Selasa, Juni 21, 2011

Tidak mau membuka diri



Pagi ini datang berobat seorang pasien wanita, usia sekitar 20 tahun.

“Silahkan duduk. Siapa nama Anda?” saya bertanya kepadanya.

“Wati.” 1a menjawab agak ketus.

“Wati apa? Ada  banyak pasien saya yang bernama Wati juga. Wati Asikin, Wati Halimah, Wati Suhartati. Takut tertukar namanya.” saya menjelaskan.

“Wati  aja, Dok.”

Glek..saya heran baru ditanya  nama sja sudah tertutup. Baik. Saya  pancing lagi.

“Sudah berkeluarga?”

“Sudah!”

“Siapa nama suami anda?” saya bertanya lagi.

“Yang mau berobat kan saya, mengapa dokter menanyakan nama suami saya?” jawabnya lebih ketus.

Saya masih bersabar diri, sebenarya emosi sudah hampir ke ubun-ubun.

“Begini ya Nyonya…..nama pasien itu sangat penting, sebab bisa menjadi masalah kalau salah nama. Bulan yang lalu ada sebuah Apotik menanyakan dimana alamat pasien bernama Siti Aminah ( bukan nama sebenarya ) kepada saya, sebab obat untuknya tertukar dengan pasien  lain seorang Balita yang namanya hampir sama yaitu Siti Halimah ( bukan nama sebenarnya ). Tolong Dok, kami diberi tahu dimana alamat Ibu Siti Aminah itu agar kurir kami dapat mengirimkan obat yang benar?”  saya menjelaskan panjang lebar agar pasien saya yang Nyonya itu dapat sedikit mengertilah kalau ditanya nama harus yang jelas dan tidak ada maksud lain.

“Baiklah, Dok, nama suami saya Sutrisno ( bukan nama sebenarnya ).” ia akhirnya menjawab.

“Baik, nama anda Nyonya Wati Sutrisno.” kata saya sambil menulis namanya di Buku Catatan Pasien saya.

“Berapa umur anda?” saya bertanya lagi.

Dia pikir, dokternya kok banyak nanya sih?

Dia menjawab sekenanya saja “ 17 tahun.”

Padahal  saya maklum bahwa umurnya lebih tua dari 17 tahun. Maklumlah, ( maaf ) kalau wanita ditanya  umurnya, selalu dijawab lebih muda dari umur yang sebenarnya. Kalau 53 tahun dijawab 35 tahun, agar lebih keren. Ah….Neli nih, Nenek lincah.

Sering kali saya geli menghadapi pasien-pasien macam gini, tetapi  ya sudahlah mau apa lagi. Menghadapi tiap pasien  harus secara individual. Case by case.

Pagi itu pengalaman saya bertambah satu lagi.
Bagaimana pengalaman Anda?

2 komentar:

  1. Pfffff... Iya, Dok. Wanita sensiitf soal umur, apalagi kalau udah di atas 35. Saya sendiri sungkan ditanya umur. Padahal saya masih 20 tahun lho. Hehehehehe.

    Dokter sindir saja: Baru 17 kok dah nikah? Hayooo, ada apa ini? MBA? (Ini cuma bercanda kok)

    BalasHapus
  2. To Kencana,

    Saya bertindak agar pasien tidak tersinggung atau malu utk melengkapi data Identitas pasien dalam kartu Berobatnya.

    Saya sudah maklum dalam menghadapi pasien wanita, meskipun ada banyak pasien wanita saya mau menjawab sebenarnya kalau dokter ( saya ) bertanya tentang diri mereka atau penyakit yg dikeluhkannya.

    Kalau umur pasien wanita ini masih muda kadang sulit juga atau malu atau emang tidak mau menjawab pertanyaan saya.Padahal jawabannya bukan utk kebaikan saya, tetapi utk kebaikan pasien sendiri.

    Salam.

    BalasHapus