Selasa, Oktober 11, 2011

Supir



Gunung Ciremai, Kuningan, Jawa Barat, Indonesia.

Supir, Masinis, Pilot, Nahoda mempunyai fungsi yang sama yaitu membawa penumpang dalam alat transportasinya dengan selamat sampai di tempat tujuan.

Tugas mereka sangat berat karena menyangkut puluhan  sampai ratusan nyawa orang / penumpang. Tidak heran bila perusahaan transportasi masing-masing mengansuransikan jiwa para Supir dan awak kendaraan. Untuk para penumpang ada Asuransi dari pihak tertentu.

Ada juga  kantor / perusahaan / instansi lain yang tidak mengansuransikan jiwa para awak kendaraan, padahal hal ini sangat penting bagi kepentingan bersama. Mereka juga mempunyai keluarga yang mesti dihidupi

Tugas Supir, Masinis, Pilot, Nahoda sangat penting. Para penumpang bisa ngobrol, makan, minum dan bahkan tidur selama perjalanan. Bagi Supir dan kawan-kawan justru dilarang berbuat seperti penumpang tadi. Konsentrasi selama mengemudikan kendaraannya harus dijaga. Sepersepuluh detik ngantuk atau tidak konsentrasi, maka dalam kecepatan yang tinggi, kendaraan ( mobil, pesawat dll ) akan melenceng jauh dari arah yang sebenarnya. Akibatnya  bisa fatal bagi diri sendiri dan para penumpang yang mempercayakan jiwanya kepada sang Supir dan kawan-kawan.

---

Sepulang dari tugas pelayanan di sebuah Panti, saya sering berhenti di sebuah tempat makan. Saya ajak Supir yang menjemput dan mengantar saya untuk sekedar minum sirop atau  makan kolak dll. Kami makan di depan meja yang sama sambil ngobrol tentang pekerjaan, keluarga atau sekedar bergurau.

Suatu saat sang Supir bertanya kepada saya “Dok, mengapa Dokter mau minum / makan bersama Supir di satu meja?”

Saya terkejut juga mendengar pertanyaan yang tidak saya duga sebelumnya.

Saya menjawab “Apakah itu salah, Pak?”

Ia menjawab “Salah sih tidak, Dok, tetapi orang-orang yang sering saya bawa dalam mobil yang saya kemudikan, jarang mau duduk  dan ngobrol seperti pada saat ini. Saya heran Dokter kok mau berbuat seperti ini”.

Saya menjawab “Pak, untuk berbuat baikpun, ternyata tidak mudah ya. Seperti saat ini saya berbuat baikpun, mendapatkan pertanyaan seperti itu. Padahal maksud saya baik. Rasanya aneh. Kalau turun dari mobil yang sama, lalu makan / minum di meja yang berlainan. Kita kan sama-sama manusia.”

Pak Supir berkata lagi “Jarang, Dok, orang yang mau seperti Dokter ini, sehingga saya memberanikan diri untuk mengajukan pertanyaan itu. Saya penasaran ingin tahu, apa sebabnya?”

“Pak, saya tidak membeda-bedakan seseorang, baik mereka itu Pasien atau Supir. Saya anggap mereka itu sesama manusia juga yang patut saya hormati. Kalau mereka saya sembuhan dan mendapat rejeki dari mereka atau kalau saya dijempur dan diantar oleh Supir, maka wajar kalau saya berterima kasih kepada mereka. Penjabaran terima kasih itu tidak mesti dengan uang, tetapi dapat dalam bentuk yang lain, misalnya makan atau minum bersama seperti saat ini.”

Pak Supir mengangguk-anggukan kepalanya. Masih banyak obrolan  kami pada saat itu, tetapi hari sudah siang. Sudah waktunya kembali ke tempat masing-masing.

Saya berkata sambil menepuk pundak sang Supir “Ayo kita pulang. Kapan-kapan kita ngobrol lagi.”

Selamat siang.

2 komentar:

  1. pak supir pasti makin betah kalau diajak jalan sama dokter . soalnya dapat makan... hehe

    BalasHapus
  2. To Mikhael,

    Sebenarnya para Supir mau dan cukup bertanggung jawab untuk jemput dan antar saya ke Panti tsb, meskipun tanpa diajak makan / minum bersama.

    Dengan sekedar minum bersama, sering kali kami dapat melepas lelah dan berbagi pengalaman.

    Saat ini sulit mencari teman sejati apalagi sahabat.

    Semoga Tuhan memberkati pelayanan kita semua. Amin.

    BalasHapus