Kamis, Februari 21, 2013

Hipertensi (02)


Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi, cukup banyak diderita oleh pasien yang datang berobat.

Sering kali Hipertensi bersifat genetik ( keturunan ) bila orang tuanya ada yang menderita Hipertensi maka keturunannyapun akan menderita penyakit yang sama. Pada orang yang kelebihan berat badan pun sering kali menderita Hipertensi. Waktu usiapun turut berpengaruh, pada usia lanjut, diatas 60 tahun sering kali penyakit ini muncul. Pembuluh darah yang mengalami aterosklerosis, penebalan dinding pembuluh darah akibat penumpukan Kolesterol, membuat pembuluh darah menjadi lebih sempit dan tekanan darah menjadi lebih tinggi. Penyakit Kencing manis ( Diabetes mellitus ) yang merupakan penyakit gangguan metabolik sering disertai Hipertensi. Kadar Lemak darah ( Kolesterol, Trigliserife ) yang meninggipun sering kali disertai Hipertensi. Jadi bila ada pasien yang menderita Hipertensi, sebaiknya diperiksa kadar Gula darah, kadar Lemak darah ( Kolesterol, Trigliseride, HDL dan LDL ).

Selain itu juga faktor Stres sering kali turut berperan dalam penyakit Hipertensi ini. Bila seseorang mengalami Stres misalnya dipecat dari pekerjaan, kehilangan salah satu anggota keluarganya, dan lain-lain.
---
Kemarin sore datang berobat seorang pasien, Ibu S yang datang diantar oleh seorang abang Becak. Saat ditanya berapa umurnya, Ibu S tidak dapat memberikan jawaban yang pasti. Ia lupa atau tidak tahu berapa umurnya sendiri. Ia mengatakan umurnmya 60 tahun lebih. Badannya gemul sekali, over weight, 85 Kg. Ia tidak tahu apakah kedua orang tuanya yang sudah meninggal dunia ada menderita penyakit Hipertensi, Kencing manis dan lain-lain.

Ibu S mengeluh kepalanya sering berputar-putar ( vertigo ) dan sulit tidur ( Insomnia ).

Pada pemeriksaan fisik, tekanan darahnya tinggi: 220/100 mmHg. Denyut Jantung: 90/ menit ( tachycardia ). Bunyi Jantung dan paru-paru: tampak normal, tidak ada edema ( bengkak ) pada tungkai bawah.
Ibu S menderita Hipertensi dan Vertigo.

Sebenarnya saya ingin mengetahui lebih lanjut adakah ia juga menderita Kencing manis, Hiperlipidaemia ( peninggian kadar Lemak darah ), tetapi karena Ibu S ini pekerjaannya adalah pembantu Rumah Tangga, maka saya batalkan rencana untuk melakukan pemerikaan Laboratorium, mengingat pemeriksaan ini membutuhkan biaya yang lumayan besarnya.
Saya memberikan resep obat generik: tablet anti hipertensi ( golongan Betabloker ), tablet antivertigo dan tablet Minor tranquilizer ( penenang ) agar mudah tidur.

Saat Ibu S meninggalkan Ruang periksa, saya berkata agar seminggu kemudian datang untuk kontrol tekanan darah lagi. Semoga ia mau datang untuk diperiksa tekanan darahnya kembali.

Minggu, Februari 10, 2013

Surat Keterangan Sakit


Suatu sore datang Ibu M, 30 tahun. Ia mengantar berobat putrinya, B, 7 tahun.

Ibu M bekerja di kota Bekasi, Jakarta. B demam, batuk, pilek sejak 2 hari yang lalu. Oleh kakeknya, Ibu M diberitahu bahwa putrinya sakit. Ibu M pulang ke kota Cirebon dan mengantar putrinya berobat kepada saya.

Setelah melakukan pemeriksaan, saya menulis resep untuk pasien B. Ibu M berkata “Dok, saya minta Surat Keterangan Sakit.”

Saya menjawab “Boleh, nanti saya buatkan Surat Keterangan Sakit untuk putri Ibu. Putri Ibu sekolah dimana dan kelas berapa?’

Ibu M menjawab “Surat itu bukan untuk anak saya, Dok tetapi untuk saya.”

Saya berkata “Saya hanya dapat memberikan Surat Keterangan Sakit untuk pasien yang berobat dan bukan untuk orang tuanya, sebab orang tuanya kan tidak sakit.”

“Iya itulah masalahnya Kantor tempat saya bekerja meminta Surat Keterangan Sakit atas nama saya,” kata Ibu M.

Saya berpikir “Ini tidak logis, yang sakit anaknya, tetapi Surat Keterangan Sakitnya untuk Ibunya.”

Saya menjawab “Tidak bisa, Bu.”

Wajah Ibu M murung.

Saya berkata lagi “Begini saja, Bu, saya buatkan Surat Keterangan Sakit untuk putri Ibu, kemudian surat ini di fotokopi beserta Resep Obat untuk putri Ibu, lalu berikan ke kantor tempat Ibu bekerja.” Jadi benar kan yang sakit putri Ibu dan Ibu datang menengok putri Ibu di Cirebon dan Ibu ijin tidak bekerja dengan bukti adanya Surat Keterangan Sakit bagi putri Ibu.

---

Saya pernah juga menghadapi hal mirip itu.
Suatu hari datang berobat Pak L, 40 tahun. Ia menderita Flu berat. Setelah diperiksa dan diberi Resep obat, Pak L berkata “Dok, saya minta dibuatkan Surat Keterangan Sehat juga”.

Saya menjawab “Untuk apa, pak, Surat Keterangan Sehat itu, Bapak kan sedang sakit. Mana bisa dalam waktu yang sama Bapak disebut sakit dan sehat bersamaan.”

Pak L ini menjawab “Besok batas terakhir bagi saya untuk memasukkan Surat Lamaran Bekerja di sebuah perusahaan dan saya harus melampirkan Surat Keterangan Sehat itu.”

Kepala saya mendadak cekot-cekot. Mana mungkin dalam waktu yang sama seseorang dikatakan sakit dan juga sehat.

Akhirnya saya menjawab “Begini saja pak, ini resep obat untuk Bapak dan untuk Surat Keterangan Sehatnya Bapak minta dari Dokter lain saja ya.”

Pak L tersenyum kecut, sebab kalau minta dari Dokter yang lain berarti harus membayar doctor fee dua kali. Sedangkan saat itu Pak L sedang mempunyai uang yang pas-pasan. Saya mengalah dan tidak memungut doctor fee. Jadi Pak L bisa membayar doctor fee untuk minta Surat Keterangan Sehatnya dari dokter lain.

---

Menghadapi keluhan pasien yang bermacam-macam sering kali seorang dokter harus bersikap bijaksana.

Selamat siang.-