lain.

    Salam.

    BalasHapus
  3. Ya, itulah resiko punya suami perokok. Semestinya sebelum nikah, si istri udah tahu kebiasaan suaminya. Percuma ngomeli suami. Justru suami akan tambah ngambek.

    Saya menetapkan satu syarat kalau cari pacar: Cowok itu mesti bukan perokok. Kalau saya tahu dia pernah merokok tapi sekarang berhenti, tetep bakal saya coret dari daftar. Nggak peduli seganteng dan sekaya apapun dia. Nggak ada jaminan kalau dia bakal berhenti merokok selamanya. Sori ya, saya gak mau jadi perokok pasif.

    Hehehehe.... sayang sekarang sulit nyari cowok bukan perokok.

    BalasHapus
  4. To Kencana,

    Hidup itu aneh.

    Bagi orang yang anti rokok, merokok itu dianggap merugikan ( kesehatan dll ).

    Bagi Pemerintah, rokok itu penghasil devisa yang didapat dari Cukai Tembakau. Cukup banyak uang yang didapat dari Cukai ini.

    Hidup sepertinya saling bertentangan, ya.

    Kita mesti bijaksana dalam menentukan pilihan kita.

    salam.

    BalasHapus