Sabtu, September 28, 2013

Mengunjungi kota Berry, NSW, Australia




27 September 2013.

Hari Jum’at pukul 10.30 a.m. saya, isteri dan putri kami meluncur ke kota kecil, Berry. Jarak kota ini dengan kota Sydney sekitar 120 km atau 2 jam drive dengan mobil.

Mobil kami meluncur diatas jalan bebas hambatan dengan 2 jalur searah. Kami bergerak ke arah selatan dari Sydney. Sungguh nyaman mengemudikan mobil di jalan raya yang mulus. Sepanjang perjalanan dari kota besar seperti Sydney sampai ke kota-kota kecil seperti Berry kwalitas jalan baik, tidak ada yang rusak. Cuaca siang ini cerah dan tidak berawan.

Pemandangan di daerah perbukitan sungguh indah, di beberapa tempat terdapat daerah yang datar atau berbukit-bukit dimana terdapat sekawanan Sapi atau Kuda yang sedang merumput.

Saat kami melintas kota Wollongong, NSW, Australia, 80 km dari Sydney, kami melihat lalu lintas yang tidak macet. Di kota ini terdapat sebuah perguruan tinggi yang terkenal yaitu University of Wollongong (www.uow.edu.au). Sekitar 30.000 mahasiswa menuntut ilmu di 9 kampus yang ada disini.

Mobil kami terus meluncur ke arah selatan diringi lagu-lagu pop Australia dari radio mobil kami. Kota Berry terletak sekitar 40 km dari kota Wollongong. Sebelum tiba di Berry kami melintas beberapa kota kecil lainnya. Kami melihat di tepi jalan raya terdapat beberapa tempat pengisian bensin / solar, rumah makan dan dealer mobil seperti Toyota, Honda, Holden. Sebagian besar mobil yang hendak dijual diparkir di halaman gedung.

Sekitar pukul 01.00 p.m. kami tiba di kota kecil Berry. Meskipun cuaca cerah, sinar matahari terasa hangat, tetapi angin perbukitan di daearah ini terasa cukup dingin juga. Kami segera menuju toilet umum yang tersedia di kota ini.

Waktu lunch sudah tiba, kami mengunjungi sebuah café yang menyajikan makanan setempat. Kami menikmati beefsteak, goreng kentang, goreng ikan, salad dan saos. Setelah lunch kami berjalan kaki melihat-lihat toko-toko disepanjang raya. Kami melihat-lihat toko kerajinan tangan, pakaian dan lain-lain.

Saat kami tiba di sebuah toko yang menjual bermacam-macam teh dalam kotak, kami masuk ke sebuah toko “The Berry Tea Shop” dan memesan 2 macam teh dan secangkir kopi hangat. Kami juga menikmati bersama banana cake. Kami melihat juga ada beberapa pengunjung yang menikmati teh mereka. Sambil ngobrol kami menikmati teh kami. Saat itu pukul 03.00 p.m. saat yang tepat untuk minum teh bersama.

Setelah puas melihat-lihat kota kecil ini maka pukul 03.30 p.m. kami meninggalkan kota ini. Mobil meluncur ke kota Sydney, kota yang besar, multirasial, kota perdagangan dan kota pariwisata. Kota Wollongong kami lewati dan setelah itu di jalur lain dari Sydney ke Wollongong tampak banyak mobil di jalan raya. Mungkin saat pulang kantor ada banyak penduduk Wollongong yang bekerja di Sydney kembali pulang ke kota Wollongong. Meskipun banyak mobil, tetapi kami melihat tidak ada kemacetan lalu lintas.

Sekitar pukul 06.15 kami tiba kembali di flat putri kami di kota Sydney. Cape juga badan kami setelah seharian kami mengunjungi kota Berry yang sejuk ini.

Senin, September 23, 2013

Mengunjungi Sydney Fish Market





23 Sept 2013, Senin.

Pukul 11.00 putra kami menjemput saya dan isteri. Putri kami tidak ikut karena ia bekerja. Kami bermaksud akan pergi ke Sydney Fish Market yang berlokasi di daerah City, di tepi laut kota Sydney ini.

Mobil putra kami meluncur di jalan raya yang mulus. Meskipun banyak mobil di jalan raya tetapi tidak nampak ada kemacetatan lalu lintas. Setiba di halaman parkir yang cukup luas kami melihat ada banyak mobil yang diparkir dan ada sebuah bus pariwisata.

