Kamis, Februari 19, 2009

Sayang Suami



Ada Isteri, ada Suami. Ada siang dan ada malam.
Beberapa hari yang lalu saya menulis “Sayang isteri”. Agar ada keseimbangan kali ini saya menulis kisah “Sayang Suami”.

Suatu sore datang berobat Ny. Eli ( bukan nama sebenarnya ).
Keluhannya nyeri ulu hati yang sudah diderita sejak beberapa bulan lalu. Semua obat Maag, sudah dikenalnya. Ny. Eli sering berganti Dokter untuk mengobati penyakit Maagnya ( Gastritis ).

Sore ini ia meminta saya agar dibuatkan resep agar ia menjadi bodoh, agar ia cuek kepada Suaminya. Ia sudah jenuh akan kelakuannya Suaminya.

Ny Eli berkisah bahwa ia seorang Janda dengan 2 putri yang sudah besar dan bekerja di luar kota. Suami pertamanya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Ia saat ini tinggal di kota kami. Ia tidak mempunyai sanak famili di kota ini. Suaminya meninggalkan warisan antara lain sebuah toko yang berjalan baik. Secara materi Ny. Eli sudah mandiri, tidak memerlukan bantuan orang lain. Sebenarnya ia dapat hidup tenang.

Sebagai manusia biasa Ny. Eli juga kesepian. Hidup hanya ditemani seorang pembantu di rumahnya yang besar. Entah mengapa ( mungkin ada faktor lain ) ia dapat berkenalan dengan seorang laki-laki yang sudah berkeluarga dan mempunyai usaha yang mapan di kota ini. Ia hidup bersama Tn. Hadi ( bukan nama sebenarnya ) tanpa menikah resmi.

Setiap malam Tn. Hadi datang dan makan bersama Ny. Eli. Ny. Eli selalu melayani kebutuhan biologis Tn. Hadi. Ny. Eli tidak pernah meminta sesuatu materi kepada sang suami ini dan selalu melayani apa yang diminta suaminya. Enak juga ya Tn. Hadi ini, ia disayang benar oleh wanita keduanya.

Meskipun demikian Ny. Eli merasa kebutuhan pribadinya jarang diberikan oleh Tn. Hadi ini. Pergi beribadah ke Gereja, suatu masalah yang sangat pribadi yang merupakan hak azasi manusia dilarang oleh suaminya. Alasannya nanti di Gereja kamu melihat-lihat lelaki lain. Cemburuan banget sih.

Glek.. saya termenung. Kalau begitu diantar saja isterinya dan kalau ada lelaki lain yang mengganggu isterinya, ia dapat bertindak bukan? Tn. Hadi tidak setuju isterinya beribadah.

Ny. Eli berontak ingin pergi sendiri. Oleh karena itu tangan suaminya melayang ke wajah isterinya. Ny. Eli menangis, sedih dan mangkel banget.

“Mengapa anda tidak mengadukan kelakukan kepada saudara-saudara anda di kota ini?” saya bertanya.

“Saya tidak mempunyai saudara di kota ini. Kepada siapa saya harus mengadu?”
“Ya sudah, lebih baik berpisah saja secara Hukum.” Saya melanjutkan.

“Dok, kami tidak kawin Kantor, tidak punya Surat Nikah, bagaiman kami dapat bercerai? Kawin saja tidak.” Jawabnya.

Glek…saya termenung lagi. Kasihan sekali wanita ini. Kecantikan fisiknya tidak diimbangi dengan kecantikan rumah tangganya. Bagaimana ia dapat hidup bahagia?? Bagaimana sakit Maagnya dapat sembuh kalau penyakit dasarnya tidak disembuhkan? Oleh karena itu, Ny. Eli pada sore itu minta Resep agar pikirannya dibuat bodoh dan tidak bisa berpikir lagi. Suatu permintaan yang mustahil dapat diberikan oleh karena tidak memecahkan masalah primernya. Saya memberikan obat penenang dan mental spirit.

Rasa sayang yang semula menggebu-gebu, memudar ketika kelakukan sang suami yang kelewat batas.

Berbulan-bulan sejak kedatangan Ny. Eli, saya tidak mendapat kabar dari Ny. Eli. Saat kunjungan berobat yang terakhir sekitar 4 bulan yg lalu, ia mengatakan bahwa ia sudah berpisah dengan suaminya itu. Tidak disebutkan bagaimana prosesnya dan saya enggan mengetahuinya. Saya bersyukur penderitaannya berkurang.

Rasa sayang kepada suaminya tidak diimbangi dengan rasa sayang kepada isterinya. Bagamana mendapat berkat dari Yang Maha Kuasa?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar