Kamis, November 10, 2005

Alergi Antalgin.

Keadaan alergi ini tidak diinginkan oleh banyak orang, tetapi keadaan yang bersifat bawaan lahir ini sering terjadi di masyarakat. Alergi yang merupakan manifestasi dari keadaan tidak tahannya seseorang terhadap sesuatu yang menimbulkan gejala-gejala berupa : gatal, kaligata/biduran, sesak nafas dan bahkan anafilaktik shok serta kematian. Sesuatu itu dapat berupa: makanan, minumam, kosmetik, obat, perubahan hawa, tepung sari dan lain-lain.

Suatu malam 5 Sept 1990, rumah kami didatangi oleh sepasang suami-isteri yang ingin berobat. Waktu menunjukkan pukul 21.30 malam, setelah mempersilahkan pasien yaitu sang suami dengan umur sekitar 35 tahun berbaring di bed periksa, saya mewawancarai isterinya ( melakukan heteroanamnesa dari isterinya ) keluhan, riwayat penyakit dsb. Sang Isteri mengatakan bahwa sang suami yang alergi tablet Antalgin, pada pukul 19.30 minum obat Antalgin ( yang dibeli di warung ) karena ia merasa pusing kepala. Oleh isterinya dilarang minum Antalgin tetapi karena saat itu sudah malam dan mereka tidak mempunyai obat pusing yang lain, terpaksalah Antalgin itu yang diminum sang suami.

Saya memeriksa keadaan suaminya itu: tekanan darah 100/60mmHg ( cukup rendah dari keadaan normal, gejala awal shok ), kesadaran menurun, kontak inadekwat, badan terasa dingin, tidak ada sesak nafas. Secepatnya saya mengatakan kepada sang isteri bahwa keadaan suaminya cukup parah dan sebaiknya segera dibawa ke Rumah Sakit ( ada 1 Rumah Sakit yang jaraknya hanya 100 meter dari rumah saya ). Perkiraan saya dengan naik Jip yang dikendarai supir mereka dalam waktu cepat ( 2 menit ?) pasti sudah sampai di Bagian Gawat Darurat. Saya menuliskan Surat Rujukan ke RS tadi dan menyerahkannya kepada sang isteri. Tanpa mengharap jasa pelayanan, saya membukakan pintu ruang praktek agar mereka segera ke RS. Dengan dibantu isterinya pasien saya ini keluar dan ketika tiba di teras rumah, pasien ini muntah-muntah mengeluarkan banyak is lambung yaitu berupa nasi ( tanda shok lain muncul lagi ). Setelah mereka meninggalkan rumah saya, saya masih harus membersihkan lantai akibat muntahan pasien tadi ( sang pembantu rumah tangga sudah tertidur ).

Saya mengharapkan agar pasien saya ini mendapat pelayanan RS dan terhindar dari keadaan yang lebih buruk lagi. Keesokan hari pada pukul 06.00 pagi saya menghubungi RS dekat rumah saya untuk menanyakan adakah pasien saya tadi malam masuk RS dan bagaimana keadaannya sekarang? Sungguh terkejut saya mendapat jawaban bahwa tidak ada pasien dengan nama pasien tadi. Saya menghubungi semua RS yang ada di kota saya dan jawabannya sama dengan RS yang pertama. Saya bingung kemana pasien semalam dibawa? Pulang ke rumah ?

3 hari kemudian saya mendapat kunjungan seorang ibu yang ternyata isteri dari pasien saya ini yang ingin memeriksakan anaknya untuk berobat. Saya mendapat informasi tentang suaminya bahwa malam hari sepulang dari tempat praktek saya, sang suami menolak masuk RS dan minta pulang kerumah saja.

Sampai dirumah sang suami tertidur dan terbangun keesokan harinya dengan keadaan sehat. Puji Tuhan, pasien ini tidak mengalami shok yang dapat membahayakan jiwanya. Beruntung sekali pasien ini yang sudah mengetahui bahwa ia alergi Antalgin, masih saja minum Antalgin dan ia sudah merasakan akibatnya. Semoga ia tidak berani lagi minum tablet Antalgin.-


4 komentar:

  1. wah untung aku gak alergi ama obat,
    jadi ama deh

    BalasHapus
  2. Iya beruntunglah anda kalau tidak mempunyai faktr Alergi dalamtubuh anda.

    1 faktor penyebab penyakit: hilang

    Salam.

    BalasHapus
  3. Anonim12:53 PM

    Saya baru dari Puskesmas karena sakit Gigi. Oleh dokter jaga saya di berikan obat Antalgin dan Amoxillin. Alhamdulillah setelah minum kedua obat tersebut tidak ada reaksi alergi di dalam tubuh saya.

    BalasHapus
  4. To Anonim,

    Anda beruntung, tidak menderita alergi terhadap Antalgin ataupun Amoxicilin. Semoga lekas sembuh.

    Salam.

    BalasHapus