Kami masuk ke gedung pasar ikan yang cukup luas. Disini juga ada beberapa rumah makan yang ramai dikunjungi oleh pembeli. Hidangan yang tersedia umumnya seafood yang digoreng dan minuman dingin yang siap diminum. Kami melihat di dalam gedung pasar ikan ini ada banyak pengunjung yang belanja seafood dan yang makan siang di rumah makan yang ramai dikunjungi oleh para pengunjung.

Di pasar ikan ini tersaji seafood seperti: bermacam ikan ( salmon, trout dan lain-lain ), udang, lobster, cumi, abalone. Pengunjung tinggal memilih mana yang akan dibeli, lalu para pelayan akan menimbangnya dan pembeli dapat membayar di kasir. Seafood disini nampaknya masih segar karena diletakkan diatas butiran es batu yang dingin. Saya perhatikan penjual dan para pelayan di pasar ikan ini umumnya ber ras oriental. Juga banyak pengunjung yang ber ras oriental. Nampak hanya beberapa keluarga white people yang datang kesini.

Kami mencari tempat untuk duduk. Lebih enak kalau duduk dimeja di tepi laut yang berudara segar. Sinar matahari siang itu nampak cerah dan angin laut berhembus dingin. Ada sebuah meja dan bangku di tepi laut yang masih kosong. Kami melihat ada deretan meja dan bangku yang nampak rapih tertata di tepi laut. Disini juga banyak kapal-kapal kecil penangkap ikan yang bersandar di tepi laut pasar ikan ini.

Sambil menunggu putra kami yang membeli seafood goreng dan minuman botol, kami melihat ada banyak burung camar yang berbulu putih dan abu-abu. Burung-burung ini ada yang bertengkar sesama mereka, memperebutkan tempat hinggap di bangku atau diatas payung yang menaungi meja-meja. Burung-burung camar ini nampak dibiarkan hidup bebas dan mencari makan dari sisa-sisa makanan para pengunjung. Bila pengunjung lengah, maka makanan yang terletak di meja akan disambar oleh burung-burung ini. Pemilik makanan tersebut akan ribut mengusir burung-burung camar itu. Mereka tidak peduli diusir pemilik makanan dan tetap akan kembali datang beterbangan ke meja-meja yang nampak tersaji makanan. Nampaknya jumlah burung camar ini kian tahun kian bertambah banyak jumlahnya, karena dibiarkan tetap hidup.

Tidak berapa lama, datanglah putra kami membawa sebuah nampan plastik yang berisi kentang gereng, cumi goreng, udang goreng, ikan goreng beserta semangkuk kecap asin dan wasabi (sambal). Waktu Lunch sudah tiba maka kami segera menikmati seafood goreng ini sambil melihat camar-camar yang berterbangan disekitar kami.

Selesai Lunch kami belanja kepiting untuk dinner kami di flat kami. Pukul 13.30 kami meninggalkan Sydney Fish Market. Setelah putra kami membayar biaya parkir mobil di sebuah mesin khusus, kami memasuki mobil dan meninggalkan kompleks pasar ikan ini. Kami melihat banyak pengunjung yang berdatangan ke pasar ikan ini.

Tarif potong rambut pria



22 September 2013.

Hari ini Minggu ini sepulang dari kebaktian di gereja IPC, saya , isteri dan putri kami berjalan-jalan di daerah Randwick.

Disini selain daerah perumahan juga terdapat pertokoan, Mall, Mini market, Bank, Rumah makan dan lain-lain. Saat kami melintas di sebuah jalan, saya melihat ada sebuah toko berukuran 4 x 4 meter yang merupakan tempat potong rambut pria. Di setiap Mall juga terdapat salon rambut yang dapat memotong rambut pria dan wanita. Disini selalu ramai dengan pengunjung yang hendak merapihkan rambutnya.

Yang unik di tempat potong rambut pria ini adalah terdapat papan pengumuman tarif potong rambut yang diletakkan di depan toko. Untuk dewasa dipungut $17 ( dollar Australia ), Mahasiswa$15, Pensiunan $13 dan Anak dibawah 12 tahun $13. Dengan nilai tukar 1 AUD = Rp. 10.800,- maka tarif itu untuk dewasa sekitar Rp. 183.600,- dan bagi pensiunan seperti saya / anak dibawah 12 tahun sekitar Rp. 140.400,- Kalau di salon yang ada di Mall tentu tarif ini akan lebih tinggi. Tarif ini sudah wajar bagi penduduk Australia, tetapi bagi saya yang datang dari Indoensia, merasa tarif itu cukup tinggi.

Di kota kami bila saya potong rambut sebulan sekali dipungut biaya Rp. 15.000,- dengan biaya potong rambut disini maka saya dapat 8 kali potong rambut di tempat saya. Saya pikir tiap negara mempunyai ketentuan keuangan masing-masing. Pendapatan besar pengeluaran akan besar pula dan bila pendapatan kecil maka pengeluaran harus kecil pula agar seimbang. Kalau besar pasak dari pada tiang ,misalnya belanja dengan kartu kredit, maka tagihan tiap bulan akan membengkak kalau gaji tidak memadai.

Di tempat potong rambut / salon selalu ada foto-foto pria dan wanita dengan bermacam-macam potongan rambut. Dengan menunjuk ke sebuah foto maka barber akan maklum dan segera bekerja memotong rambut seperti keinginan langganannya.

Mahalnya gaji karyawan menyebabkan di setiap Mall atau perkantoran tidak banyak karyawan yang bertugas. Langganan lebih banyak self service untuk setiap keperluan seperti: mengambil air minum, sendok garpu di rumah makan.

Sabtu, September 21, 2013

Sakit gigi di Sydney


18 Sept 2013.

Hari Rabu ini isteri saya hendak berobat ke dokter gigi, karena gigi kanan atas terasa sakit.

Pukul 02.15 p.m. putra kami datang untuk mengantar kami berobat kepada salah seorang dokter gigi (dental surgeon) yang buka praktik di daerah Randwick. Cukup lama juga kami mencari tempat parkir karena ada banyak mobil yang parkir di daerah tersebut.

Pukul 02.45 p.m. kami masuk ke tempat praktik dokter gigi tersebut. Beruntung kami datang dapat nomer berikutnya. Masih ada pasien di dalam ruang periksa. Seorang wanita ras oriental memberikan suatu formulir kepada putra kami yang harus diisi tentang: identitas pasien, alamat dan keluhan pasien. Putra kami mengisi formulir pendaftaran itu. Setengah jam kemudian keluarlah pasien itu dan isteri saya bersama putra kami masuk. Saya menunggu di ruang tunggu sambil membaca majalah yang tersedia.

Dental surgeon wanita yang berras oriental ini bertanya dan memeriksa gigi isteri saya. Putra kami yang menerjemahkanya ke dalam bahasa Inggris. Dental surgeon ini membuat foto Rontgen gigi kanan atas. Kemudian terdengar suara mesin entah mesin apa, dokter ini membersihkan gigi dan katanya nampak gusinya sedikit bengkak yang berarti ada infeksi dan disela-sela gigi ada sisa makanan. Gigi tersebut mesti dirawat akar giginya agar tidak nyeri. Oleh karena isteri saya harus kembali ke Indonesia, maka tidak cukup waktu untuk perawatan akar gigi jadi ia menyarankan untuk berobat kepada dokter gigi di Indonesia saja dan ia akan memberikan surat pengantar.

Ia minta email address kami agar ia dapat mengirimkan hasil foto gigi dan surat pengantar kepada dokter gigi di Indonesia. Saya memberikan email address saya. Dokter ini memberikan sebuah resep dan saran untuk membeli dental brush di apotik untuk membersihkan sisa makanan diantara gigi-gigi tadi.

Kira-kira setengah jam isteri saya dan putra kami keluar dari ruang periksa. Saat akan membayar putra kami bertanya berapa? Sang asisten dokter ini berkata AUD160. Isteri saya mengeluarkan Kartu Kreditnya dan pembayaran selesai.
Putra kami berkata biayanya termasuk murah. Kami tidak membeli travel insurance saat hendak pergi ke Australia, sehingga kami tidak dapat meng-claim biaya pemeriksaan dan harga obat.

Kami menuju ke sebuah apotik yang berada disekitar tempat praktik dental surgeon ini. Kami membaca resep tadi yang berisi 30 kapsul antibiotika Amoxycilin 500 mg dan 20 tablet anti nyeri. Di flat kami ada membawa antibiotika, tetapi buan Amoxycilin. Kalau tablet anti nyeri kami membawa jadi tidak usah membeli. Di apotik kami membeli kapsul Amoxycilin dan dental brush. Semua nya AUD50.

Total biaya yang dikeluarkan isteri saya adalah AUD210. Nilai tukar saat ini 1 AUD = Rp. 10.700. Jadi biaya yang telah dikeluarkan lebih dari Rp. 2.100.000,- Kami yang datang dari Indonesia kalau hendak membeli sesuatu barang mesti mengkonversikan nilai uang itu ke dalam IDR (rupiah) dahulu. Melihat jumlahnya itu cukup mahal biaya berobat tadi. Apa boleh buat. Putra kami berkata biaya itu cukup murah. Iya benar mahal bagi siapa dan murah bagi siapa. Mahal bagi orang Indonesia dan murah bagi orang Australia. Kalau bisa kita jangan sakit selama kita hidup dan kita harus mempunyai asuransi kesehatan agar bila kita sakit, biayanya dapat diganti oleh pihak asuransi.

Saat putri kami mengisi bensin yang bernilai oktan 95, saya lihat harganya AUD1,66 per liter atau sekitar Rp. 17.762,- per liter. Harga Solar AUD1,61. Harga ini tiap hari berubah-ubah dan tiap perusahaan minyak harga bahan bakar di SPBU berbeda-beda. Kalau di Indonesia harga bensin Premium Rp. 6.500,- per liter ( yang disubsudi Pemerintah ) masih jauh lebih murah dari harga bahan bakar di Australia.

Keesokan hari saat saya membuka Mailbox saya di gmail.com, tampak ada kiriman email dari Dental Surgeon tersebut yang melampirkan 1 gambar foto gigi isteri saya dan surat rujukan bagi dokter gigi di Indonesia. Saya membalasnya dengan memberitahukan bahwa kirimannya sudah kami terima dan kami berterima kasih atas kiriman tersebut.

Sabtu, September 14, 2013

Belanja di Eastgarden Mall


13 September 2013.

Pukul 12.00 siang hari saya, isteri dan putri kami meluncur ke Eastgarden Mall. Mall ini merupakan Mall yang besar dan bertingkat dan mempunyai tempat parkir mobil yang luas. Dari luar tidak tampak banyak pengunjung, tetapi di dalam gedung Mall ada banyak pengunjung yang sedang belanja atau sekedar cuci mata. Mall tampak ramai dengan pengunjung padahal hari ini bukan hari libur.
Disini kami belanja keperluan dapur seperti: roti, bumbu dapur, daging, sayuran dan buah-buahan. Seperti biasa maka disinipun tidak banyak karyawan. Pembeli dapat melayani sendiri untuk belanja.

Pukul 13.30 kami menuju Maroubra Road untuk Lunch di Rumah Makan “Mie Kocok Bandung”, suatu Rumah Makan yang khusus menyediakan menu Indonesia seperti: Mie Kocok Bandung, Nasi Gudeg, Nasi Empal dan lain-lain dengan harga rata-rata 10 dolar Australia. Rasanya juga cukup enak dan bagi yang rindu dengan makanan Indonesia di kota Sydney ada banyak Rumah Makan yang menyediakan menu Indonesia. Daftar Rumah Makan Indonesia dapat dilihat di “Buletin Indo” (www.buletinindo.com.au). Maklum di kota ini ada banyak orang yang berasal dari Indonesia. Banyak informasi tentang Indonesia yang dapat dibaca dalam bulletin ini.

Untuk minum para pengunjung harus mengambil sendiri sendok, garpu dan air putih untuk minum. Disinipun tidak banyak karyawan. Pengunjung RM ini cukup banyak, 6 set meja dan kursi penuh oleh tamu, maklum saat itu waktu makan siang.

Pukul 15.00 kami meluncur ke St George Hospital. Ada banyak mobil yang diparkir disekitar rumah sakit ini, sehingga kami parkir mobil di tempat yang agak jauh dengan berjalan kaki. Meskipun udara panas tetapi angin yang berhembus cukup kencang terasa dingin bagi kami yang baru tiba dari Indonesia. Tayangan di layar TV semalam, menunjukkan suhu udara di Sydney 15 derajat Celsius di malam hari dan 25 derajat di siang hari.

Di Rumah Sakit ini jam kunjungan adalah pukul 15.00-17.00. Kunjungan kami kali ini adalah untuk menengok cucu pertama kami dari putra pertama kami yang tinggal dan bekerja di kota ini. Cucu kami lahir tanggal 12 September malam hari.
Kami naik lift ke lantai 3, bagian Kebidanan. Setelah bertemu dengan putra kami, anak mantu dan cucu kami, ada rasa gembira dan ucapan syukur kepada Tuhan bahwa anak mantu kami sudah melahirkan secara alami seorang bayi wanita dengan selamat. Ia lahir dengan berat badan dan panjang badan yang normal. Besan kami dari kota Medan akan datang untuk menengok cucu ini pada minggu depan.

Kami sempat mengambil foto bersama sebagai kenang-kenangan kami. Kami kirim foto cucu kami ini kepada adik-adik kami dan adik-adik ipar kami di Sydney dan di Indonesia melalui aplikasi WhatsApp yang terinstal di HP Andoid saya. Di Flat putri kami di daerah Mascot, dekat dengan Sydney Airport ada hotspot untuk koneksi ke Internet. Saya melepas 2 SIM Card HP saya agar tidak kena biaya roaming International yang biayanya cukup mahal. Untuk kirim SMS bisa melalui wifi dari hotspot ini atau melalui SIM Card prabayar dari operator Telstra yang dibeli oleh putri kami.

Pukul 17.15 kami meninggalkan St. George Hospital ini dan meluncur ke Flat putri kami. Kami Dinner masakan isteri saya. Wah… cape juga hari ini. Setelah mandi air hangat kami istirahat malam.

Rabu, September 11, 2013

Belanja di IKEA Mall



10 September 2013.

Pagi ini saya terbangun pada pukul 06.00, sinar matahari sudah cukup menerangi sekitar flat putri kami. Di kota kami, Cirebon, Jawa Barat saat ini baru pukul 03.00 WIB, masih terlalu pagi untuk bangun. Setelah beberapa hari berada di Sydney kami sudah tidak merasa Jetlag lagi. Jadi tidak perlu minum tablet Melatonin pada malam hari. Melatonin suatu suplemen homon untuk mereset jam biologis manusia. Bila bepergian ke Negara dengan perbedaan waktu yang cukup panjang maka jam biologis kita akan kacau dan perlu direset kembali. Hormon Melatonin yang dihasilkan oleh otak manusia antara lain berfungsi mengatur jam biologis tiap orang. Jadi kalau kita terbangun pada pukul 06.00 maka keesokan harinya kita akan bangun pada pukul 06.00 pula. Hormon ini bekerja pada malam hari sehingga disebut sebagai hormon malam.

Melatonin dapat diminum untuk mengatasi perasaan Jetlag, suatu perasaan tidak nyaman ketika kita berada di Negara dengan perbedaan waktu yang cukup besar. Perbedaan waktu 1 jam konon kita memerlukan waktu penyesuaian selama 1 hari. Bila perbedaan waktu antar negara 3 jam berarti kita perlu menyesuaikan diri selama 3 hari. Dengan Melatonin maka waktu penyesuaian ini akan lebih cepat terjadi.

Pukul 12.00 kami dijemput oleh putra kami dan anak mantu kami. Putri kami sedang bekerja di suatu kantor, jadi tidak dapat menyertai kami. Kami mengunjungi sebuah Mall yang khusus menjual barang-barang keperluan rumah tangga seperti peralatan dapur, peralatan tempat tidur, peralatan kamar mandi dan lain-lain peralatan rumah tangga. Mall IKEA ini mempunyai tempat parkir mobil yang cukup luas yang berada di halaman Mall, di dalam gedung dan diatas gedung. Dari luar Mall tidak tampak banyak pengunjung selain terparkir banyak mobil kebanyakan mobil sedan dari tahun pembuatan yang baru (kami tidak pernah melihat mobil tahun lama) dari bermacam merk: Holden (produksi Australia), Mercedes, VW, Honda, Toyota, Hyundai dan lain-lain. Di dalam gedung terdapat banyak pengunjung baik yang hendak belanja maupun pengunjung yang sekedar cuci mata.

Sebelum belanja kami makan siang bersama. Hidangan sudah tersedia di rak-rak khusus, pengunjung dapat langsung memilih dan menaruh di nampan masing-masing. Makanan yang tersaji juga bermacam-macam: salad, pudding, kue-kue, daging panggang dengan kentang rebus, bermacam-macam minuman dingin. Pengunjung antri sesuai giliran menuju tempat kasir untuk membayar makanan yang kita ambil. Setelah itu kami memilih meja dan kursi yang tersedia cukup banyak di ruangan makan yang cukup luas.
Selesai kami menikmati Lunch kami mulai berjalan mengitari kompleks Mall yang cukup luas dengan suhu udara yang dingin karena AC sentral Mall ini. Kami tidak melihat banyak pegawai Mall, pengunjung dapat memilih, mengambil barang yang hendak dibeli dan menaruh pada trolley (kereta dorong) yang banyak tersedia. Kalau hendak bertanya barulah kita mencari pegawai Mall. Mungkin karena gaji karyawan yang tidak murah sehingga pihak Mall hanya mempekerjakan pegawai seperlunya saja, padahal Mall ini cukup besar dan bertingkat pula.

Kami belanja barang-barang seperlunya saja. Selesai memilih barang belanjaan kami menuju pintu keluar Mall. Sebelum keluar kami harus membayar belanjaan kami dan cara pembayarannya juga cukup unik. Pembeli harus menscanning dengan alat scanner setiap belanjaan yang mempunyai label masing-masing. Harga yang harus dibayar akan nampak dilayar monitor kecil. Setelah semua belanjaan di scanning, maka harga total yang harus dibayar Nampak dilayar monitor. Pembeli menggesek sebuah kartu khusus yang dikeluarkan pihak Mall, kemudian pembeli memasukkan Kartu Kredit (dari Bank mana saja di Australia) untuk mendebet rekening bank pembeli. Setelah itu akan keluar slip pembayaran barang yang kita beli.

Disini diperlukan kejujuran setiap pembeli untuk menscanning belanjaannya. Bisa saja pembeli tidak menscanning belanjaannya dan memasukkan ke dalam kantong kertas khusus yang tersedia sehinnga tidak dibayar tetapi mendapat barang belanjaan.
Dari 2 jalur pembayaran dengan cara yang spesifik ini ada seorang pria yang membawa alat komunikasi khusus yang mengawasi para pembeli yang hendak membayar belanjaannya.

Juga setiap pembeli harus mempunyai Kartu Kredit, tanpa Kartu ini maka kita tidak bisa membayar belanjaan kita. Di negara ini Kartu Kredit sudah merupakan kewajiban untuk dimiliki. Mahasiswapun mempunyai Kartu Kredit untuk melalukan transaksi pembayaran di masing-masing Kampus. Di Negara kita belum semua orang mempunyai Kartu Kredit. Mendapatkan Kartu inipun kadang cukup sulit karena ditolak oleh pihak penerbit Kartu ini.

Mengikuti kebaktian di Sydney




8 September 2013.

Hari Minggu ini kami, saya ,isteri saya dan putri kami mengikuti kebaktian di gereja Indonesian Presbyterian Church Randwick, Cnr Alison Rd & Cook St Randwick NSW 2031 ( www.ipc.org.au). Yang hadir sekitar 200 orang.

Setiap kebaktian disampaikan dalam bahasa Indonesia karena pada umumnya yang hadir adalah orang Indonesia yang tinggal di Sydney, para mahasiswa, tamu yang melancong ke Sydney. Banyak mahasiswa yang aktip dalam kegiatan gereja seperti pemain musik, penyanyi dan lain-lain kegiatan.

Pengkotbah kali ini adalah Pendeta tamu dari Timor Leste yaitu Bapak Pdt. Daniel Marcal yang dapat berbicara dalam bahasa Indoensia karena isterinya berasal dari kota Menado, Indonesia. Tema kotbah “Tantangan orang Krsiten” diambil dari Matius 7:15-23. Sebagai pengantar kotbah disampaikan pengalaman beliau selama menjadi pendeta di daerah Timor Leste yang keadaan masyarakatnya berbeda dengan masyarakat di Sydney. Cukup menarik pengalaman beliau ini.

Selesai kotbah anggota jemaat meninggalkan gereja dan bersalaman dengan Pendeta dan anggota Majelis Jemaat. Pengunjung ada yang segera meninggalkan gereja dan sebagian besar menuju ke ruang belakang gedung gereja untuk menikmati minum teh bersama. Para pengunjung gereja dapat minum air teh hangat, kopi panas dan snack berupa biscuit atau kue lain. Pada kesempatan ini para pengunjung dapat saling berkomunikasi tentang kuliah, tempat kost, bisnis atau masalah rumah tangga.

Kami meninggalkan gedung gereja dan menuju ke sebuah Rumah Makan untuk breakfast berupa Yamcha ( makanan/kue yang direbus yang disajikan dengan kereta dorong dan tamu dapat memilih mana yang disukai). Cukup banyak variasi makanan di rumah makan ini.

Selesai breakfast kami belanja sayuran dan lain-lain di sebuah Oriental market ( toko yang menjual barang-barang keperluan dapur) untuk keperluan sehari-hari kami.

Mendarat di Sydney


7 September 2013.

Penerbangan kali ini dalam rangka liburan sampai akhir September 2013 dan untuk bertemu dengan putra dan putri kami yang tinggal dan bekerja di kota Sydney, Australia. Pesawat Qantas QF42 lepas landas dengan mulus pada waktunya pukul 20.20 dari Bandara Sukarno-Hatta, Jakarta. Pesawat terisi penuh dengan penumpang.

