5 Januari 2012.
Kemarin putri kami yang bekerja di sebuah pabrik obat
mendapat Surat Panggilan dari Mascot Post Office untuk mengambil sebuah kiriman
barang. Barang itu rupanya kiriman kembali gadget Iphod-nya yang mengalami
masalah pada baterenya. Dengan garansi yang masih berlaku, gadgetnya itu telah diservice dan dikirim
kembali via pos.
Oleh karena ia hari
ini bekerja, maka kami yang akan
mengambilkan kiriman itu di Kantor Pos setempat.
Wah…olah raga jalan pagi lagi ini. Kemarin olah raga jalan siang. Mumpung masih
bisa berjalan maka kami manfaatkan kesempat untuk olah raga.
Oleh karena belum tahu dimana lokasi Kantor Pos itu maka
putri kami membuat semacam peta sederhana di sehelai kertas untuk menuju Kantor
Pos dan toko-toko perbelanjaan setempat.
Udara yang masih sejuk, berawan, dan
angin bertiup sepoi-sepoi nyaman untuk berjalan Lalu lintas tidak terlalu ramai,
tidak ada kemacetan lalu-lintas. Kami melintas
sebuah Taman dan sempat duduk-duduk di
banyak bangku yang tersedia di halaman Taman. Kami berkata “Tempat ini cocok untuk tinggal
pensiunan, ya. he..he..”
Foto di Taman:
Setiba di Kantor Pos, saya ambil beberapa foto. Berbeda
dengan di Indonesia yang hanya menjual benda-benda pos, mengirim dan mengambil
uang, maka Kantor Pos di Aussie berfungsi juga sebagai sebuah toko alat-alat
kantor seperti nampak pada foto yang saya buat.
Foto Kantor Pos:
Kami menyangka kami akan dilayani oleh petugas pos orang
Aussie. Ternyata petugas yang melayani isteri saya adalah seorang wanita
Chinese, usia 30 – 35 tahun yang bicara Inggris.
Setelah menerima Surat Panggilan yang dibawa isteri saya, ia
bertanya “Who is she?”
Isteri saya menjawab “She is my daughter.”
Ia berkata lagi “Your ID ( Identity Card ) please?’
Isteri saya menyodorkan Paspornya. Sang petugas tidak banyak
rewel, segera menuju ke ruangan di sebelah dalam untuk mengambil sebuah kotak
karton untuk diserahkan langsung kepada isteri saya. Tanpa diharuskan membayar
uang . Rupanya biaya kirim sudah ditangung oleh di pengirim, pihak Service
gadget tadi.
( Sore hari saat putri kami membuka kotak kiriman dari Apple itu ternyata ia mendapat kiriman Iphod generasi terbaru. Ukurannya sebesar arloji pria dewasa. Putri kami sangat gembira. Apple begitu baiknya sehingga bukan diservice tetapi diganti dengan produk terbaru. Mungkin sekali Iphod lamanya sudah discontinue ).
( Sore hari saat putri kami membuka kotak kiriman dari Apple itu ternyata ia mendapat kiriman Iphod generasi terbaru. Ukurannya sebesar arloji pria dewasa. Putri kami sangat gembira. Apple begitu baiknya sehingga bukan diservice tetapi diganti dengan produk terbaru. Mungkin sekali Iphod lamanya sudah discontinue ).
Setelah mengatakan “Thank you.” Kami keluar dari Kantor Pos
yang berukuran sekitar 12 x 10 meter itu.
Di seberang jalan kami melihat ada banyak toko yang menjual
Makanan, Roti, Pakaian dan lain-lain. Kami melihat ada juga toko Roti “Hot
bread”. Konon Rotinya enak. Kami mampir dan harus antri juga untuk membeli
sebuah Roti. Di tembok ada banyak foto macam-macam roti berikut harganya
sekitar AUD 5 – 7 . Saya pilih “Chicken
Roll “, fotoya menarik perhatian.
Semua pelayan toko roti ini Chinese women. Saya berkata
kepada pelayan yang melayani saya “ One Chicken Roll, please “
Ia mengambil Roti yang lonjong yang dibelah dua dan diberi irisan daging Ayam, irisan Wortel dan Sayuran salad, ia bertanya “Chillie?”
Semula saya tidak mengerti Kok Roti diberi Sambal. Saya
jawab asal-asalan “A Little bit, please “
Ia memberikan 2 irisan Lombok Merah. Benar-benar just a little bit ( sedikit saja ).
Harganya yang AUD 5, membuat saya berhitung: 5 x Rp. 9.000- = Rp. 45.000,- Harga itu di sini sudah standar, tetapi bagi kami cukup mahal ya. Akhirnya saya menyadari bahwa mahal atau murah itu relatip. Murah bagi siapa? dan mahal bagi siapa?
Bagaimana rasanya? Kami sharing mencicipi Roti “Chicken Roller” tadi.
Saat perut lapar, rasanya Roti tersebut enak juga. Sambil nyeruput Teh hangat
enak jugalah. Cukup untuk Lunch kami berdua.
dari foto2nya terlihat kota yang sangat bersih dan rapi ya dok, sepertinya nyaman sekali utk ditinggali
BalasHapusTo Michael,
BalasHapusBenar kan kata saya. Ada gunanya juga kalau seseorang menulis reportase ( dan sebagainya ). Anda yang baru melihat foto-fotonya saja sudah dapat memberi komentar. Rasanya anda juga ingin berkunjung ke Sydney, bukan?
Tidak heran bila anak-anak muda yang study, stay dan bekerja lebih suka tinggal disini dari pada kembali ke Tanah air.
Bagi kami yang sudah Lansia pendapatnya bisa sama atau bisa berbeda,misalnya setelah stay disini selama 1 tahun, tahun ke 2 minta balik ke Tanah air.
Adaptasi lingkungan, budaya, finansial, bahasa dan lain-lain bagi Lansia tidak mudah seperti kaum muda.
Tetap semangat.
Salam.