Minggu, November 13, 2005

Disangka tukang kebun

Suatu hari Minggu sekitar jam 16.00 bulan Agustus 2002, saya dengan mengenakan celana pendek, T shirt dan topi pet mencabuti rumput liar yang tumbuh di halaman depan rumah kami. Setelah lima menit saya bekerja, seorang ibu yang ditemani oleh seorang anak perempuan yang berumur kira-kira 6 tahun memasuki halaman rumah kami.

Sang ibu bertanya kepada saya, “Pak, pak dokternya ada?”

Saya menjawab sambil menunduk ( khawatir terbongkar rahasiaku ), “Ada. Ada keperluan apa Ibu ?”

Ibu tadi menjawab, “ Anak saya ingin berobat.”

Saya berkata, “ Baiklah, saya akan memberitahukan kepada pak dokter.”

Saya segera memasuki rumah dan berganti pakaian praktek dokter, baju putih dan celana panjang.

Saya membukakan pintu ruang periksa sambil berkata, “Ibu, silahkan masuk.”

Ketika mereka berada di dalam ruang periksa, sang anak berkata kepada ibunya, “ Bu, inikan tukang kebun yang tadi ada di halaman.” ( rupanya anak itu masih mengenali wajah saya tadi meskipun hanya sekilas wajah ).

Menyadari hal ini sang ibu berkata kepada saya, “Maaf, pak dokter. Kami mengira ia adalah tukang kebun, eh… tidak tahunya pak dokter sendiri.”

Saya berkata sambil tersenyum, “ Benar bu, tadi saya mencabuti rumput liar untuk menghilangkan stress.”

Ibu tadi berkata lagi, “ Ah… pak dokter, bisa aja”, sambil tersenyum malu ( saya juga jadi malu, rahasiaku terbongkar ).

Rupanya benar pendapat yang mengatakan bahwa pakaian dapat merubah penampilan seseorang. Anak tadi mepunyai ingatan yang kuat, masih dapat mengenali wajah saya meskipun ia hanya melihat hanya sesaat. Ternyata ia sedang menderita Flu.

Sejak penyamaran saya itu, saya harus berhati-hati lagi dalam berpakaian bila tidak ingin dianggap sebagai tukang kebun.-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar