Sabtu, Maret 27, 2010

Surat Kematian






Siang ini sekitar pukul 14.15 ketika kami sedang merem-merem ayam,mendengar dering telepon. Istri saya menerima panggilan tsb. Katanya ada keluarga pasien yang ingin agar Dokter Basuki dapat dijemput dan datang ke rumah pasien di sebuah kompleks Perumahan. Pasien itu sebenarnya sudah meninggal dunia dan 1 jam lagi akan dibawa ke Rumah Duka. Bisa tidak?

Saya langsung menjawab via telepon “Bisa, jemputlah segera. Saya akan menyediakan peralatan dan blangko Surat Kematian.”

Pak E ternyata ketua RW setempat yang bicara tadi. Maklumlah keluarga pasien ini tidak mempunyai anak sehingga perlu dibantu mengingat isterinya juga sudah sepuh.
Pak E ini berkata “Dok, terima kasih ya dan saya akan segera menjemput dokter dalam waktu 10 menit.”

Wah…. ini terbalik. Keluarga pasien yang berterima kasih. Seharusnya saya yang berterima kasih, karena mendapat rejeki. Dunia ini aneh, sudah terbalik-balik.

Tidak lama kemudian sebuah Sedan mini Suzuki Karimun, warna Biru gelap berhenti di depan rumah kami. Wajah pak E ini tampak familier dan enak diajak bicara. Dalam perjalanan kami banyak ngobrol bicara tentang pengalamannya yang sudah pensiun dari sebuah perusahaan rokok di kota kami.

Setiba di rumah pasien, ternyata Pak A, 82 tahun terbaring di atas bed dan berpakaian lengkap dengan Jas yang keren. Isterinya melaporkan bahwa suaminya meninggal dunia belum lama dan nanti pukul 15.00 akan dibawa ke Rumah Duka.

Setiap jenasah yang datang ke Rumah Duka harus membawa Surat Kematian dari Dokter setempat untuk memastikan bahwa benar sudah almarhum. Tanpa Surat Sakti ini maka jenasah tidak dapat di kremasikan, dimakamkan atau dibawa keluar kota. Juga Surat Kematian ini diperlukan untuk melapor kepada pihak RT, RW, Kelurahan, Kecamatan, Kantor Catatan Sipil untuk menerbitkan Akte Kematian yang kelak akan digunakan untuk bagi waris dll keperluan. Betapa dahsyatnya khasiat Surat Kematian ini, sehingga pihak keluarga harus mendapatkan sehelai Surat Sakti ini dengan segera.

Ketika saya menerima telepon tadi, saya berkata bahwa di kompleks Perumahan tsb saya tahu ada 2 orang Teman Sejawat Dokter yang berdomisili di sana, tetapi mereka tidak berada di tempat saat itu. Akhirnya sayalah yang direkomendasikan oleh salah seorang kerabat keluarga pasien tsb.

Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap masih adakah tanda-tanda kehidupan Pak A, ternyata saya tidak menemukan semuanya alias pak A sudah meninggal kita semua. Segera saya membuat Surat Keterangan Kematian untuk Pak A ini. Data-data identitas Pak saya dapatkan dari KTP miliknya yang disodorkan oleh isterinya,. Nah lagi-lagi sebuah KTP juga sangatlah penting. Jangan sekali-kali mengabaikan KTP kita semua.

Tanpa KTP, kita tidak dapat membuat Paspor. Tanpa Paspor kita tidak dapat pergi melancong ke luar negeri atau naik haji. Tiket pesawat kelas eksekutip dapat dibeli, tetapi tanpa Paspor kita tidak akan dapat melakukan Check in di Bandara dan mendapatkan sehelai Boarding pass, kartu / striker untuk memasuki pesawat terbang kita. Simpanlah KTP anda di tempat yang aman.


2 komentar:

  1. Anonim4:15 PM

    Pak bagaimana kalau surat kematian ayah saya hilang? apa yang harus dilakukan
    Saya di Jakarta, ayah saya dimakamkan di kpampung pematang siantar

    BalasHapus
  2. Tahun berapa ayah anda meninggal dunia?

    Apakah masih ada masalah dalam bagi warisan di dalam keluarga anda?

    Kalau iya, maka silahkan anda berkonsutasi dengan seorang Notaris terdekat untuk bertanya soal bagi waris.

    Kalau tidak ada masalah dalam bagi warisan, mestinya sudah tidak ada masalah, sebab ayah anda sudah dimakamkan.

    BalasHapus