Senin, Juli 08, 2013

Montir ngerjain dokter



Kejadian ini terjadi pada pertengahan tahun 1995. Suatu saat mobil saya ”batuk-batuk” alias mesin tersendat-sendat. Saya membawanya ke bengkel mobil terdekat.

Sang montir setelah memeriksa mesin mobil saya, berkata “ Karburatornya mesti disetel ulang. ( karburator adalah alat untuk merubah bensin dalam bentuk cair menjadi bentuk uap yang bila tercampur udara dan panas api busi akan mudah terbakar dan menjadi energi penggerak mesin mobi ). Disini ada 2 buah sekrup untuk setelan bensin dan untuk setelan udara. Kedua sekrup inilah yang disetel ulang.

Saya katakan, “Baiklah, tolong setelkan karburatornya.”

Tidak sampai 10 menit mesin mobil saya berjalan lancar dan tidak “batuk-batuk” lagi.

Saya bertanya, “ Berapa ongkos setelnya, Pak?”

“ Murah, dok, hanya lima belas ribu rupiah.”

Saya agak terkejut karena montir hanya memutar-mutar sekrup dan tidak ada sparepart( onderdil ) yang diganti, kok ia minta bayaran yang menurut saya agak mahal.

Saya berkata, “ Kok mahal, Pak. Kan tidak ada yang diganti dan hanya memutar sekrup saja.”
Sang montir berkata dengan enteng ( rupanya kalau dokter itu banyak duitnya, padahal tidak selalu demikian ), “ Ongkos memutarnya sih murah, tetapi untuk mencari sekrup mana yang harus diputar, itu yang mahal. Di mobil dokter ada ribuan sekrup dan hanya 2 sekrup yang saya cari dan saya setel kembali.”

Seminggu kemudian sang montir yang perokok berat ini datang berobat. Rupanya ia menderita Bronchitis ( radang bronchus, saluran nafas ). Setelah saya memeriksanya, saya berkata, “ Bapak kena Bronchitis dan sebaiknya berhenti merokok.”

Ia bertanya, “Berapa saya harus bayar?”

Saya katakan, “Lima belas ribu rupiah.”

Ia protes, “ Hanya tul-tul ( maksudnya meletakkan stetoscope di tempat tertentu ) saja kok biayanya mahal, dok.”

Saya teringat argumentasi sang montir ketika mobil saya “batuk-batuk” dan berkata,” Biaya meletakkan stetoscope sih gratis Pak, tetapi biaya untuk mencari dimana saya harus meletakkan stetoscope itu yang mahal. Kalau saya meletakkannya di sembarang tempat kan penyakit Bapak tidak ketemu. Di dalam badan Bapak ada ribuan organ tubuh dan hanya 1 organ tubuh Bapak saja yang perlu saya periksa.”

Sang pasien ini mengangguk-anggukkan kepalanya, tanda setuju argumentasi saya tadi. Makanya jangan suka ngerjain dokter.


2 komentar:

  1. cerita yang unik. hehehe

    BalasHapus
  2. To Pande Baik,

    Semula saya enggan menulis kisah saya itu, tapi akhirnya saya tulis juga. Mungkin juga ada manfaatnya bagi orang-orang lain.

    Salam

    BalasHapus