Kamis, Juli 11, 2013

Dokter melompati pagar



Suatu malam pada tahun akhir 1998 sekitar jam 23.00 telepon dirumah kami berdering. Ada laporan dari Lapas Cirebon yang mengabarkan bahwa ada seorang Napi yang menderita sakit perut.

Keluhan didaerah perut ini cukup kompleks. Dengan mengendari Kijang Pusling Puskesmas isteri saya, saya berangkat ke Lapas. Setibanya di depan Lapas Kelas I Cirebon, saya bingung karena kedua pintu halaman terkunci dengan gembok.

Saya lupa membawa Handphone untuk menelepon petugas jaga malam. Saya pikir, bagaimana saya bisa masuk bila semua pintu terkunci. Akhirnya saya nekat untuk melompati pagar besi yang setinggi 1 ½ meter. Setelah tengok kiri dan kanan ternyata saat itu sudah sepi ( tidak tampak seorangpun ) karena sudah larut malam, saya masuk ke halaman Lapas lewat udara alias melompati pagar.

Saya mengetuk pintu kayu untuk dapat masuk ke bagian Portir depan. Setelah pintu dibukakan oleh petugas yang bertugas malam itu, saya bertanya, “ Kenapa kedua pintu besi sudah tergembok, sehingga saya tidak bisa masuk ke halaman?”

Petugas tadi menjawab, “Karena sudah lewat jam 22.00 maka semuanya digembok, Dok”

Saya meradang lagi, “Saya mendapat laporan per telepon ada Napi yang sakit dan saya segera datang, tetapi kenapa Bagian Keamanan tidak berkoordinasi dengan bagian Portir Depan untuk membukakan pintu bagi dokter yang akan datang?”

Eh… bukannya mengakui kesalahannya, ia malah berkata,”Sebenarnya dokter bisa masuk lewat pintu gerbang di belakang.” ( konyol…..dokter dipingpong ke pintu belakang, padahal saat itu keadaannya cukup gawat karena ada Napi yang sakit ).

Saya menjawab lagi “Dokter tidak pernah lewat pintu belakang, saya lebih enak masuk dan keluar dari pintu depan Lapas.” Memang ada 1 pintu gerbang lagi untuk masuk Lapas yaitu dekat perumahan karyawan Lapas. Tetapi saya tidak terpikir untuk masuk lewat pintu itu, lebih enak lewat pintu depan persis dipinggir jalan raya Kesambi, Cirebon.

Seumur hidup menjadi dokter baru kali itulah saya melompati pagar kantor tempat bertugas. Untung saat itu sudah larut malam sehingga tidak ada orang yang melihat saya. Ah …..sial banget saya malam ini……Bekerja di Lapas sebenarnya bekerja 24 jam. Bila ada Napi yang sakit maka dokter wajib datang.

Ternyata Napi yang sakit ini adalah si Udin ( bukan nama sebenarnya ), karena parahnya kondisi Napi ini, saya menganjurkan agar di rawat inap saja di RSU.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar