Minggu, November 13, 2005

Pasien tidak puas.

Ada seorang Bapak, pak A., yang membawa putranya si B, 3 tahun yang sakit untuk berobat. Dari anamnesa ( riwayat penyakit ) sang ayah berkata bahwa ia sudah mendatangi Dokter umum langganannya, tetapi sore itu tidak praktek karena pergi ke luar kota.

Setelah diperiksa ternyata putranya menderita Flu.

Saya membuatkan resep Puyer obat Generik sebanyak 10 bungkus untuk si B.

2 hari kemudian sang ayah datang berobat kembali sambil membawa kakak si B yaitu si C, 5 tahun. Ketika mereka akan memasuki Ruang Periksa, sang ayah marah-marah kepada saya.

Katanya “ Dokter ini bagaimana sih!”

Saya menjawab “ Pak silahkan duduk dulu. Sebenarnya ada masalah apa? Kok marah-marah kepada saya. Apa salah saya?”

Pak A berkata dengan sengitnya “ Kemarin dulu saya membawa putra saya si B berobat disini.”

Saya bertanya “ Iya benar. Lalu ada masalah apa?”

Pak A berkata lagi “ Dokter ini bagaimana memberi resep, harga puyer itu hanya Rp. 9.800,-“

Saya bertanya lagi “ Emang kenapa dengan Rp. 9.800,- Apakah putra bapak belum sembuh?”

Pak A menjawab “ Sudah sembuh, Dok, karena itu sekarang saya bawa kakaknya kesini. tapi kok harga obatnya hanya Rp. 9.800,- Biasanya Dokter langganan saya kalau memberi resep harganya sekitar Rp. 100.000,- an. Saya punya jatah dari kantor sebanyak Rp. 250.000,-”

Saya menjawab lagi “ Iya syukurlah kalau putra bapak sudah sembuh, meskipun dengan resep obat hanya seharga Rp. 9.800,- saja. Kalau dengan harga yang murah saja bisa sembuh. Untuk apa Bapak bayar harga obat yang lebih mahal? Kemudian ada keperluan apa lagi Bapak datang ke tempat saya?”

Ternyata Pak A ini ingin memeriksakan putranya yang lain, tampaknya kakak beradik ini sakit yang sama yaitu Flu.

Saya membatin “ Dengan harga obat yang murah dan penyakitnya bisa sembuh, mengapa ia marah-marah? Mestinya dengan harga obat yang mahal tetapi penyakitnya tidak sembuh, barulah ia layak marah-marah. Ini kok terbalik ya. Aneh tapi nyata.Yang aneh saya atau pak A?”-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar