Setelah diperiksa ternyata putranya menderita Flu.
Saya membuatkan resep Puyer obat Generik sebanyak 10 bungkus untuk si B.
Pak A berkata dengan sengitnya “ Kemarin dulu saya membawa putra saya si B berobat disini.”
Saya bertanya “ Iya benar. Lalu ada masalah apa?”
Pak A berkata lagi “ Dokter ini bagaimana memberi resep, harga puyer itu hanya Rp. 9.800,-“
Saya bertanya lagi “ Emang kenapa dengan Rp. 9.800,- Apakah putra bapak belum sembuh?”
Pak A menjawab “ Sudah sembuh, Dok, karena itu sekarang saya bawa kakaknya kesini. tapi kok harga obatnya hanya Rp. 9.800,- Biasanya Dokter langganan saya kalau memberi resep harganya sekitar Rp. 100.000,- an. Saya punya jatah dari kantor sebanyak Rp. 250.000,-”
Saya menjawab lagi “ Iya syukurlah kalau putra bapak sudah sembuh, meskipun dengan resep obat hanya seharga Rp. 9.800,- saja. Kalau dengan harga yang murah saja bisa sembuh. Untuk apa Bapak bayar harga obat yang lebih mahal? Kemudian ada keperluan apa lagi Bapak datang ke tempat saya?”
Ternyata Pak A ini ingin memeriksakan putranya yang lain, tampaknya kakak beradik ini sakit yang sama yaitu Flu.
Saya membatin “ Dengan harga obat yang murah dan penyakitnya bisa sembuh, mengapa ia marah-marah? Mestinya dengan harga obat yang mahal tetapi penyakitnya tidak sembuh, barulah ia layak marah-marah. Ini kok terbalik ya. Aneh tapi nyata.Yang aneh saya atau pak A?”-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar