Selasa, Maret 24, 2009

Karakter Dokter




Setelah menulis tentang Karakter Pasien, agar berimbang saya menulis juga tentang karakter Dokter. Tidak ada maksud untuk memuji-muji atau menjelek-jelekkan Teman Sejawat, tetapi inilah fakta yang saya dapatkan.

Sebagai manusia biasa Dokter juga punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Berdasar pengamatan saya yang juga sebagai Dokter, karakter Dokter bermacam-macam a.l.:

1. Dokter yang ramah, santun, enak diajak bicara. Pasien biasanya menyenangi tipe ini. Biasanya jumlah pasien dokter seperti ini tidak banyak, sehingga punya banyak waktu untuk menghadapi pasien. Pasien menganggap Dokter ini sebagai Dokter Keluarga mereka. Pasien menjadi langganan Dokter demikian bertahun-tahun. Pasien lebih menyukai tipe ini.

2. Dokter yang bersedia memenuhi keinginan para pasiennya, seolah-olah takut kehilangan pasiennya. Jadi win-win solution-lah. Kalau sebatas masih wajar, tidak banyak melanggar aturan yang berlaku, masih oke-lah.

3. Dokter yang banyak pasiennya, sering kali sulit ditanya penyakit Pasiennya. Seolah-olah takut kehilangan waktu untuk memeriksa pasien-pasien yang lain, padahal mereka menerima doctor fee. Kalau ditanya oleh keluarga pasien, seringkali marah atau ketus. Menghadapi Pasien yang nota bene orang yang sedang sakit harus bijaksana, mengerti keadaan penyakit pasien ( misalnya Kanker stadium lanjut, Stroke dll ). Kalau bukan bertanya kepada Dokternya, lalu bertanya kepada siapa lagi? Lalu mengapa marah-marah? Aneh tetapi nyata. Jadi rasanya jumlah pasien mesti dibatasi, agar ada cukup waktu untuk pasien-pasiennya.

4. Ada Dokter yang ketat akan jam prakteknya. Pasien yang minta pertolongan di luar jam praktek sering kali tidak dilayani. Memang benar pada Papan nama Dokter dicantumkan praktek jam sekian sampai jam sekian. Bila ada pasien yang dalam keadaan gawat darurat, mengalami kecelakaan lalu lintas di depan rumah atau tempat prakteknya, mestinya aturan jam praktek itu dapat fleksibel. Menolong orang kan tidak salah, tetapi sebaliknya tidak mau menolong orang rasanya tidak benar. Lalu minta bantuan siapa yang terdekat? Rumah Sakit sering kali lokasinya cukup jauh.

5. Ada Dokter yang setelah lulus sekolahnya, tidak melakukan profesinya tetapi menjalankan profesi lain ( pindah profesi ) seperti menjadi: Artis, Aktor, Pengusaha, Pejabat dll. Rupanya mereka tidak happy. Mereka sekolah Dokter karena kemauan Ortunya. Setelah lulus Dokter, mereka berubah arah sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Sering kali mereka lebih sukses di dalam perofesi barunya, tapi sayang Ortu mereka banyak yang kecewa.

6. Ada yang sekolah Dokter bukan atas kemauan sendiri tetapi karena kemauan Ortu. Untuk membalas jerih payah Ortu, mereka mau sekolah Dokter, meskipun cita-cita mereka bukan jadi Dokter. Saya termasuk tipe ini ( wah……….. jadi ketahuan deh rahasianya ). Keinginan saya sebenarnya ingin jadi Dokter Hewan seperti yang saya tulis dalam artikel “Mengapa Dokter Hewan” di Blog ini ( 07/10/07 ). Saya sempat berdebat dengan Ayah saya almarhum soal mau jadi Dokter Hewan atau Dokter Praktek Umum. Biasanya sumber pemberian dana dari sponsor yang membiayai kuliah yang lebih dominan. Lama kelamaan saya akhirnya jatuh cinta juga menjadi Dokter Praktek Umum dan jadilah saya Dokter sampai usia Pensiun dini pada tahun tahun 2000.

• Profesi Dokter, Pengacara, Pedagang, Costumer Service dll profesi yang berhadapan dengan orang yang butuh pelayanan semestinya bertindak santun, ramah dan keep smiling. Para pasien / klien mereka akan jauh lebih senang dilayani seperti itu dari pada sebaliknya dilayani dengan wajah yang ditekuk seperti wajah tanggung bulan. Mencari Dokter yang cocok kadang sulit, tetapi bila sudah ketemu maka ia dapat menjadi Dokter Keluarga dalam jangka lama. Promosi dari mulut ke mulut, sering kali lebih berguna dan lebih murah dari pada pasang iklan dengan biaya yang mahal ketika pada awal buka praktek dokter. 

• Kalau saat ini anda kebetulan jadi Dokter, anda termasuk tipe yang mana ya? Mungkin yang banyak yang tipe 6 , seperti saya. He..he..



4 komentar:

  1. Anonim12:51 AM

    Dok, tulisannya bagus2. Renyah dibaca dan perlu. Salam kenal, saya seorang praktisi dan konsultan PR, kebetulan saat ini sedang banyak menangani isu tentang RS. Terima kasih tulisannya bisa jadi inspirasi :)

    Aji
    ajisoka@gmail.com

    BalasHapus
  2. To Aji,

    Makasih sudah berkunjung.

    Salamnya saya terima dengan baik.
    Saya bersyukur kalau jerih payah yang saya posting ke Blog saya ini, minimal dapat berguna bagi para Blogger yang berkunjung.

    Salam sukses.

    BalasHapus
  3. Klaau ada yg kuliah kedokteran padahal gak minat itu sayang sekali. Selain waktu terbuang percuma, buang duit lagi.
    Kuliah kedokteran itu sampai 8-10 tahun, ya?

    BalasHapus
  4. To Kencana,

    Anda benar study Kedokteran itu cukup lama dan membutuhkan biaya yang besar juga.

    Utk Dokter Umum ( S1 ) sekitar 6 tahun, utk Dokter Spesialist ( S2) butuh waktu 3-5 tahun tergantung dari Spesialis bidang apa. Biaya S2 jauh lebih mahal dari pada S1. Jadi kalau tidak sungguh-sungguh belajar, ya sayanglah waktu dan biaya terbuang percuma.


    Salam.

    BalasHapus