Sabtu, November 12, 2005

Kematian

Kasus kematian sering saya alami dalam praktek sore saya. Saya sering dipanggil keluarga pasien karena pasien dalam keadaan gawat.

Salah satu diantaranya ialah kasus Bapak A, umur 65 tahun, dengan riwayat penyakit ada Hypertensi ( darah tinggi ) yang tidak teratur berobat. Ketika keluarga memanggil saya, pasien masih bernafas meskipun dengan susah payah. Ketika saya datang dengan segera, pasien ini sudah tidak bernafas lagi alias baru saja meninggal dunia. Saya memeriksa pupil ( anak mata ) sudah mengalami dilatasi total dan reflek pupil yang negatif ( tidak mengecil ketika disinari lampu batere ), detak jantung negatip dan pernafasan berhenti.meskipun badan masih hangat. Kemungkinan besar pasien ini telah mengalami Stroke yang berat sehingga langsung meninggal dunia. Saya katakan “ menyesal sekali Bapak sudah di panggil Tuhan, saya turut berduka cita “. Setelah mendengar ini maka terdengarlah tangisan para anggota keluarga pasien yang mengantarkan kepergian Bapaknya. Ya Tuhan terimalah Bapak A ini disampingMu, saya mengucap dalam hati. Dengan lesu saya pulang dan menolak menerima bayaran dari keluarganya karena memang tidak dapat berbuat banyak. Bila terdapat kasus kematian demikian bukannya saya mendapat bayaran tetapi saya mengeluarkan uang sebagai rasa turut berduka cita ketika saya melayatnya dirumah duka sebelum hari pemakamanya. Hal demikian saya lakukan bila saya mengenal dekat dekat pasien atau keluarganya.

Kasus kematian lain terjadi pada tahun 1996 di Lapas Kelas I Cirebon. Pak S. adalah Napi yang menderita penyakit Darah tinggi. Dengan obat-obatan yang tersedia di Balai Pengobatan Lapas kami memberikan pengobatan. Ketika penyakitnya bertambah parah dengan ditandai meningkatnya tekanan darah sampai 190/100 mmHg dan kedua tungkai yang membengkak maka dirawatlah di RSUD Gunung Jati. ( bahkan sampi 2 kali keluar masuk RS ). Karena keadaannya membaik maka pasien napi ini dipulangkan dari RSU. 2 hari kemudian pada suatu pagi ia minta mandi dan ditolong kawan-kawan Napi sekamarnya. Pakaiannya diganti dengan yang bersih dan 1 jam kemudian ia pergi meninggalkan kami untuk selama-lamanya dalam keadaan tenang. Rupanya Pak S. punya firasat bahwa sebentar lagi ia akan dijemput pulang dan ia ingin agar fisiknya bersih dengan minta dimandikan kawan-kawannya. Kami memberitahukan kematiannya kepada keluarganya. Mereka menerimanya karena mereka mengetahui bahwa ia memang sakit sebelum kepergiannya.

Dari contoh 2 kasus kematian ini, saya makin menyadari benar bahwa ada waktu lahir dan ada waktu meninggal dunia walau berapapun umur manusia. Kalau sudah dijemput, kita tidak bisa berbuat banyak lagi untuk menolak kematian ini. Sudah siapkah kita semua ketika hal ini terjadi pada diri kita masing-masing?-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar