Cirebon, 6-Sep-00.
Siapapun kalau bisa tidak ingin mati, sehingga sering dimintakan semoga panjang umur bagi mereka yang berulang tahun. Sebenarnya lebih baik bila dimintakan: semoga awet muda. Panjang umur tetapi bila tidak dapat merawat diri sendiri lagi, maka akan merepotkan orang lain. Semua di dunia ini ada waktunya, ada waktu menanam ada waktu untuk menuai, ada waktu berjumpa ada waktu untuk berpisah, ada waktu untuk lahir dan ada waktu untuk meninggal dunia. Tetapi bila meninggal dunia ketika masih berumur beberapa hari setelah dilahirkan, maka ini merupakan kejadian yang menyedihkan sekali, seperti pada kasus ini.
Kasus ini terjadi pada tahun 1981 ketika saya menjadi Kepala Puskesmas Cirebon Utara dan merangkap Kepala Puskesmas Kapetakan. Seminggu setelah bertugas di Puskesmas Kapetakan kira-kira pukul 10.00 pagi ada seorang Bapak yang meminta dokter datang kerumahnya yang berjarak 50 meter dari Puskesmas, karena anak bungsunya sedang sakit parah. Anak ini baru berumur 7 hari yang terbaring di sebuah bale. Pasien ini tampak kejang pada rahangnya ( trimus ), demam dan sudah 1 hari tidak mau minum Asi ibunya. Tampak ibunya sedang menangis diatas bale ( tempat tidur ). Pusar bayi itu masih dibungkus ramu-ramuan. Terlintas dalam pikiran saya bahwa bayi ini mengalami kejang akibat infeksi pada pusarnya sehingga ia demam dan ia sedang menderita Tetanus neonatorum. Segera saya menganjurkan agar bayi ini dibawa ke RSU Gunung Jati, tetapi mereka menolak karena alasan ekonomi. Saya melihat kakak-kakak bayi ini ada 4 orang, rumahnya sangat sederhana dengan lantai dari tanah dan ayahnya in adalah buruh tani. Mereka hidup dalam kesederhanaan dan belum mau masuk program KB. Tak lama setelah saya kembali di Puskesmas, saya mendengar bahwa bayi ini sudah pergi alias meninggal dunia. Duh.. pendek benar umurmu nak. Perawatan tali pusat yang buruk akibat lahir ditolong Ibu paraji ( dukun beranak yang belum mendapat latihan prenatal care bagi bayi ) menyebabkan penyakit Tetanus neonatorum ( tetanus pada bayi baru lahir ). Hal ini merupakan tantangan bagi petugas kesehatan di Indonesia agar jangan ada lagi kasus Tetanus neonarorum. Karena itu program pelatihan Prenatal care bagi para Paraji mutlak harus dilakukan untuk mencegah penyakit Tetanus pada bayi yang baru lahir dimana angka kematiannya sangat tinggi yaitu 80 - 90 %.-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar