Minggu, Maret 14, 2010

Muntah saat kebaktian Gereja






Pagi ini saya dan isteri mengikuti kebaktian pagi hari di Gereja kami.
Menjelang 15 menit kebaktian akan selesai saya pribadi melihat aktifitas beberapa orang Majelis Jemaat yang duduk di sebelah podium Bpk.Pendeta H. berkotbah. Tampaknya mereka berbicara dengan Ibu Pendeta K. Saya menduga pasti ada masalah penting saat ini di dalam gereja kami. Penampakan saya ini tidak biasanya terjadi.

5 menit kemudian lengan kiri saya di sentuh oleh tangan Ibu Pendeta K dan terdengar suaranya “Pak Basuki, tolong ada Pak E yang muntah darah!”
Saya segera berkata kepada isteri saya agar segera ikut saya untuk menolong Pak E.

Tak lama kemudian kami berada di salah satu Ruang Rapat gereja kami. Kami melihat Pak E., 72 tahun sedang duduk disebuah kursi. Baju Pak E tampak basah akibat muntahannya dan keringat yang banyak keluar. Ada bercak berwarna kecoklatan. Beberapa ibu yang mengikuti kebaktian dan duduk disebelahnya mengatakan Pak E muntah darah!

Ah...ada pasien gawat nih dalam kebaktian pagi ini.

Segera Pak E dibaringkan diatas sebuah bed yang beroda sehingga moveable dengan mudah. Ibu N segera mempersiapkan alat pengukur tekanan darah dan sebuah Stetoscope.
Tekanan darah Pak E normal, denyut Jantung dan unyi nafas Pak E normal. Pak E berkata bahwa ia adalah mengidap Tekanan Darah Tinggi dan selalu minum obatnya dengan teratur.

Pak E mengatakan itu bukan darah ( mungkin agar tidak dibawa ke RS? ) tetapi ia mengisap ( emut-emut ) sebuah permen pelega tenggorokan yang berwarna coklat. Kami berunding dan memutuskan agar Pak E dibawa ke RS terdekat untuk diperiksa lebih lanjut. Dari pada nanti ada komplikasi lain, maka lebih baik Pak E segera di bawa ke RS saja. Keluarga Pak E segera di telpon dan melaporkan kejadiannya dan setuju Pak E dibawa ke sebuah RS terdekat dengan rumah Pak E.

Ketika kami akan melanjutkan mengikuti acra kebaktian, ternyata sudah selesai dan para Jemaat mulai keluar ruangan Gereja. Kami juga pulang dan mengantarkan isteri saya ke tempat pratiknya karena hari ini isteri saya mendapat tugas Dokter Jaga Kota setiap 3 bulan satu kali.

---

Kejadian ada Jemaat yang sakit ketika mengikuti acara Kebaktian di Gereja kami bukan kali ini saja. Beberapa tahun yang lalu, saya mendapatkan seorang wanita usia sekitar 35 tahun mendapat serangan Epilepsi ( penyakit Ayan ). Ia tidak sadar, mulutnya berbuih. Beberapa menit kemudian ia sadar kembali dan dapat mengikuti acara Kebaktian pagi itu sampai selesai. Saat ini wanita tsb sudah meninggal dunia di rumahnya akibat penyakit lain.

---

Kejadian lain terjadi tahun lalu, ada seorang Jemaat Pak S, 60 tahun, pagi hari ikut kebaktian dan menjawab pertanyaan tetangganya “ Mau kemana Pak pagi-pagi sudah pergi dari rumah?”
Pak S menjawab “Mau minta bekal untuk disorga, Pak” ( maksudnya mau pergi ke Gereja. ). Pukul 17.30 saya diminta oleh salah seorang kerabat Pak S untuk minta datang di rumah Pak S, karena katanya Pak S sudah tidak bernafas lagi. Ya ..Tuhan, baru tadi pagi kami bertemu, sore harinya Pak S sudah meninggalkan kita semua. Selamat jalan pak S.

---

Hidup di dunia ini tidak lama. Hanya sekali seumur hidup.
Mau diisi dengan apa hidup kita? Jawabannya ada pada diri kita masin-masing.

---

Ingin bahagia?

Untuk sehari, pergilah mancing.
Untuk sebulan, menikahlah.
Untuk setahun, warislah harta.
Untuk selamanya, tolonglah orang lain.

---

Anda memilih yang mana?

2 komentar:

  1. Wah, untung Pak E nggak muntah darah, ya. Permen coklat dikira darah.

    Tapi saya pernah mimisan saat ke Gereja waktu masih kecil. Hehehehe...

    BalasHapus
  2. To Kencana,

    Untuk amannya ya pasien segera dibawa ke RS saja utk pemeriksaan lebih lanjut.

    Mimisan saat usia dini bisa karena sedang demam atau secara spontan keluar darah dari hidung. Secara trdisionil terapinya lubang hidung yg berdarah disumbat dgn daun sirih.

    Salam

    BalasHapus