28 Desember 2011.
Belanja self service dan Kasir elektronik.
Saat membeli bahan bakar ( bensin atau solar ) di pompa
bensin ( SPBU ) dilakukan secara self service, melayani sendiri. Kita di
Indonesia selalu dilayani petugas SPBU / orang lain. Kita selalu ingin dilayani,
padahal kita juga harus dapat melayani diri sendiri dan melayani orang lain.
Pagi ini udara cerah, matahari memberikan energinya
dengan gratis untuk menyinari Bumi kita.
Pukul 10.30 putri kami, saya dan isteri meluncur ke
IKEA Home Fornishing, suatu Mall besar yang menjual khusus barang-barang
keperluan rumah tangga ( tempat tidur, rak buku, meja, sofa, dapur set dan
lain-lain ). Putri kami ingin membeli 3 kursi tambahan untuk meja makan,
seprei, Lampu berdiri untuk di Ruang keluarga dan lain-lain.
Foto Ikea Mall:
Barang-barang yang dijual bersifat knock down, mesti
dirakit sendiri ( mirip produk Ligna di Indonesia ). Cukup banyak pengunjung di
Mall ini, tetapi cukup sedikit petugas yang berada disana. Maklum honor pekerja mahal sehingga semua bersifat self service. Kami belum penah mengunjungi sebuah toko / Mall
yang demikian. Mall ini luas sekali, berudara sejuk, tidak ada plafond sehingga
atap dan tabung-tabung AC, kabel-kabel listrik terlihat jelas dan tertata rapih sekali. Dalam ruangan
Mall yang luas, kami melihat hanya beberapa petugas dengan seragam T shirt
berwarna kuning dan hitam dengan label Ikea.
Disini tersedia banyak Buku Katalog produk Ikea.
Bila hendak membeli sebuah barang, dapat melihat di Buku atau melihat langsung
saat kita berkeliling di ruangan yang sangat luas. Putri kami, N, memilih
barang-barang yang hendak dibeli, mencatatnya pada sehelai ketas yang sudah
tersedia, menuliskan kode barang dan kode tempat mengambil barang yang umumnya
sudah dibungkus dengan karton tebal yang berlabel persis seperti dalam Buku
Katalog.
Foto Alat-alat rumah tangga:
Setelah cukup memilih dan mencatat, kami menuju
ruang tempat mengambil barang yang kami beli. Ruangan ini persis sebuah gudang
besar. Semua barang yang akan dibeli berada disini. Barang dengan kode yang
cocok harus dicari sendiri, diangkat sendiri dan diletakkan di atas sebuah troli ( kereta dorong )
khusus. Paling nyaman kalau ada teman
saat belanja. Bila beli barang yang besar ( meja makan dan lain-lain ),
repot juga sebab barangnya cukup berat
dan harus dibantu orang lain / teman. Mau minta bantuan petugas, tidak ada yang
terlihat ( self service ).
Saat kami bermalam di Flat putri kami, maka ini
adalah kesempatan yang baik untuk belanja banyak barang rumah tangga ( ada yang
membantu mengambil dan mendorong troli ).
Sesudah lengkap barang belanjaan, kami mendorong
troli ke Kasir. Setiap pintu keluar ( ada 2 pintu ) terdapat 4 Kasir, semuanya
elektronik. Setiap pembeli men-scanning label barang yang menempel ( digital
code ) di dus pembungkus barang
belanjaan. Muncul tampilan harga dan total
harga barang yang dibeli pada LCD komputer. Kartu kredit tertentu digesekkan
untuk membayar barang belanjaan. Bila mengalami kesulitan / macet, ada 2
petugas yang dapat membantu pembeli di kasir Elektronik.
Bila banyak belanjaannya, kami harus mengunggu
antrian dalam waktu yang lama. Bagusnya disini ada 2 pintu keluar dan masing-masing pintu ada
4 Kasir elektronik, sehingga kita dapat membayar pada Kasir yang sudah kosong.
Setiap pembeli yang akan membayar selalu menunggu antrian, tidak pernah kami
melihat ada orang yang menyerobot begitu saja. Kalau hal in terjadi maka kita
akan diteriaki orang-orang lain.
Selanjutnya mesin akan mengeluarkan lembar / struk
belanjaan seperti kita belanja di Mall di Indonesia. Selesai?
Ternyata belum. Masih ada prosedur yang terakhir. Saat
kami akan meninggalkan ruang Kasir Elektronik ini ada 2 orang petugas Pria yang
berseragam Ikea, akan memeriksa Struk belanjaan dan mencocokkan jumlahnya dengan
barang belanjaan yang ada di atas Troli kita. Hal ini dilakukan kalau-kalau ada
pembeli yang nakal / tidak jujur, misalnya ada barang belanjaan yang belum di
bayar tetapi sudah ada di atas Troli. Setelah Petugas yakin belanjaan dan Struk
cocok, maka dengan senyuman Petugas mempersilahkan kami meninggalkan ruangan
itu. Selesai sudah kami belanja.
Repot? Tidak juga sih. Oleh karena prosedurnya
demikian, maka penduduk sudah terbiasa dengan Kasir elektronik seperti itu.
Kesimpulan saya, untuk belanja di Mall dengan Kasir
Elektronik, kita harus:
1. Mempunyai Kartu Kredit, tidak perlu bawa uang kontan banyak, bisa dibayar bulan depan.
2. Tidak gaptek ( gagap teknologi ).
3. Jujur.
1. Mempunyai Kartu Kredit, tidak perlu bawa uang kontan banyak, bisa dibayar bulan depan.
2. Tidak gaptek ( gagap teknologi ).
3. Jujur.
Suatu hal yang mesti diingat adalah “Jangan sampai
terjadi besar pasak dari pada tiang.” Ceritanya bisa jadi panjang.
Selamat malam.-
nice sharing dok... andaikata di Indonesia ada juga sistem belanja seperti ini... pasti akan lebih mudah dan tidak ribet (semuanya orang mengurus dirinya sendiri) (sayangnya belum ada) ... kalau dari kesimpulan dokter di atas, saya rasa poin nomor tiga (kejujuran) lah kunci utamanya...
BalasHapusTo Mikhael,
BalasHapusIya mestinya di negara kita juga bisa, meskipun dengan susah payah, sebab kalau bisa nipu ya nipu aja. Saat masih SD, teman2 kalau jajan di warung sekolah bilangnya "Maji", makan lima bilang siji ( satu ). Jadi susah juga kalau sejak kecil sudah begitu.
Kalau berbuat spt itu di negara orang, pasti akan ketahuan sebab pengawasannya juga ketat dan kena sangsi berat, minimal diperiksa Pak Polisi. Malu deh, kalau diperiksa Paspornya dari negara mana? he..he..ketahuan nih.
Salam.