Setelah para penumpang menduduki kursi masing-masing,para awak kabin memperagakan cara memakai pelampung keselamatan penumpang bila terjadi keadaan darurat pada pesawat.

Cukup lama pesawat berada di runway dalam posisi menunggu ijin terbang dari petugas menara pengawas penerbangan. Bandara ini ternyata cukup sibuk melayani pesawat yang akan lepas landas maupun yang akan mendarat.

Setelah pesawat terbang stabil di udara, terdengar suara pria (mungkin pilot atau kopilot)dalam bahasa Indonesia dan Inggris yang menyampaikan ucapan selamat mengikuti penerbangan ini, lama perjalanan Jakarta-Sydney selama sekitar 7 jam, suhu udara di tempat tujuan dan lain-lain informasi. Antara Jakarta (GMT+7) dan Sydnet (GMT+10) terdapat perbedaan wajtu 3 jam. Waktu di Sydney lebih cepat 3 jam dari kota Jakarta.

Tidak berapa lama, sekitar setengah jam setelah lepas landas para awak kabin yang terdiri dari 3 wanita berkulit putih dan 3 pria ras oriental mulai menghidangkan makan malam diatas nampan plastik. Penumpang boleh memilih chicken (ayam) atau beef (daging sapi) sebagai teman nasi putih dan irisan sayuran buncis dan wortel . Selain itu juga diatas nampan ada sebotol kecil susu, puding, air jeruk. Minuman boleh pilih air teh, kopi. Kami lebih suka memilih Red wine (anggur merah) dalam botol kecil yang berisi 187 ml anggur merah. Red wine tidak ada dalam penerbangan pesawat Garuda.

Pada setiap kursi penumpang terdapat layar monitor TV yang terletak di bagian belakang jok kursi penumpang di depannya. Penumpang dapat memilih saluran yang tersedia untuk melihat film yang berbeda.

Dalam pesawat ini tidak terdapat layar monitor lebar yang dapat menampilkan peta yang menunjukkan pesawat sedang terbang dimana, berapa ketinggian pesawat saat itu dan pukul berapa saat itu. Layar monitor ini kami lihat dalam pesawat Qantas beberapa tahun yang lalu saat kami terbang dari Jakarta ke Sydney dan sebaliknya. Mungkin tipe pesawat kali ini berbeda dengan pesawat yang kami tumpangi sebelumnya.

Selama penerbangan ini para penumpang juga banyak yang memerlukan toilet. Sering kali penumpang harus antri menunggu orang yang sedang berada di dalam toilet.

Dalam penerbangan ini penumpang kelas ekonomi dalam posisi duduk dengan ruang kaki yang sempit karena ada kursi penumpang didepan. Untuk kelas eksekutif yang berada di bagian depan pesawat kursi lebih nyaman dan ruang kaki lebih luas, maklumlah biayanya juga lebih mahal dari pada kelas ekonomi.

Selama penerbangan lampu besar dalam pesawat dimatikan dan hanya ada lampu-lampu kecil yang masih nyala.
Pagi hari, sekitar 1 jam sebelum pesawat mendarat, penumpang mendapat minuman pagi berupa sebuah kue, susu dalam botol plastik kecil, air teh hangat atau kopi panas.

Pelayanan awak kabin cukup baik dan untuk berkomunikasi mereka selalau berbicara dalam bahasa Inggris. Setengah jam sebelum pesawat mendarat terdengar suara pria (pilot pesawat atau kopilot ) yang menyampaikan selamat pagi kepada para penumpang, menyatakan bahwa sebentar lagi pesawat akan mendarat dan menganjurkan agar memakai seat belt (sabuk pengaman). Diinformasikan suhu udara luar kota Sydney, menyarankan agar para penumpang memeriksa barang bawaan agar tidak tertinggal di dalam pesawat dan mengucapakan terima kasih sudah mengikuti penerbangan pesawat ini dan bagi penumpang yang akan melanjutkan penerbangan ke Negara lain ( New Zealand dan lain-lain) diharapkan memasuki gate 3 dan seterusnya.

Pesawat Qantas QF42 mendarat dengan mulus di Bandara Kingford Smith, Sydney. Setelah turun dari pesawat para penumpang berjalan kaki dengan jarak yang cukup jauh untuk menuju bagian imigrasi untuk meminta stempel dari petugas imigrasi. Waktu itu masih pagi 03.15 WIB atau 06.15 Sydney time, kebanyakan penumpang masih ngantuk tapi harus bergegas berjalan cepat untuk menuju bagian imigrasi.

Satu pesawat saja terdapat sekitar 300 penumpang dengan paspor masing-masing. Saat itu ada 2 pesawat yang mendarat dan tentu jumlah pemegang paspor yang akan meminta stempel imigrasi ada banyak dan harus berlari untuk segera berada di depan loket imigrasi. Terdapat banyak petugas imigrasi yang wanita dan pria yang bertugas. Bila tidak ada masalah petugas segera membubuhkan stempel imigrasi pada halaman buku Paspor para penumpang, waktu yang dibutuhkan sekitar 1-2 menit.

Disini tidak dibedakan pemegang Paspor Australia, Indonesia atau Negara lain. Jadi semua loket dapat melayani semua penumpang. Loket imigrasi di Bandara Sukarno-Hatta masih membedakan loket untuk pemegang Paspor Indonesia atau orang asing dengan antrian yang cukup panjang sehingga memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkan stempel imigrasi.

Selesai di bagian imigrasi, para penumpang menuju bagian bagasi. Koper-koper pakaian penumpang keluar dari lubang khusus dari bagian bawah bangunan, berjalan di atas ban berjalan. Disini terdapat banyak ban berjalan dan kita dapat melihat di layar monitor, nomer penerbangan QF42 harus mengambil koper di ban berjalan nomer 8. Kalau salah menunggu di ban berjalan, maka koper pakaian kita tidak akan muncul. 3 buah koper pakaian kami segera saya naikkan ke atas sebuah trolley (kereta dorong khusus untuk koper yang banyak tersedia disana).

Dari sini kami harus menuju bagian pabean. Ada seorang petugas wanita muda kulit putih yang bertugas dan mengambil kartu pabean yang sudah kami isi di atas pesawat. Ketika petugas ini melihat 2 kartu pabean saya dan isteri, yang menyatakan NO bagian tertentu, dia berkata “That way please” sambil menunjukkan ke arah mana kami harus mengambil jalur, ternyata jalur langsung menuju pintu keluar Bandara. Kami tidak mengalami kesulitan untuk keluar Bandara.

Ada penumpang yang harus men-declear barang bawaan tertentu yang harus dilaporkan kepada petugas pabean dan sering kali koper pakaian penumpang dibuka untuk melihat isi koper tersebut. Jadi membutuhkan waktu lebih lama untuk keluar dari Bandara.

Di ruang tunggu putra dan putri kami sudah siap menunggu kedatangan kami di Negara Kangguru ini. Kami gembira dapat bertemu kembali dengan mereka. Di depan terminal kedatangan kami sempat mengambil foto. Mereka mendorong trolley koper kami menuju tempat parkir mobil. Jumlah mobil setiap tahun bertambah banyak dan membutuhkan tempat parkir yang memadai, jadi dibangun sebuah gedung bertingkat khusus untuk parkir mobil.

Keluar dari kompleks Bandara Sydney, mobil putri kami meluncur di jalan raya yang mulus. Disini kami tidak pernah melihat jalan yang rusak, semua mulus. Bila ada bagian yang perlu diperbaiki, para petugas mengerjakannya pada malam hari sehingga tidak membuat macet jalan raya. Pagi hari jalan sudah tampak mulus kembali. Biaya perbaikan jalan dan lain-lain diambil dari pajak penduduk negara ini.

Tiba di flat putri kami, kami segera beristirahat karena masih ngantuk, saat itu waktu sudah menunujukan pukul 04.15 (WIB) dinihari.

Minggu, September 01, 2013

Iseng


Kemarin sore saat saya sedang menyiram halaman depan rumah kami, lewatlah Ibu L, 35 tahun.

Tanpa basa-basi dia bertanya “Dok, obat batuk yang bagus apa ya?”

Saya menjawab “O..Ibu, siapa yang batuk Bu”
(maksudnya untuk mengetahui umur dewasa atau anak-anak)

“Saya sendiri, Dok,” jawabnya.

“Minum saja Obat Batuk Hitam sirop yang dapat dibeli di Apotik tanpa resep dokter,” jawab saya.

“Sudah, tapi belum sembuh.” Jawabnya. Saya tidak yakin apakah ia sudah minum OBH tersebut atau belum.

“Kalau begitu periksa saja di dokter, agar dapat diberi obat yang tepat.” Jawab saya.

Ibu L ini melanjutkan perjalanannya, tanpa bilang apa-apa lagi.

Ah.. ini sih iseng saja, pikir saya sambil melanjutkan menyiram halaman depan rumah kami.