Kamis, Oktober 01, 2009

Sydney after the Storm


Sydney Trip (02)

24 September 2009:
Penerbangan langsung Jakarta – Sydney selama 6 jam terasa tidak begitu nyaman. Namun akhirnya pesawat dapat landing dengan mulus tepat waktu, pk. 06.20 waktu Sydney ( GMT +10 ) atau pk. 03.20 dini hari WIB / Jakarta ( GMT +7 ).

Mata masih ngantuk tetapi para penumpang harus segera turun dari pesawat. Ratusan penumpang bergegas menuju antrian di bagian Imigrasi untuk mendapatkan stempel pada Paspor masing-masing sebelum memasuki Negara Australia. Dalam bilangan menit jumlah penumpang yang antri bertambah banyak karena ada pesawat yang baru mendarat. Sydney Kingsmith airport adalah bandara internasional sehingga tidak heran bila selalu sibuk dalam 24 jam. Sebenarnya saya ingin mengambil foto suasana di bagian Imigrasi ini, tetapi saya melihat ada banyak Poster di tembok yang menyatakan dilarang menggunakan alat Handycam atau Kamera di ruangan ini. Bila tertangkap basah maka akan dikenakan Pinalty sebesar AUD$1.000, wah….besar sekali dendanya, sehingga tidak heran tidak seorangpun yang mengambil foto disini.

Setelah mendapat stempel tanda memasuki Negara ini pada Paspor kami, kami bergegas menjuju ban berjalan dimana koper-koper kami berputar-putar menunggu dijemput masing-masing pemiliknya. Waktu habis sekitar 1,5 jam untuk urusan imigrasi dan pengambilan koper. Fase terakhir adalah melewati pintu terakhir yaitu pemeriksaan petugas pemeriksa koper. Seperti biasa diatas pesawat kami diberi masing-masing 1 Kartu ( Declaration card ) yang menyatakan bahwa kami tidak membawa barang-barang yang terlarang seperti: obat2an, kortikosteroid, senjata, 2.250 cc Alkohol, 250 batang sigaret, uang AUD$10.000 lebih, barang ukiran kayu, obat tradisionil, biji2an, kacang2an, makanan mengandung Ikan, burung, serangga, madu dll. Bila tidak ingin mendapatkan kesulitan maka sebaiknya mematuhi regulasi ini.

Saya melihat ada ratusan penumpang yang harus diperiksa, kalau tidak cepat bekerja maka tugas tidak akan selesai mengingat penumpang yang turun dari pesawat akan selalu bertambah. Keadaan ini lebih menguntungkan kami, sehingga koper-koper pakaian kami setelah melewati alat x-ray, tidak diperiksa dengan membuka setiap koper kami. Bila mereka orang bule, biasanya mereka selalu disuruh segera meninggalkan pintu itu tanpa banyak rewel dan menuju pintu keluar menuju para penjemput mereka.

Ketika kami tiba di ruang penjemputan suasana menjadi lebih santai, semua beban prosedural telah selesai. Kami berpelukan dengan putra/i kami. Adik-adik ipar kami juga sudah ada yang menjemput. Ada rasa plong di hati kami masing-masing dan bersyukur kalau penerbangan kami berjalan dengan baik dan mendapat perlindungan dari Tuhan.

Saya sempat mengambil foto diluar gedung airport. Udara tampak cerah tetapi tiupan angin pagi terasa cukup dingin. Tidak heran meskipun sinar matahari terik tetapi banyak orang terutama pendatang selalu memakai Jaket untuk menahan suhu yang dingin. Cuaca kota Sydney, sering kali aneh. Pagi hari udara cerah, tetapi siang hari mendadak berawan, angin bertiup kencang dan dingin serta turun hujan, sehingga jemuran pakaian akan basah kembali.

Saya melihat banyak mobil yang diparkir di banyak tempat dan kaca-kaca jendela gedung-gedung penuh dengan debu berwarna merah bata setelah terjadi Dust Storm. Rupanya debu tadi belum sempat dibersihkan oleh para pemiliknya.

Setiba mobil di tempat tinggal / flat putra kami di daerah Campsie, Sydney, saya sudah tidak tahan lagi untuk segera berbaring melemaskan otot yang selama 6 jam penerbangan dalam posisi duduk yang melelahkan dan ngantuk berat. Dalam waktu singkat saya sudah terlelap di atas bed, tanpa ganti pakaian lagi. Badan terasa lelah, tidak bertenaga seperti low batere, maklumlah usia kami sudah S2 ( sudah sepuh ).

Saya terbangun setelah 2 jam tertidur. Setelah mandi air hangat badan terasa lebih segar dan perut terasa lapar minta diisi.- Kami Lunch di sebuah Japanese Resto di Beamish Street, Campsie, dekat lokasi flat putra kami.

Pk. 18.30: putra kami mengajak Dinner. Kami menuju Huong huong, sebuah Chinese Resto didaerah Marickville. Kami memesan Nasi Goreng Ikan Asin, Tahu ca, Ayam goreng dan Crocodile Satay. Saya kira Crocodile Satay adalah Sate Buaya, ternyata yang terhidang adalah irisan daging Buaya yang ditumis dengan potongan Brokoli, irisan Wortel dan Daun Bawang. Daging Buaya ini mirip daging Sapi, namun warnanya lebih putih dan lebih kenyal. Rasanya tidak banyak berbeda. Dinner di akhiri dengan potongan Buah Jeruk Sunkis.

Banyak orang yang kami temui berasal dari daerah Oriental ( Chinese, Singapore, Hongkong, Taiwan, Japenese ) sehingga kadang saya berpikir saya ini sepertinya bukan sedang berada di Negara Kangguru ( Aussie, Oz ). Kami banyak melihat penduduk Oz bila sedang berada di Dep. Strore atau di tepi pantai yang banyak terdapat di tepi kota Sydney seperti Bondi Beach, Manly Beach dll. Di kota Sydney banyak suku bangsa atau multirasial, ada yang putih, hitam, kuning, sawo matang dll. Bahkan setiap suku bangsa yang tinggal di Oz berdomisili di daerah tertentu, mirip seperti di Negara kita, ada Pecinan, ada Kampung Melayu dll.

Pk. 19.50: kami meluncur ke rumah adik ipar ( Mr. M ) di daerah Croydon Ave, yang tidak jauh dari Resto tsb.. Keluarga Mr. M ini baru saja selesai dinner. Banyak buah-buahan yang tersaji seperti: Jeruk, Apel, buah Kiwi. Di Indo buah Kiwi umumnya terasa asam, tetapi disini terasa amat manis baik yang Kiwi Hijau maupun Kiwi yang Kuning. Kami menikmati TV layar lebar. Mutu Video dan Audio TV ini bangus. Mata kami dimanjakan oleh TV ini yang menyiarkan Berita maupun Film hiburan dengan kwalitas prima.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar